Mohon tunggu...
Ruby Astari
Ruby Astari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, penerjemah, pengajar Bahasa Inggris dan Indonesia, pembaca, dan pemikir kritis.

"DARI RUANG BENAK NAN RIUH": Untuk menjelaskan perihal penulis yang satu ini, cukup membaca semua tulisannya di sini (dan mungkin juga di tempat lain). Banyak dan beragam, yang pastinya menjelaskan satu hal: Ruang benaknya begitu riuh oleh banyak pemikiran dan perasaan. Ada kalanya mereka tumpang-tindih dan bukan karena dia labil dan irasional. Seringkali daya pikirnya melaju lebih cepat dari tangannya yang menciptakan banyak tulisan. Penulis juga sudah lama menjadi ‘blogger yang kecanduan’. Samai-sampai jejak digital-nya ada di banyak tempat. Selain itu, penulis yang juga pengajar bahasa Inggris paruh-waktu, penerjemah lepas, dan penulis lepas untuk konten situs dapat dipesan jasanya secara khusus di Kontenesia (www.kontenesia.com). Bisa sekalian beramal lagi untuk setiap transaksi (terutama selama bulan Ramadan ini) : http://kontenesia.com/kontenesia-donasi-ramadan/ https://www.facebook.com/kontenesia/posts/287945154884094?__mref=message R.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Daddy Wasn't Well..."

6 Agustus 2017   11:01 Diperbarui: 6 Agustus 2017   11:22 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

I looked at the clock in the waiting hall that afternoon. It was past after three. Silence was deafening.

Looking at my hands, I heard approaching footsteps. I was still staring at my badly chewed-up nails (even one finger had dried blood in it) when the footsteps stopped next to me. Then I heard her familiar voice.

"Ready to go home?"

I looked up and saw her exhausted face. Then I got up and followed her to the parking lot.

The drive home was filled with unsettling silence. Mom was obviously struggling for something to say as she was driving. Me? I didn't feel like talking.

When we finally arrived home, Mom parked the car in the driveway. She heaved a sigh before turning to me, her eyes flashing in anger and exhaustion.

"What were you thinking?!" she suddenly yelled. "A two-week detention, breaking another kid's nose? This isn't like you!"

"Well, maybe you don't know me very well--" I began, but she interrupted me.

"--don't get you get smart with me, young lady!" she snapped, slapping at the steering wheel. She was almost hysterical now. "I want an explanation!"

"Oh, do you?" I sneered. Before I could stop myself, I went on, "How about this, Mom? They said Daddy is a sinner and he's going to hell for what he did - AND THEY JUST WOULDN'T SHUT UP ABOUT IT!!"

Silence. Mom's face went pale, her eyes wide with shock. I didn't wait for her response, though. I just opened the car door, rushed into the house, up into my room before slamming the door behind me.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun