Irene sebenarnya sayang dengan Adek. Tapi malam-malam, Adek suka mengganggu. Kalau haus, Adek selalu menjerit kuat-kuat. Bukan Ibu saja yang terbangun, Irene juga. Kasihan sekali Irene melihat Ibu kepayahan menuju dapur. Ibu terkantuk-kantuk membuat susu untuk Adek.
"Ibu, Irene...mau ngomong," kata Irene takut-takut pagi itu. Dia sudah tak tahan setiap malam terganggu jeritan Adek. Di sekolah dia sering mengantuk. Kemarin siang saja, dia ditertawai teman-teman sekelas. Dia tertidur ketika pelajaran matematika. Untung saja Bu Fatmi yang galak tak segalak biasanya.
"Mau ngomong apa? Kenapa harus takut-takut begitu?" Ibu sedang mengganti popok Adek.
"Nanti malam Irene mau menginap di rumah Nenek. Boleh ya, Bu?" Irene tertunduk. Dalam hatinya berkata, "Kalau boleh sampai malam-malam selanjutnya".
"Iya, boleh saja. Kenapa mesti takut Ibu melarang Irene menginap di rumah Nenek?" Ibu menatap dan mengelus kepala Irene. Irene melihat mata Ibu cekung karena sering terbangun setiap malam.
"Hore!" batin Irene riang. Dia akhirnya terbebas dari gangguan Adek. Ketika Ayah akan mengantarnya ke rumah Nenek, Irene sempat melihat Adek yang tertidur lelap. "Kakak bukan tak sayang sama Adek. Besok Kakak akan menjenguk Adek, kok."
Ternyata Nenek senang sekali Irene menginap di rumah Nenek. Â Kebetulan Tante Fit sedang pergi ke luar kota. Nenek hanya tinggal bersama Bibik Nah. Tentunya dia kesepian.
"Irene mau menginap berapa malam di rumah, Nenek?" tanya Nenek sambil memeluk kepala cucunya itu.
Ayah menjawab, "Semau Irene saja, Bu."
"Ayah?" Irene tak sanggup menahan rasa gembira. Kata Ayah semau Irene saja? Betapa senangnya! Tidur bisa tenang karena tak ada gangguan Adek. Lagi pula, Nenek mempunyai segudang dongeng pengantar tidur yang bagus-bagus. Hmm...
* * *