Mohon tunggu...
Ryanda Adiguna
Ryanda Adiguna Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pernah jadi: - Paskibraka. - Pertukaran Pemuda. - Duta Wisata. - Penerima Beasiswa. - Pengajar Muda. "Menulislah, agar orang di masa yang akan datang tahu kalau kau pernah hidup di masa lalu"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seminar Inspiratif dari Inspirator, Bapak Anies Baswedan, Ph.D

5 Maret 2012   20:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:27 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini saya coba buat untuk merangkum isi seminar inspiratif dari beliau yang saya ikuti beberapa hari lalu, mumpung masih ingat. Kalimat yang berasal dari beliau saya coba pisahkan dalam tanda kutip ("..."). Jika ada kesalahan dalam penyampaian, mohon dimaafkan :D. Sekilas tentang Pak Anies yang saya tau. Beliau pernah dinobatkan sebagai rektor termuda di Indonesia. Kemudian pernah dinobatkan sebagai Young Global Leader dalam forum ekonomi dunia, bersama tokoh lain seperti CEO Facebook Mark Zuckerberg, pegolf Tiger Woods, Anchor CNBC-India Shireen Bhan, CEO YouTube Chad Hurley dan pebalap F-1 Michael Schumacher. Beliau juga terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang. Nama beliau dicantumkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National Congress India Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota DPR AS, Paul Ryan. Juga sederet penghargaan lainnya, terakhir beliau menggagas program Indonesia Mengajar. Sumber. Jadi dari sekian banyak penghargaan dan prestasi yang di dapat, maka bolehlah kalau saya katakan bahwa beliau adalah tokoh yang inspiratif. Di hari Sabtu pagi itu, tanggal 3 Maret 2012, Pak Anies datang ke kota ku untuk memberikan seminar yang ditaja oleh Sekolah Darma Yudha Pekanbaru dengan tajuk Education fo Diversity. Menurut pengakuan beliau, ini adalah kali pertama beliau datang ke Pekanbaru dan Provinsi Riau. Provinsi yang bahasa daerahnya menjadi akar dari bahasa Indonesia, yaitu bahasa Melayu. Provinsi yang beliau menurut beliau akan menjadi salah satu garda terdepan bagi Indonesia untuk bersaing dengan negara lain terutama ASEAN. Mengapa? Nanti dilanjutkan :D [caption id="attachment_166818" align="aligncenter" width="523" caption="Fotonya agak kecil karena dari jauh, tapi percayalah kalau yg di depan itu adalah Pak Anies ;)"][/caption] Seminar hari itu beliau diawali dengan cerita tentang disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan pada sumpah pemuda 28 Oktober 1928.

"Tidak banyak negara di dunia ini yang memiliki bahasa persatuan, jauh sebelum negara itu merdeka. Yang ada yaitu negara tersebut merdeka terlebih dahulu, kemudian sebuah bahasa dipaksakan menjadi bahasa persatuan. Salah satu contohnya adalah negara Prancis."
"Contoh lain hari ini adalah Uni Eropa. Kita belajar tentang paham egaliter, tentang persamaan derajat dari negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Tetapi hari ini mereka tidak memiliki 1 bahasa resmi. Yang ada mereka meyepakati bahwa Uni Eropa memiliki 23 Bahasa Resmi. Akibatnya setiap tahun dihabiskan waktu, tenaga, uang, energi, dll yang sangat banyak untuk menerjemahkan naskah-naskah hasil rapat, konferensi, pertemuan atau apapun namanya itu ke dalam 23 bahasa resmi tersebut."
"Sedangkan di Indonesia, bangsa ini terdiri dari ratusan atau mungkin ribuan suku yang tiap suku itu punya bahasa daerahnya masing-masing. Namun bangsa itu bisa menyepakati sebuah bahasa persatuan. Bayangkan pada saat sumpah pemuda itu yang diikuti perwakilan dari Sumatra, Jawa, Sulawesi yang tiap-tiap daerah memiliki daerah masing-masing. Mereka datang dan mengakui bahasa daerah lain menjadi bahasanya. Itu adalah sebuah keputusan besar dan butuh kebesaran hati untuk menerimanya."
"Pada saat itu, siapapun pemuda pada saat itu, dari manapun asalnya, sehebat apapun orangnya, jika tidak bisa berbahasa Indonesia, maka mereka tidak akan bisa bersaing dengan pemuda lain yang bisa berbahasa Indonesia."
"Kemampuan berbahasa adalah modal untuk bisa bergaul dalam sebuah lingkungan. Jika ingin menjadi bagian dari lingkungan yang baru, maka harus bisa berkomunikasi dalam bahasa yang digunakan oleh lingkungan tersebut"

Setelah menjelaskan tentang pentingnya bahasa Indonesia dan betapa hebatnya pendiri bangsa ini, saya agak lupa bagian setelahnya. Seingat saya, Pak Anies mulai membahas tentang peran pendidikan. Saat memegang microphone, beliau berucap.

"Saya agak ragu kalau mic ini buatan Cina. Lampu di ruangan ini juga buatan Cina. HP yang saudara bawa ke dalam ruangan ini, sepertinya juga buatan Cina. Hampir semua produk saat ini adalah buatan Cina."

Kemudian beliau menunjukan beberapa slide yang berisi data tentang perbandingan jumlah guru di Cina, beberapa negara maju lainnya dan juga Indonesia. Jumlah lulusan S1, S2, dan Doktor di tiap negara. Hasilnya seperti yang telah di duga, jumlah lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih kalah jauh dibanding lulusan luar negeri.

"Berkuasanya negara Cina pada hari ini di hampir seluruh bidang, tidak terlepas dari jumlah orang-orang terdidik di negara tersebut. Pemerintah Cina menyekolahkan penduduknya ke luar negeri. (kalau saya tidak salah, dalam slide yang ditampilkan jumlahnya sekitar 1 jutaan dan sudah kembali sekitar setengahnya). Bayangkan, belum semuanya yang pulang, kita sudah kerepotan menghadapi Cina. Apalagi jika lebih banyak yang pulang" "Negara kita, Indonesia juga pernah mengalami hal yang sama. Kemajuan yang kita rasakan hari ini karena proses pendidikan yang terjadi di masa lalu. Pada awal kemerdekaan, hampir seluruh penduduk Indonesia berada dalam kondisi kemiskinan dan tidak terdidik (tidak sekolah). Pada saat itu jumlah SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi tidaklah banyak. Saya berani bertaruh jika ada seseorang yang berpendidikan (terutama sarjana) pada tahun-tahun itu, pasti dia anak "seseorang". Kalaupun ada yang bukan anak "seseorang", pasti tidak banyak jumlahnya". "Pada tahun 1950an, digagaslah sebuah program pendidikan yang mengirimkan mahasiswa ke daerah-daerah terpencil untuk mengajar (sekarang dikenal dengan Kuliah Kerja Nyata/KKN). Jika hari ini ada orang yang lahir dan besar di sekitar tahun 1950an, 1960an, 1970an, kemudian memiliki pendidikan tinggi tetapi dia bukan anak "seseorang". Maka saya kembali berani bertaruh, kalau mereka adalah hasil dari program tersebut. Banyak yang terangkat derajat sosial ekonominya karena program tersebut. Salah satunya (yang saya ingat) adalah Adrianus Mooy yang pernah menjadi Gubernur Bank Indonesia."

Pak Anies mulai masuk ke bagian tentang pentingya pendidikan dan efeknya bagi sebuah bangsa dan masa depan bangsa.

"Pendidikan itu adalah eskalator sosial ekonomi bagi tiap orang. Dulu pada saat kemerdekaan, tingkat buta huruf secara nasional adalah 95%, bayangkan betapa beratnya beban pemimpin pada saat itu. Hari ini hanya tinggal beberapa persen lagi angka buta huruf. Jadi, jika ada yang mengklaim keberhasilan Indonesia pada hari ini (red: pemerintah) karena usahanya segelintir individu atau kelompok, maka itu adalah anggapan yang salah besar. Kita hari ini adalah produk pendidikan di masa lalu."

Tantangan Masa Depan

"Kemajuan bangsa kita hari ini adalah produk masa lalu. Pertanyaannya, bagaimana dengan masa depan bangsa kita? Tentu jawabannya adalah bagaimana kita mempersiapkan hari ini." "(Saya agak kurang ingat apakah bagian ini ada disampaikan Pak Anies dalam seminar tersebut, tapi anggap saja ada). Sekarang mari kita lihat tentang masa depan dunia. Dulu ada Amerika Serikat, namun sekarang Cina dan India sudah mulai menggantikan. Uni Eropa juga maju, namun banyak hambatan karena perbedaan terutama bahasa, dll. Masa depan dunia itu ada di Asia." "Mari kita lihat pula peluang kekuatan dan kerjasama negara-negara Asia (sambil menunjukkan peta Asia). Kekuatan ekonomi Asia itu terbagi 4, Asia Barat (Timur Tengah), Asia Selatan (India, Pakistan, Bagladesh, Sri Lanka, dll), Asia Timur (Jepang, Korea, Cina, Taiwan), dan Asia Tenggara (ASEAN)." "Asia Barat (Timur Tengah) kurang dapat bekerja sama karena besarnya potensi konflik. Asia Selatan juga sepertinya tidak. India dan Pakistan masih berkonflik tentang masalah Kahsmir. Asia Timur juga, Cina dan Taiwan jelas tidak bisa bekerja sama karena sejarah masa lalu. Jepang dengan Korea, Jepang dengan Cina juga sepertinya tidak bisa." "Sekarang mari kita lihat Asia Tenggara (ASEAN). Sepertinya negara-negara ini bisa bekerjasama dalam banyak hal. Malaysia-Indonesia, Indonesia-Singapura, Thailand-Vietnam, Filipina-Indonesia. Karena kebisaan ini makanya terbentuk ASEAN. Pertanyaannya, dimana negara terbesarnya?? Indonesia." "Selanjutnya, daerah mana yang wilayahnya berada paling dekat dengan negara ASEAN? Daerah di sepangjang pantai timur Sumatra dan Riau adalah salah satu yang terdekat. Dan Riau ada di salah satu garis terdepan dalam menghadapi ASEAN (kembali ke awal tadi). Pertanyaan selanjutnya, sudah siapkah masyarakat Riau?? Sudah siapkah unsur-unsur pendidikan di Riau?? Mulai dari SD, SMP, SMA, perguruan tinggi. Kalau tidak dipersiapkan dari sekarang, maka orang-orang dari daerah lain akan mengisi itu, sehingga nanti akan muncul istilah putra daerah dikucilkan. Terpinggirkan karena tidak mampu bersaing."

Sesi Tanya Jawab Setelah sesi presentasi yang agak lama tapi sama sekali tidak membosankan, setelahnya dilanjutkan sesi tanya-jawab. Pada saat sesi ini, ada sebuah pertanyaan dari seorang mahasiswa yang disampaikan dengan intonasi sangat berapi-api (agak keras). Lebih kurang pertanyaannya:

Riau ini adalah adalah provinsi kaya namun kekayaannya itu tidak merata dibagikan ke seluruh daerah, sekolah rusak, jalan rusak, dan banyak lagi yang rusak. Bagaimana menanggapi ini pak? Kemudian dijawab dengan lugas dan saya yakin yang bertanya tadi akan terdiam: Sebelum saya jawab, saya mau tanya. Sebutkan 3 kekaayaan Riau? Kemudian peserta serempak menjawab, minyak bumi. Kemudian yang kedua? Kembali serempak, Kelapa Sawit. Kemudian yang ketiga? Kali ini agak berbeda-beda tapi sebagian besar menjawab karet. Bapak Ibu, itu bukan kekayaan yang sebenarnya. Jika itu jawabannya, maka cara berpikir kita sama dengan cara berpikir penjajah. Mereka mengambil semua kekayaan alam kita, tetapi tidak memperhatikan penduduk setempat. Kekayaan sebuah bangsa adalah manusianya!!! Kita lebih tau jumlah barrel minyak bumi dari pada jumlah guru SD. Kita lebih tau luas lahan kelapa sawit dibanding berapa banyak guru-guru SMP, SMP, dosen, dan tenaga pendidik lainnya. Zzz, semuanya terdiam.

Gerakan Indonesia Mengajar Kemudian ada beberapa pertanyaan lain, tetapi ada 1 yang agak unik sebuah pertanyaan dari seseorang yang masih kuliah di jurusan pendidikan. Pertanyaannya lebih kurang:

"Anak-anak sekarang lebih banyak yang mengagumi artis-artis, juga mengagumi  boyband dan ingin seperti mereka karena uangnya bayak. Sedangkan teman-teman saya banyak yang bertanya mengapa saya mau jadi guru, guru kan miskin. Jadi tolong yakinkan saya kalau mereka salah dan saya bisa bertahan di profesi ini". Lebih kurang seperti itu pertanyaannya.

Kemudian Pak Anies mencoba menjawab dan menggunakan contoh program Indonesia Mengajar:

Memang ada pemuda yang seperti itu, tetapi banyak juga yang tidak seperti itu, masih banyak ingin menjadi guru. Salah satu dari mereka yang duduk di bagian belakang (sambil menunjuk ke arah pengajar muda), ada 10 orang pemuda yang tergabung dalam Indonesia Mengajar.

Sebagai info, provinsi menjadi salah satu lokasi penempatan dalam program Indonesia Mengajar. Tepatnya di Pulau Rupat dan Pulau Bengkalis di Kabupaten Bengkalis. Sebagai info lagi, kalau tidak salah Bengkalis adalah Kabupaten terkaya nomor 2 di Indonesia setelah Kutai Kartanegara. Sebagian besar APBD nya berasal dari dana bagi hasil minyak yang sangat besar. Ironisnya, ada daerah dari kabupaten ini yang tak memiliki cukup akses pendidikan. Pada seminar pagi itu, sengaja datang para pengajar muda dari daerah penempatannya yang berjarak cukup jauh. Dari pulau rupat harus ke Dumai sekitar 2 jam naik kapal. Dari Dumai ke Pekanbaru dengan waktu tempuh paling cepat 5 jam, rata-rata 6 jam.

Sekarang Gerakan Indonesia Mengajar sudah masuk angkatan ke 4. Telah dikirimkan (saya lupa jumlahnya, kalau tidak salah sekitar 200an) orang. Total yang mendaftar sampai angkatan 4 ini adalah 19an ribu orang. Bayangkan, mereka mendaftar bukan untuk mendapatkan kantor mewah, fasilitas baik, kenyamanan hidup, dll. Tapi mereka mendaftar untuk dikirim ke desa-desa, yang tanpa listrik, belum tentu ada sinyal, jauh dari kota, dan segala macam penderitaan lain.
Pada saat keberangkatan Pengajar Muda angkatan 1 di bandara Soekarno-Hatta, tepat di hari pahlawan, saya menyampaikan. Yang menjadi nama bandara ini, Soekarno-Hatta, mereka memiliki seluruh persyaratan untuk hidup sejahtera bagi dirinya dan keluarganya. Tetapi mereka memilih berjuang untuk kemerdekaan bangsanya. Jika nanti ada yang berucap terima kasih Pengajar Muda telah datang kesini, sedangkan negara ini saja belum mengurus kami. Maka jawablah "kami datang mewakili negara".

Kemudian setelah pertanyaan tersebut, susasana seminar menjadi sedikit emosional dan semakin emosioanl seteah diputarkan video tentang program Indonesia mengajar. Beberapa video saya temukan di Youtube dan sepertinya adalah video yg diputarkan pada seminar itu. Dengan video tersebut, jawaban dari pertanyaan terakhir tersebut terjawab tuntas. Mungkin lebih kurang video itu menjawab seperti ini. Siapa bilang tidak ada yang mau jadi pengajar, itu contohnya para pengajar muda. Ini tempat yang mereka tinggali dengan keterbatasan fasilitasnya, tapi mereka memilih untuk menjalani itu.

"Janji kemerdekaan adalah untuk mencerdaskan dan mensejahterakan. Janji itu harus dibayar lunas pada setiap anak bangsa. Pengajar muda memiliki persyaratan untuk bergaji tinggi dan hidup nyaman di kota-kota besar. Tapi mereka memilih hidup di desa-desa tanpa listrik. Hadirnya pengajar muda membuktikan ibu kita tetap melahirkan pejuang. Pendidikan bukan saja mencerdaskan, pendidikan adalah eskalator sosial ekonomi. keterdidikan mengantarkan pada kesejahteraan. Kelak akan lahir sederet pemimpin baru yang paham benar akan bangsanya."

Sekian rangkuman seminar pada hari itu, sangat inspiratif bagi saya. Saya ingin jadi salah satu dari mereka, membayar janji kemerekaan, bagaimana dengan yang lain? Contohnya ada sangat dekat dengan saya. Salah seorang senior saya di kampus ikut program ini. Seorang teman lainnya juga ikut. Seorang lagi teman saya sudah mendaftar dan terpilih untuk seleksi berikutnya, tapi terpaksa batal karena restu orang tua tak di dapat. Semoga bermanfaat bagi yang membaca. Setelah pertanyaan itu dan sesi ditutup, Pak Anies langsung ke Jakarta. Di jalan keluar ruang seminar menuju mobil, beberapa orang peserta mengikuti untuk dapat bersalaman dan berfoto bersama. Salah satunya saya. Berfoto dengan tokoh inspiratif, dibutuhkan effort dan juga momen yang tepat, serta fotografer yang tepat :) Thank you @ditkudith. [caption id="attachment_166820" align="alignnone" width="546" caption="Nice moment, great photographer "]

13309779831339133834
13309779831339133834
[/caption] Sekian..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun