Mohon tunggu...
Rapika Trisma N
Rapika Trisma N Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi program studi Administrasi Publik yang tertarik dengan isu-isu pemerintahan dan sosial kemasyarakatan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Upaya Diplomasi Melalui Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) Sebagai Penggerak Pertumbuhan Ekonomi

24 April 2024   21:27 Diperbarui: 24 April 2024   21:33 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Instagram/@jokowi

Pada Desember 2023 kemarin, KBRI Tokyo membagikan momen peringatan hubungan Indonesia Jepang yang ke 65 Tahun. Dengan bertemakan "Satu Hati" atau dalam Bahasa Jepang "Kokoro Hitotsu Ni" menjadi landasan bagi Indonesia-Jepang dalam memperkuat hubungan diplomatik. 

Pada pertemuan tersebut membahas kerjasama kedua negara diberbagai sektor seperti ekonomi, kebudayaan, sosial dan keamanan. Pada sejarahnya, Indonesia dengan Jepang merupakan negara penjajah dan negara jajahan. Hubungan diplomatik kedua negara tersebut terjalin sejak penandatanganan perjanjian perdamaian antara Indonesia-Jepang pada Januari 1958. 

Bagi Indonesia, Jepang merupakan salah satu partner utama dalam hal perdagangan maupun investasinya. Kesepakatan Indonesia-Jepang pertama kali untuk melakukan kerjasama bilateral yaitu terbentuknya IJEPA (Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement). Melalui perjanjian IJEPA, kedua negara sepakat untuk melakukan kerjasama dalam perdagangan baik itu barang dan jasa maupun investasi. 

IJEPA menjadi dasar dalam setiap kerjasama ekonomi dan memperkuat diplomasi kedua negara. Adanya IJEPA dapat mempermudah Indonesia dalam mengakses pasar Jepang, mengingat Jepang merupakan mitra dagang utama bagi Indonesia. Disisi lain, melalui IJEPA Indonesia menawarkan pelayanan istimewa berupa tarif bea masuk khusus kepada Jepang yang kemudian menguntungkan kedua negara. (Aulya R. S., dkk. 2022). 

Sudah banyak kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dan Jepang. Salah satunya yaitu Indonesia mengekspor migas dengan komoditas batubara. Jepang sendiri memiliki tingkat produksi yang tinggi, namun tidak memiliki sumberdaya yang mencukupi. Seperti pada saat pandemi covid-19 lalu yang berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan aktivitas ekspor impor berbagai negara termasuk Indonesia dan Jepang. Meski begitu, Indonesia berpeluang masuk ke pasar Jepang dengan mengekspor batubara. Hal ini karena Jepang membutuhkan pasokan batubara untuk dijadikan sebagai pembangkit listrik dan kebutuhan industrinya terpenuhi. Kesempatan yang bagus bagi Indonesia untuk menjadi salah satu pemasok batubara terbesar ke Jepang.

Selain impor batubara dari Indonesia dan beberapa negara lain, Jepang juga mengimpor produk pangan hingga mencapai 63% dari kebutuhan produk makanan dan minuman di Jepang. Untuk itu, Indonesia juga melangkah untuk meningkatkan ekspor produk pangan ke Jepang. Pada tahun 2023, Indonesia mengekspor produk makanan, minuman dan pertanian ke Jepang hingga mencapai USD 24,4 miliyar. Namun masih terbilang kurang, karena Indonesia hanya berkontribusi sebesar 1% dari total impor Jepang.

Maka dari itu, Indonesia melalui KBRI Tokyo berupaya untuk terus menggenjot ekpor produk makanan dan minuman Indonesia ke Jepang. Hal ini karena Jepang memiliki potensi besar sebagai pasar tujuan ekspor produk makanan dan minuman olahan. Yang terbaru dilakukan oleh Indonesia melalui Dubes RI, Heri Akhmadi pada 5-8 Maret 2024 kemarin telah diresmikan Paviliun Indonesia pada pameran FOODEX JAPAN 2024 ke 49 yang berlangsung di Tokyo Big Sight, Jepang. Kehadiran Paviliun Indonesia menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperomosikan produk lokal yang sesuai dengan minat konsumen Jepang.

Selain itu juga berperan dalam mempertahankan eksistensi dan memperluas jaringan pemasaran produk Indonesia di Negeri Sakura tersebut. Bahkan pada hari pertama pameran FOODEX JAPAN 2024 telah ditandatanganinya nota kesepahaman transaksi perdagangan untuk pembelian produk frozen sweet potato senilai USD 9,8 juta atau 153,4 miliyar antara PT Indowooyang dengan Tokai Denpun, Co.Ltd untuk periode 2024-2026. (Kemlu, 2024)

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa Indonesia telah melakukan hubungan diplomatik dengan Jepang lebih dari 65 tahun. Salah satunya meningkatkan kegiatan ekspor impor untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi negara. Seperti kegiatan ekspor batubara yang dibutuhkan oleh Jepang dan melalui perjanjian IJEPA, baik Indonesia maupun Jepang mendapat keuntungan yang bermanfaat bagi ekonomi negara masing-masing. Kemudian baru-baru ini Indonesia melalui Dubes RI untuk Jepang juga turut menghadiri Pameran FOODEX JAPAN 2024 guna mempromosikan dan meningkatkan ekspor produk makanan, minuman dan pertanian Indonesia ke Pasar Jepang. 

Bagi UMKM Indonesia, IJEPA menjadi batu loncatan dalam upaya peningkatan produktivitas dan kualitas barang/jasa. Kegiatan ekspor dapat menjadi mesin penggerak pertumbuhan bagi negara karena akan meningkatkan devisa yang menjadi nilai tambah ekonomi. Masih banyak hal-hal lain yang diupayakan oleh Indonesia guna mempertahankan hubungan diplomatik dengan Jepang yang mana hubungan tersebut dapat berdampak positif dan menguntungkan kedua negara.

Daftar Referensi :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun