Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Proteksi Keuangan dengan Dana Darurat

22 April 2015   13:07 Diperbarui: 6 September 2017   14:14 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14297034201534089157

[caption id="attachment_411922" align="alignnone" width="259" caption="Gambar dari: lifeasmom.com"][/caption]

Apa yang akan anda lakukan? Bayangkan anda memiliki seekor induk ayam ajaib yang bisa bertelur emas. Suatu hari seorang pencuri masuk ke kandang ayam ajaib itu. Di dalam ada ayam ajaib dan telur-telur emasnya. Anda hanya memiliki kesempatan untuk menyelematkan salah satunya, ayam atau telur-telur emas? Yang mana yang akan anda selamatkan?

Cara berpikir anda akan menentukan jawaban anda.

Jika kita hubungkan ilustrasi di atas dengan manajemen keuangan keluarga, telur-telur emas tersebut berarti harta atau pendapatan, sedangkan ayam ajaib adalah sumber pendapatan. Menyelamatkan telur-telur berarti menyelamatkan pendapatan atau harta, sedangkan menyelamatkan ayam berarti menyelamatkan sumber pendapatannya.

Menyelamatkan sumber pendapatan jauh lebih penting ketimbang menyelamatkan harta. Harta masih bisa dicari lagi selama masih ada sumber pendapatan yang tersedia. Ini menjadi salah satu prinsip dasar layanan jasa yang diberikan asuransi dan lembaga keuangan serupa. Bagaimana memberikan proteksi kepada sumber pendapatan anda jika pada suatu saat sumber pendapatan tersebut “malfunction” atau terhenti sama sekali.

Sebagai informasi, ilustrasi pembuka di atas itu adalah pertanyaan yang diberikan kawan saya, seorang agen asuransi jiwa, saat dia sedang mempromosikan “jualannya”.

Memberikan perlindungan kepada sumber pendapatan memang penting, karena kita tidak pernah tahu hari-hari suram yang sedang mengintai di depan. Jika hari suram itu datang, dan kita tidak siap menghadapinya, rencana-rencana keuangan yang sudah kita rancang dengan baik bisa berantakan jadinya.

Salah satu kiat yang juga bisa digunakan untuk mempersiapkan diri saat pendapatan terhenti adalah membangun Dana Darurat (Emergency Fund). Dana darurat digunakan pada saat sumber pendapatan mengalami masalah, misalnya pencari nafkah terkena PHK, menderita sakit atau usaha terganggu sehingga mengalami kerugian. Sementara itu di sisi lain, biaya atau pengeluaran keluarga setiap bulan terus berjalan, tidak bisa ditunda-tunda eksekusinya. Misalnya biaya konsumsi, tagihan-tagihan dan lain-lain.

Dana darurat juga berguna pada saat terjadi “turbulance” yang mengganggu pengelolaan keuangan kita. Terjadi pengeluaran besar tiba-tiba, yang bisa menguras seluruh tabungan atau investasi yang kita bangun sekian lama. Padahal tabungan atau investasi tersebut sudah dipersiapkan untuk tujuan keuangan lainnya. Misalnya terjadi bencana kebakaran, kerampokan, anggota keluarga sakit keras atau meninggal dan lain-lain.

Membangun dana darurat sebenarnya lebih mudah, tidak serumit analisa perhitungan pada produk asuransi. Kita hanya perlu menghitung berapa rata-rata biaya yang kita keluarkan setiap bulannya untuk mulai merancang dana darurat yang kita butuhkan. Idealnya dana darurat ini jumlahnya senilai dengan tiga sampai enam kali pengeluaran bulanan. Jadi misalnya rata-rata pengeluaran bulanan sebesar Rp 3.000.000,- per bulan, maka idealnya dana darurat yang kita sediakan berkisar dari Rp 9.000.000,- sampai Rp 18.000.000,- Semakin besar jumlahnya semakin besar pula perlindungannya.

Asumsinya dana tersebut cukup untuk biaya hidup selama tiga sampai enam bulan sampai kita menemukan sumber pendapatan baru lagi,  atau sumber pendapatan berjalan normal kembali. Misalnya jika terkena PHK, maka dalam kurun waktu tersebut kita dianggap sudah bisa menemukan alternatif mata pencaharian baru. Atau jika usaha mengami kerugian karena bencana alam, dana darurat tersebut mampu menopang kebutuhan keluarga sampai usaha yang dijalankan stabil kembali.

Namun seringkali muncul pertanyaan: Bagaimana membangun dana darurat sedangkan untuk kebutuhan sehari-hari saja susah dipenuhi?

Pada prinsipnya, membangun dana darurat sama halnya dengan menabung. Dibutuhkan ketekunan dan penghematan disertai dengan komitmen untuk mewujudkannya. Beberapa kiat yang bisa kita lakukan untuk mulai membiasakan diri menyisihkan pendapatan ke dalam tabungan antara lain:


  1. Membatasi gaya hidup. Biaya lifestyle seringkali menjadi komponen biaya yang menguras pendapatan. Periksa kembali daftar pengeluaran lalu pangkas biaya-biaya yang kurang perlu direalisasikan. Kurangi pengeluaran untuk entertainment, batasi shopping barang-barang mewah, kurangi kebiasaan kurang baik (merokok, alkohol, dan lain-lain)
  2. Menabung dari kelebihan pendapatan. Sisihkan pendapatan ke dalam dana darurat setiap kali anda memiliki kelebihan. Seperti bonus, THR, lembur, dan kenaikan gaji. Sekalipun terjadi kenaikan gaji, berusahalah tetap melakoni gaya hidup sebelumnnya, sehingga kelebihan pendapatan dapat dialokasikan untuk dana darurat.
  3. Mengumpulkan recehan. Koin-koin kembalian dan uang kecil lainnya bisa kita kumpulkan untuk ditabung. Untuk menyelamatkan uang kecil anda di kasir supermarket, belanjalah dengan kartu debet jika memungkinkan.
  4. Berhemat. Dengan hidup hemat, kita dapat merealisasikan belanja kurang dari anggaran bulanan yang telah ditetapkan sehingga kelebihan anggaran dapat ditabung ke dalam dana darurat.

Kemudian untuk memacu motivasi, berikan tenggat waktu pada diri kita sendiri, berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk membangun dana darurat tersebut. Misalnya setelah melakukan perhitungan, kita membutuhkan dana darurat sebesar minimal Rp 15.000.000.- tenggat waktu untuk membangun dana darurat tersebut adalah tiga tahun. Dengan memperhitungkan inflasi tiga tahun kemudian, katakanlah kebutuhan dana darurat kita menjadi kurang lebih Rp 20.000.000,- Angka ini jika dibagi 36 bulan menghasilkan Rp 555.555,- Jadi untuk untuk membangun dana darurat yang sesuai dengan kebutuhan kita, selama tiga tahun kita harus menabung setiap bulannya sebesar Rp 556.000,-

Angka inilah yang akan menjadi target kita. Tentu jika telaten dan memilih instrumen tabungan yang tepat, setelah tiga tahun dana darurat kita akan berjumlah lebih karena diakumulasi dengan bunga tabungannnya.

Besarnya dana yang dialokasikan setiap bulan tergantung pada biaya hidup kita, dan berapa lama waktu yang kita inginkan untuk membangun dana tersebut. Semakin tinggi kebutuhan dana darurat dan semakin cepat tenggat waktu yang kita butuhkan, semakin besar pendapatan yang harus kita sisihkan setiap bulan. Sebaliknya semakin rendah kebutuhan dana darurat dan semakin lama tenggat waktu yang dibutuhkan semakin kecil pula pendapatan yang kita sisihkan setiap bulannya.

Dengan mulai membangun dana darurat, kita sedang merancang pertolongan pertama pada saat terjadi masalah keuangan dalam keluarga kita. (PG)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun