Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menata Hati Ala Fahri Hamzah

26 April 2016   19:51 Diperbarui: 27 April 2016   18:16 3498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

www.youtube.com

Tak berlebihan memang, ketika penulis membaca ulang sebuah karya sastra ulung seorang Tan Malaka, meskipun tak sampai lima baris, tapi sungguh, isinya mengiris, pedih tak bertepi. Dan hebatnya, tulisan itu relevan sepanjang zaman seperti kitab suci. Inilah kutipan karya sastranya:

"Di hadapan Tuhan, Aku seorang Muslim... Di hadapan mantan, Aku hanya butiran debu..."

Perhatikan baris terakhir, bukankah itu pengakuan seorang yang menyimpan setitik perasaan (atau penyesalan). Ketika Tan membubuhkan titik-titik dalam quote-nya, maka dipastikan ada sekelumit penyesalan Tan membayangkan paras ayu sang mantan yang tentu saja, meninggalkanya dalam perjuangan ideologi yang tidak bisa di ambil kembali, oh titik titik. 

Perasaan sebagai mantan, ternyata juga pernah dialami oleh pejuang militan, pejuang ideologi, seorang nasionalis dan pejuang kemerdekaan yang selalu tegar dalam bersikap ini. Maka memang tak berlebihan juga jika Kang Aliffurahman terobsesi dengan kata mantan. Karena mantan, begitu berkesan.

Jika seorang Tan Malaka begitu mendayu menuliskan soal mantan, maka amatlah wajar jika air mata yang dikeluarkan Fahri Hamzah ketika dirinya dipecat, eh maaf..di putus oleh partai yang dibentuknya. Sungguh itu tentulah sangat menyakitkan. Penulis adalah sosok yang terlalu makan asam garam menjadi mantan, sehingga apa yang Bung Fahri rasakan penulis rasakan juga.

Tidak mudah menjadi mantan, apalagi jika masih cinta. Duh pedihnya tuh di sini. Jangankan ngarep di-Whatsapp, kadang lihat status Fb atau Twitternya yang menunjukkan doi kesepian dan butuh kita, kita dengan sigap merespon, meskipun hasil akhirnya di unfriend. Sedih bukan?

Itulah yang Bung Fahri rasakan. Sungguh tega nian PKS ini, partai akhi-ukhti yang kadung melegenda di hegemoni politik Indonesia, pasti beliau dandani bukan cuma modal gopek goceng, tapi dengan seluruh jiwa raga, kalau perlu peci harus miring pasti pun akan dimiringkan. Bayangkan kawan, jika pacar kita yang tadinya pas-pasan, kita kasih modal keluar masuk salon kelas wahid di Kemang sampai kinclong dan ketika banyak yang naksir lalu kita dibuang, apa rasanya?

Biasanya sih, ini penulis ya, kalau memang cinta setengah mati yang penulis lakukan adalah jurus stalking. Bukan, bukan stalking mantan, jelas kan sudah di unfriend. Tapi stalking para mantan-mantan yang lain, meskipun itu dari cinta yang berbeda. Tujuannya satu, mencari kesamaan nasib. Bukankah obat terbaik ketika kecewa adalah curhat? Dan curhat terbaik adalah curhat dengan yang senasib. 

Apalagi calon teman curhat kita adalah sesama mantan garis keras, mantan yang selalu membawa-bawa kebanggannnya dahulu kala. Apalagi yang pernah pacaran 10 tahun, wah kenangannya pasti banyak, apapun diungkap tentu keberhasilannya membawa mantan pacar menjadi lebih cantik. Meskipun enggak selamanya jadi lebih cantik, tapi toh biarlah, namanya juga mantan, bebas-bebas saja bernostalgia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun