Menyoroti beberapa kejadian di Jakarta belakangan ini, Wakil Gubernur Djarot memiliki beberapa pandangan yang patut kita simak. Djarot memperhatikan dua hal, yaitu masalah gotong royong dan perilaku warga Jakarta satu sama lain menjelang Pilkada DKI Februari mendatang. Djarot membahas gotong royong terkait isu kebersihan di Jakarta yang semakin mengkhawatirkan. Beliau sangat mengharapkan adanya peningkatan gotong royong di lingkungan masyarakat. Sedangkan masalah Perilaku dibahas terkait banyaknya pihak yang saling menghujat hanya karena perbedaan pandangan dan pilihan politik.
Kekhawatiran Djarot ini sangat beralasan, mengingat kebersihan Jakarta ‘agak terabaikan’ setelah ada kasus yang menimpa Pasukan Oranye yang juga menghambat kinerja mereka. Peningkatan Gotong Royong akan menimbulkan tanggung jawab masyarakat Jakarta untuk bahu-membahu menjaga kebersihan lingkungan. Kesadaran dan inisiatif warga sangat diperlukan karena faktor kebersihan harus dilakukan bersama, tidak bisa hanya satu pihak saja.
"Sekali lagi masalah ini bukan hanya masalah pemerintah tapi harus ada kesadaran dari masyarakat juga. Jadi jangan ketika banjir besar sampah banyak kemudian teriak-teriak, mencaci maki pemerintah, masyarakat juga harus tanggung jawab jaga kebersihan," kata Djarot. Kerja sama antara Pemerintah-Masyarakat diperlukan untuk menciptakan tatanan kebersihan lingkungan yang sistematis dan berkala.
Lanjut kepada persoalan kedua yaitu perilaku antar penduduk Jakarta yang saling hujat menjelang Pilkada DKI. Djarot berpendapat Pilkada DKI harusnya ditanggapi dengan semangat toleransi dan persatuan agar tidak terjadi konfik-konflik horizontal ataupun vertikal dalam masyarakat. Tingkat intoleransi di Jakarta menjelang Pilkada terbilang meningkat, hal inilah yang patut kita khawatirkan bersama, ‘Apakah Jakarta udah se-Chaosini?’.
Menghadapi Pesta Demokrasi rakyat Jakarta seharusnya berperilaku sopan dan santun antar sesamanya. Segala jenis Diskriminasi, Penindasan, Kekerasan, dan Sentimen SARA harus kita buang jauh-jauh dari pikiran kita menjelang Pilkada DKI mendatang.
"Kita sudah ada flashmob, wayang, pasar murah, mancing. Pilkada digunakan dengan silaturahmi yang baik, senyum gembira, tidak dengan mata melotot, bentak-bentak, mengkafirkan orang, menghujat sana-sini. Harus sabar dan santun," ujar Djarot
Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah Warga Jakarta kekurangan waktu silaturahmi dan interaksi sehingga tingkat kecemburuan dan perpecahan semakin tinggi. Kesinambungan dari masalah Gotong Royong dan Toleransi adalah; semakin sering rakyat Jakarta beraktifitas dan bersilaturahmi, tingkat persaudaraan dan Gotong Royong dalam membantu sesama akan meningkat dengan sendirinya.