Mohon tunggu...
Richardo Dian Taman
Richardo Dian Taman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Sampai sekarang masih bermimpi menjadi pesepakbola profesional. Suka nonton film. Senang travelling. Pernah menjadi jurnalis di Yogyakarta. Sekarang menetap di Kalimantan Barat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mall, Jadi Gaya Hidup?

18 Juli 2011   14:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 1049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PUSAT perbelanjaan atau mall di Yogyakarta saat ini semakin marak. Banyaknya jumlah mall membuat masyarakat Yogyakarta kerap menjadikan mall sebagai tempat berkumpul baik bersama keluarga maupun teman serta rekan kerja. Mall telah menjadi bagian yang tak bisa terpisahkan, seiring perkembangan zaman. Mall seperti bagian dari gaya hidup kaum sosialita.

Dwi Annisa P (20) mengaku sangat suka ke mall. Setiap kali datang ke mall, Annisa bisa berjam-jam. Minimal dalam satu bulan ia datang ke mall sebanyak 4 kali. "Kalau datang bersama keluarga biasanya untuk belanja, tapi kalau bareng teman-teman karena memang mau nongkrong. Buat menghabiskan waktu kalau ndak ada pekerjaan," kata mahasiswi semester 5 ini.

Menurut Annisa, mall menjadi tempat yang nyaman untuk nongkrong. Disana ia bisa berjam-jam nggosip sama teman-teman sambil main kartu atau internetan. Menurut pengalamannya, meski berlama-lama di mall ia belum pernah ditegur petugas. "Mall itu banyak pilihan. Kalau bosan di satu tempat, bisa jalan-jalan dan cari tempat lain di mall tersebut," tuturnya.

Kehadiran mall untuk rekreasi memang positif. Namun, harus dipertimbangkan aspek lokasi dan dampaknya pada kehidupan perekonomian di daerah dan kota sekitarnya. "Kalau di luar negeri, katakanlah Amerika, mall sebagai tempat rekreasi sangat positif dan banyak diminati. Hanya saja, lokasinya di pinggir kota, atau berjarak 20-40 Km dari pusat kota. Jadi, tidak di dalam kota," kata pengusaha dan pemilik The House of Raminten, Hamzah HS.

Hamzah mengaku sering melakukan kunjungan ke mall, di berbagai negara, selain untuk rekreasi, juga untuk mencermati produk yang dipajang. Baginya, mall yang ada di tengah kota, kurang pas bila sebagai tempat rekreasi, karena akan mematikan toko-toko kecil di sekitarnya.

"Selain itu, tak sedikit counter mall di dalam kota yang sebenarnya tak meraih keuntungan, karena pengunjung memang hanya ingin rekreasi, dan bukan belanja. Khusus untuk Yogya, mall sudah terlalu banyak, dan toko-toko di sekitarnya turun omzetnya atau sepi," tambah Hamzah.

Dalam menjalankan roda bisnisnya, Plaza Ambarrukmo menerapkan konsep tenancy mix yang terbukti ampuh menarik pengunjung. General Manager Plaza Ambarrukmo Surya Ananta mengungkapkan, berangkat dari misi menyajikan ruang publik berupa pusat perbelanjaan modern di Yogya, Plaza Ambarrukmo kemudian tampil sebagai pusat perbelanjaan yang unik dan menarik. Dibangun di lokasi strategis, dengan interior eksklusif dan megah, Plaza Ambarrukmo berhasil menarik minat masyarakat untuk menjadikannya sebagai bagian dari kegiatan sehari-hari.

”Di sini pengunjung bukan hanya bisa mendapatkan segala kebutuhan, mereka juga bisa merasakan gaya hidup yang baru melalui pemenuhan kebutuhan akan hiburan, seperti bioskop, game center, cafe & lounge dan pool center yang sangat digemari berbagai kalangan,” ujarnya.

Tak ketinggalan, sebagai ruang publik yang prospektif bagi pengembangan usaha, disediakan pula exhibition hall dalam jumlah cukup banyak. Hal ini bukti jika pihaknya sangat suportif bagi perkembangan dunia usaha demi menggairahkan sektor perekonomian di Yogya.

Poppy Candra selaku General Manager Marketing Jogjatronik Mall mengutarakan, saat ini Jogjatronik tidak hanya sebagai pusat elektronik saja, tapi juga tempat bersantai yang pas bagi keluarga, rekan kerja, relasi ataupun kumpul-kumpul para remaja. Menurut Poppy, seiring dengan kebutuhan teknologi informasi yang terus meningkat, masyarakat membutuhkan tempat belanja yang akomodatif dan representatif.

Tidak hanya lengkap produk-produknya, tapi juga memberikan nilai tambah. Artinya, masyarakat yang datang ke mall tidak hanya ingin belanja, tapi bisa karena urusan lain seperti refreshing atau menjalin relasi bisnis.
Ia menambahkan, pihaknya juga sering melakukan kerja sama dengan sekolah dan instansi. Hal itu sebagai upaya dalam mewujudkan program pemerintah serta menjadikan Jogjatronik sebagai tempat edukasi dan barometer IT di Yogyakarta. ”Konsep kami adalah hitech lifestyle, rekreasi dan edukasi,” jelasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun