Mohon tunggu...
Jonathan Latu
Jonathan Latu Mohon Tunggu... Wiraswasta - Banser NU

menulis supaya membaca

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Corona dan Baling-Baling Helikopter

8 April 2020   09:46 Diperbarui: 8 April 2020   09:50 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: twitter.com/gpansorrembang

Saat kecil sering heran ketika lihat helikopter, terutama baling-balingnya yang seolah berputar lamban di layar TV. Pernah juga melihat secara langsung di lapangan Pemda ketika acara 17-an ada helikopter, dan baling-balingnya memang seperti berputar lamban. Sama seperti saat kita lihat kipas angin, mem-video kipas tersebut yang sedang berputar, sama hasilnya baling-balingnya lamban berputar.

Kemudian sekarang baru tahu bahwa kecepatan mata dan kamera menangkap gerakan baling-baling tersebut yang bermasalah, mata kita tak mampu mengikuti gerakan cepat hingga yang nampak seolah pergerakan yang lamban. Banyak artikel yang bisa menjelaskan secara gamblang dan logis hal tersebut.

Oke, ini tidak membahas secara "sayentifik" kenapa bisa demikian, hanya sebuah kias dan analogi supaya tulisan ini bisa jelaskan bagaimana covid-19 menerjang kehidupan umat manusia sedunia. Virus ini sangat cepat, tak diragukan lagi bahkan bagi kaum peragu yang masih sibuk menganggap virus ini tidak berbahaya. Tak perlu harus mengalami supaya percaya, dampaknya sangat terasa. Mulai PHK besar-besaran, nilai tukar uang yang melemah, susahnya cari uang dan lain sebagainya.

Kita sedunia sedang dalam pandemik, sudah memasuki bulan ketiga dan belum nampak ada perbaikan. Yang tersisa adalah harapan, doa, aksi penanggulangan dan banyak hal lain. Bulan ketiga dan masih shock dengan keadaan yang ada, depresi mulai menggelayut sebagai efek samping yang tidak bisa dihindari. Kita semua takut, tapi harus bangkit mengalahkan hal ini dengan segala upaya yang belum ketemu dimana.

Virus ini unik karena mengharuskan umat manusia harus jaga jarak, sekali lengah maka kemungkinan kena sangat besar. Penularannya karena kontak langsung, sehingga harus ada pembatasan antar manusia. Namun, sisi paling dasar dari kemanusiaan adalah sosialisasi dan kontak langsung. Dokter dan paramedis ketika menangani yang terinfeksi juga harus langsung menyentuh dan melakukan kontak, padahal jika kontak maka beresiko terkena.

Kemudian manusia menemukan cara supaya tetap kontak tapi meminimalisir infeksi, ketemulah APD. Ketemu juga cara cuci tangan yang benar, cara memakai masker, memakai kaos tangan, menghindari kerumunan, dan banyak cara untuk meminimalisir penularan. 

Kenapa manusia mencari cara tersebut? Karena kebutuhan utama manusia selain makanan, rumah dan pakaian adalah bertemu satu sama lain dan bersosialisasi supaya bertahan hidup. Aturan yang kemudian menjadi kodrat manusia hidup di dunia fana, bersosialisasi adalah "sunnatullah" sehingga manusia tidak akan bisa menghindari hal tersebut.

Oke corona ini sangat cepat dan sekarang milyaran manusia penghuni planet ini sadar. Setelah sadar, apa yang harus dilakukan supaya pandemik ini berakhir dan kehidupan bergulir seperti sedia kala? 

Solidaritas antar manusia adalah jawaban paling benar dan rigid, mau tetap hidup maka manusia harus bekerja sama untuk sembuh. Dokter dan paramedis dibantu ilmuwan mengerjakan banyak hal untuk menyembuhkan pasien yang sudah terinfeksi. Solidaritas manusia sedunia non medis melakukan banyak aksi pendukung, saling memberikan semangat satu sama lain, saling mengingatkan betapa diam di rumah adalah aksi nyata yang bisa menekan virus ini.

Kemudian aktivis kemanusiaan menyisir dampak dari pandemik ini, baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya dan mempunyai satu tujuan yang sama yaitu mensyiarkan satu hal bernama "HARAPAN". Iya, kita semua masih punya harapan sangat besaar bahwa virus ini kan segera berakhir ketika kita semua melakukan gerakan besar yang tanpa kontak, gerakan besar yang bisa dilakukan dengan diam di rumah. Sementara sebagian lain harus turun ke jalan dengan mengikuti protokol kesehatan. Kenapa harus turun ke jalan? Bukankah harus jaga jarak? Bukankah ini sangat beresiko? Bukankah hal ini berbahaya?

Jawaban dari banyak pertanyaan diatas adalah IYA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun