Bursa transfer musim panas masih menyisakan waktu satu bulan lagi. Berbagai isu perpindahan pemain pun terus terjadi. Yang paling banter tentu saja isu kepindahan Neymar ke PSG, ketertarikan Barcelona terhadap Coutinho, juga Real Madrid yang menginginkan Mbappe. Berbagai spekulasi tentang dua orang tersebut pun silih berganti mengisi headline di berbagai media.
Dibandingkan dengan bursa transfer musim dingin, aktifitas sebuah kesebelasan di bursa transfer musim panas bisa dibilang lebih aktif dan agresif. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar. Pasalnya musim panas adalah awal musim kompetisi di sebagian besar liga-liga di Eropa, sehingga merupakan waktu yang pas bagi sebuah kesebelasan untuk menyusun skuad yang akan bertarung hingga akhir musim nanti. Sementara itu bursa transfer musim dingin biasanya hanya berguna untuk menambal apa yang masih kurang dalam suatu kesebelasan di paruh musim pertama, dengan tujuan mampu tampil lebih baik di paruh musim kedua.
Karena itu, jangan heran kalau melihat beberapa kesebelasan sangat jor-joran dalam mengeluarkan dana di bursa transfer kali ini. Bukan hanya sebatas dana, bahkan tidak jarang juga yang merombak total skuatnya. Lihat saja bagaimana agresifnya AC Milan dalam mendatangkan pemain untuk musim ini, betapa royalnya Manchester City ataupun klub sekelas Everton dan West Ham yang diam-diam juga mendatangkan banyak pemain berkelas untuk mengarungi musim ini.
Salah satu sisi yang disorot tiap kali terjadi perpindahan pemain tentu saja adalah banderol transfernya. Semakin hari semakin dirasakan bahwa harga seorang pemain sepakbola terasa kian mahal. Ketika ditahun 2001 Real Madrid memboyong Zidane dari Juventus seharga 75 juta euro, butuh waktu delapan tahun bagi dunia sepakbola untuk memecahkan nilai transfer tersebut. Adalah kepindahan Cristiano Ronaldo, juga ke klub tersebut, pada tahun 2009 yang memecahkannya senilai 94 juta euro.
Di tengah bisnis sepakbola yang semakin berkembang ini, harga mahal seorang pemain pun bukan menjadi masalah. Di satu sisi ada klub yang membutuhkan uang, disisi lain ada klub yang butuh pemain dan memiliki dana lebih. Jadilah angka-angka transfer yang menggila. Hanya bertahan empat tahun saja, rekor transfer CR 7 pun pecah. Lagi-lagi yang memecahkannya adalah pemain Madrid. Kepindahan Gareth Bale ke Santiago Bernebau di banderol seharga 100 juta Euro.
Tiga tahun kemudian di musim panas 2016 kepulangan seorang anak muda ke klub lamanya di Inggris harus di tebus dengan mahar 105 juta euro. Kepindahan Paul Pogba dari Juventus ke MU tersebut masih menjadi rekor transfer dunia sampai dengan saat ini.
Lalu apakah harga mahal menjadi jaminan dari kualitas seorang pemain ? jawabannya tentu saja tidak. Kita tentu tak akan pernah lupa dengan tansfer mahal yang dilakukan Liverpool untuk Andy Carrol, Chelsea dengan Fernando Torres ataupun Kepindahan Kaka ke Real Madrid. Tidak sedikit dana yang ketiga klub tersebut keluarkan untuk merekrut ketiga pemain itu. Akan tetapi penampilan mereka jauh dari ekspektasi serta nilai transfernya.
Sederhananya ada pola "Dapatkan pemain muda-poles-namanya melambung-jual dengan harga tinggi" bagi klub kecil. Sementara bagi klub kaya "cari pemain jadi-tawar berapapun harganya". Ketika pemikiran terus seperti itu, maka jangan kaget kalau dalam waktu kurang dari 5 tahun kedepan harga seorang pemain sepakbola di Eropa sanggup untuk membangun 6 stadion seperti Stadion Batakan milik Persiba Balikpapan.