Mohon tunggu...
Rooy Salamony
Rooy Salamony Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya pelayan masyarakat rooy-salamony.blogg.spot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bung Karno Masih Hidup

4 Oktober 2012   09:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 21472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bung Karno, presiden pertama Republik Indonesia, masih hidup. Mengenakan pakaian kebesarannya - jas putih, celana putih - mantan presiden ini membawaku menemui satu demi satu pengawalnya. Aku menyalami para pengawal yang berseragam sipil. Lalu Bung Karno memberiku buku perjuangan Sun Yat Tsen. Aku memperhatikan buku itu baik-baik dengan sejuta tanya. Bung Karno tahu bahwa aku ragu. Antara percaya dan tidak percaya. "Sudahlah, katanya, Jika kamu ragu atau tidak percaya, silahkan kamu berlibur dahulu. Biar pikiranmu tenang". Mantan presiden yang gagah itu memberiku tiket princess star. Aku memandang tiket itu penuh tanya. Tetapi setelah menaiki princess star aku baru sadar, bahwa inilah kapal pesiar yang megah, lengkap dengan semua yang dibutuhkan para pesohor. Perjalanan dengan kapal mewah berkeliling dunia ini akan berlangsung selama seminggu. Benar-benar luar biasa.

Apa yang aku kagumi dari Pak Karno adalah bahwa beliau menyediakan bagi bangsa ini harta karun negara sebagai cadangan devisi yang akan digunakan sewaktu-waktu. Emas. Perak. Permata. Mutu manikam. Uang Brazil. Semua tersimpan rapi di Bank Swiss. Setiap hari, Bung Karno datang ke Bank ini. Menyapa satu demi satu pegawai Bank dan bertemu dengan orang-orang kepercayaannya di sana. Pertemuan harian itu penting. Bung Karno memegang kunci utama ruang harta karun. Tetapi kepada tiap orang kepercayaannya ia memberikan kunci-kunci kecil yang memberi pada mereka akses menuju bagian-bagian dari ruang harta karun yang sesungguhnya terbagi-bagi.

Anda mungkin berpikir cerita ini bohong. Tapi beberapa pejabat dan orang penting di Jakarta tahu hal ini. Salah satu direktur Bank terkenal di Indonesia adalah satu dari sekian pemegang kunci ruangan itu. Ia bertemu dengan Bung Karno secara rutin.

Dari pembicaan dengan Bung Karno aku tahu bahwa harta karun bangsa Indonesia yang melimpah-limpah itu disiapkan untuk membangun Indonesia menuju masyarakat sejahtera adil dan makmur. Tetapi persoalan bagi beliau adalah mencari siapa diantara generasi bangsa ini yang dapat dipercaya. Ditengah kemeriahan pesta korupsi, kolusi dan nepotisme, mungkinkah Bung Karno menemukan orang yang dicarinya? Saya kira itu masih membutuhkan waktu yang sangat lama.

Meski aku pesimis dengan harapan Bung Karno, aku tahu bahwa setiap saat ia datang mengunjungi istana para leluhur di puncak gunung Lawu. Anda belum pernah mendengar nama istana purwa-nyata? Istana ini berlokasi di gunung Lawu. Dari arah kota Solo, anda bergerak melalui telaga Sarangan, terus mendaki ke arah vihara. Dekat lokasi vihara anda akan menemui istana purwa-nyata. Pusat dari semua kerajaan tua di negeri ini.

Aku memandang ke luar jendela. Kantor sudah dekat. Aku mengeluarkan uang kertas 50 ribuan. Sopir taksi menerimanya. Kemudian ia mengembalikan uang sisa 25.000. Jarak antara menara Mulia dan kantor terasa dekat karena mendengar cerita sang sopir tentang pertemuannya dengan Bung Karno. Aku memilih diam mendengarkan semuanya. Dalam hatiku aku berguman;"ada berapa orang di negeri ini yang memiliki cerita seperti sang sopir?"

Apakah ini gejala khayalan publik? Apakah penderitaan yang ditanggung masyarakat terlalu berat? Apakah harapan akan kehidupan bangsa yang lebih baik begitu kuat dan berjuang untuk bertahan di tengah fakta korupsi yang merajalela? Pak sopir yang baik hati ini tidak sendirian. Akupun bukan baru pertama kali mendengar cerita seperti ini.

Berapa orang diantara kita yang mempercayainya?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun