Mohon tunggu...
Priscilla Nadia Putri
Priscilla Nadia Putri Mohon Tunggu... -

Student of Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Journalism'14

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

'Sejuknya' Cukur Rambut di Bawah Beringin

27 April 2017   16:59 Diperbarui: 28 April 2017   13:28 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kota Yogyakarta memiliki banyak lokasi wisata yang mendatangkan keuntungan tersendiri bagi pendapatan daerah. Beberapa data mengatakan bahwa kunjungan wisatawan di penghujung tahun 2016 diperkirakan mencapai 3,5 juta orang. Banyakannya lokasi bersejarah, kesenian, budaya dan adat istiadalah yang membuat daya tarik tersendiri bagi pengunjung lokal maupun mancanegara. Banyak lokasi yang menjadi ikonik yang tak boleh anda lewatkan ketika berada di Yogyakarta seperti: Kraton, Alun-alun, Tugu, Nol Kilometer, Malioboro, Museum Kereta, dan masih banyak lagi.

Yogyakarta, kota dengan segudang kisah yang mempesona membuat daya tarik tersendiri untuk orang kembali. Perkembangan jaman yang kian menjadi ternyata tak sepenuhnya mengubah keklasikan kota ini.

Sebuah pohon beringin besar mencuri pandanganku siang ini. Di bawah pohon itu terdapat aktivitas yang jarang ditemui lagi di daerah sekitaran Yogyakarta. Fenomena tukang cukur rambut tradisional yang membuka lapak di pinggir jalan kini memang menjadi hal langka yang sukar ditemui. Tukang cukur rambut pada era kini lebih identik dengan barber shop atau membuka lapak dalam sebuah ruangan atau ruko yang nyaman.

Namun, hal berbeda tampak di Alun-alun Utara Yogyakarta, terlihat seorang lelaki dengan rambut putih dan berkulit sawo matang sedang duduk di atas kursi plastik berwarna hijau. Amin Udin (49) namanya, seorang tukang cukur rambut tradisional yang menjalankan profesinya di depan gedung PDHI (Persaudaraan Djamaah Haji Indonesia) daerah Alun-alun Utara Yogyakarta. Udin panggilan akrabnya, lahir di Yogyakarta 15 Desember 1968. Ia terlahir dari keluarga sederhana yang memiliki sembilan orang anak, ayahnya bernama Notodiharjo. Beliau merupakan anak paling kecil dari keluarganya, ia juga memiliki satu orang kakak yang telah meninggal dunia. Ayahnya yang memiliki pekerjaan tak tetap serta memiliki banyak anak membuatnya tak bisa mengenyam pendidikan yang ia impikan, pendidikan terakirnya hanyalah Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Beliau memiliki istri seorang buruh cuci baju dan memiliki dua orang putra yang masih mengenyam bangku sekolah. Namun, kini istrinya mengalami strokesehingga tidak bisa membantunya untuk mencari nafkah lagi. Kini pekerjaannya sebagai tukang cukur hanyalah satu-satu penghidupan keluarganya. Kini Udin dan keluarganya mengkontrak rumah karena tak bisa membeli rumah sendiri. Beliau berangkat dari kediamannya di Jalan Godean dan mulai membuka lapaknya mulai pukul 08.30 hingga 16.00 WIB.

Dahulu Udin bekerja sebagai seorang buruh bangunan, sebelum sekitar 14 tahun lalu memutuskan untuk beralih profesi sebagai tukang cukur rambut. Berpindahnya profesi dikarenakan pekerjaan menjadi buruh bangunan membutuhkan tenaga besar namun hasilnya tak  seberapa. Pria yang memiliki dua anak tersebut akhirnya memutuskan untuk berhenti dan memulai belajar mencukur rambut. Sebelum membuka lapaknya sendiri, ia pernah bekerja di sebuah salon milik orang lain. Namun, lagi-lagi karena upah tak seberapa maka ia memutuskan untuk mandiri. Berbekal uang tabungannya ia membuka jasa potong rambutnya di depan Museum Affandi Yogyakarta. Namun, karena pembangunan yang ramai di daerah sana ia memutuskan untuk berpindah ke Alun-alun Utara.

Untuk mencukur rambut, Udin sama sekali tak memiliki keahlian, ia hanya belajar secara otodidak. Meski beliau tak kursus mencukur rambut namun, keahliannya dalam mencukur tak dapat diragukan. Ketika memotong rambut beliau selalu menyesuaikan permintaan dari pelanggannya. Pelanggan yang berdatangan biasanya seperti tukang becak, tukang ojek, tukang sapu dan beberapa warga sekitar. Namun, tak jarang ada wisatawan yang tertarik dan mencukur rambutnya pada Udin.

Cukur tua, gunting, bedak serta kaca menjadi teman setianya untuk menunggu para pelanggan dalam kesehariannya. Cukur tua manual yang memiliki nama Shaverjauh dari kata moderen, setia ia gunakan dalam mencari pundi-pundi untuk kehidupan. Ia menerangkan pula usia alat cukurnya lebih tua dibandingkan dengan usia yang ia miliki. Dengan semangat tinggi Udin selalu mencoba memberikan jasa potong rambut terbaiknya untuk para pelanggan setianya.

Penghasilan Udin memang tak menentu, hal ini dikarenakan Udin tak pernah mematok harga bagi pelanggannya yang datang untuk merapikan rambut atau jenggotnya. “Hal apa saja akan saya kerjakan asalkan menghasilkan uang halal untuk keluarga,” hal itu yang berkali-kali ia ucapkan. Ia lebih suka memberi jawaban seiklhasnya ketika para pelanggan menanyakan harga padanya. Selain mangkal di daerah Alun-alun, beliau juga biasa menerima panggilan cukur rambut untuk para saudara kita yang difabel dan stroke. Udin biasa mengendarai motor Honda Supra hitamnya menuju rumah para pelanggannya tersebut.

Selain memiliki keahlian mencukur rambut, ia juga memiliki hobi membuat olahan dari bahan dasar kayu. Beliau bercerita kegiatan sehari-harinya di rumah jika tidak bekerja sama seperti orang kebanyakan. Namun, kini karena istrinya sudah sulit melakukan aktifitas maka banyak pekerjaan rumah tangga yang ia kerjakan bersama kedua anaknya. Setiap hari ia mengumpulkan hasil jasa cukur rambutnya untuk dipergunakan makan dan menyekolahkan anaknya. Ia memiliki cita-cita agar kedua putranya dapat sekolah setinggi-tingginya serta memiliki pekerjaan yang lebih baik darinya.

Udin mengaku akan terus menjalani profesinya sebagai tukang cukur, sebab baginya mencukur rambut merupakan pekerjaan yang menyenangkan dan menghibur. Jika hati senang pekerjaan yang terlihat berat akan membuat tidak lelah tuturnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun