Mohon tunggu...
Peb
Peb Mohon Tunggu... Arsitek - Pembaca yang khusyuk dan penulis picisan. Dulu bercita-cita jadi Spiderman, tapi tak dibolehkan emak

Bersukarialah dengan huruf, kata dan kalimat. Namun jangan ambil yang jadi milik Tuhan, dan berikanlah yang jadi hak kaisar.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Golkar, Sudah Vertigo, Tertimpa Sabu-sabu

15 September 2017   04:32 Diperbarui: 16 September 2017   17:13 9661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setnov dalam sebuah acara. Sumber gambar ; https://akcdn.detik.net.id/visual/2017/07/18/81a8c15a-8257-422a-a911-74a060d75370_169.jpg?w=650

Di tengah hangatnya pemberitaan soal organisasi Saracen dan penangkapan sejumlah orang diduga pembuat ujaran kebencian, muncul berita lain yang tak kalah hangat. Kali ini menimpa partai Golkar. Seorang elit partai Golkar bernama Indra J Piliang ditangkap terkait pemakaian sabu, narkotika kelas wahid saat ini. 

Kasus Indra J Piliang (IJP) muncul di tengah arus berita sakitnya Setya Novanto (Setnov)--Sang Ketua Partai dan ketua DPR RI--yang berdekatan dengan jadwal pamanggilannya di KPK terkait kasus korupsi E-KTP. Kedua orang tersebut bukan orang sembarangan dalam entitas politik negeri ini. Mereka merupakan elit partai dan punya pengaruh besar pada eksitensi Golkar saat ini. Selain itu, masing-masing mewakili generasi, Setnov sebagai generasi senior (tua) sedangkan IJP mewakili generasi muda. 

Indra J Piliang tokoh muda Golkar, sumber gambar ; http://indowarta.com/wp-content/uploads/2017/09/dd-1-7.png
Indra J Piliang tokoh muda Golkar, sumber gambar ; http://indowarta.com/wp-content/uploads/2017/09/dd-1-7.png
"Kolaborasi Generasi" ala Kompasianival?
Hal yang menarik lagi, Setnov tersangkut kasus korupsi--sebuah kasus klasik yang sering menimpa para tetua yang berpengalaman di dunia partai politik. Sedangkan IJP tersangkut kasus narkoba---kasus klasik anak muda. Dalam bahasa satire politis: "Keterwakilan korupsi dan narkotika sudah tepat ditangan generasinya, sehingga tak lagi perlu diperdebatkan kapabilitas si pemegang tampuk". Secara Kompasianival-isme, telah terjalin "Kolaborasi Generasi" yang mencuat di ruang publik. Heu heu heu...ampuun Mas/Mbak admin K!

Sajian koraboratif dua generasi itu mampu membentuk suasana hiruk-pikuk publik di kehausan mereka akan tontonan politik-hukum klasik negeri ini. Seringkali, hal itu jadi sumber ide-ide kreatif di dunia maya--yang mencerdaskan atau justru menghasilkan pembodohan antar kelompok dalam publik itu sendiri.

Kasus korupsi E-KTP yang menjerat Setnov sedang dalam proses hukum. Secara "kebetulan" saat akan diproses KPK, Setnov mendadak sakit. Dia yang sebelumnya gagah, penuh senyum dan aktif menjalankan tugas walau menyandang status tersangka korupsi, kini terbaring di RS. Kabanya terserang vertigo yang lumayan berat. Hal tersebut menjadikan proses hukum Setnov mundur--menunggu kesembuhan. 

Di sisi lain, kasus narkotika sabu yang menjerat IJP baru masuk proses hukum.

sumber gambar : http://kilasmaluku.fajar.co.id/wp-content/uploads/2016/03/Golkar.jpg
sumber gambar : http://kilasmaluku.fajar.co.id/wp-content/uploads/2016/03/Golkar.jpg
Upaya penyelamatan simbol generasi
Kelak, bukan tidak mungkin proses hukumnya bisa bersamaan waktu tayang dan sorot kamera di pengadilan yang berbeda. Kesamaan waktu proses hukum kedua elit partai Golkar itu bisa membuat enegri partai cukup terkuras. Bagaimanapun, secara resmi dan tak resmi, para elit dan kader partai tak akan tinggal diam. Mereka akan berusaha "menyelamatkan" keduanya. Kalaupun terpaksa menerima sangsi hukum tidaklah harus berat. Syukur-syukur kalau bisa dibebaskan. 

Cara penyelamatan yang ditempuh selain cara hukum, kemungkinan juga dilakukan dengan cara politis. Sebagai entitas politik, kepiawaian berpolitik tentu menjadi satu point besar untuk dimanfaatkan.

Persahabatan dua panglima
Ada adigium "Hukum adalah Panglima", sesuatu yang ideal dalam penegakan keadilan bagi semua orang tanpa pandang bulu. Namun beragam peristiwa hukum yang pernah menjerat elit politik di negeri ini seolah membentuk preseden tertentu di benak publik, bahwa ada "panglima bayangan" yang bersebelahan dengan hukum, yakni politik. 

sumber gambar : https://www.qureta.com/uploads/post/penegakanhukumindonesia_0.gif
sumber gambar : https://www.qureta.com/uploads/post/penegakanhukumindonesia_0.gif
Dengan kepiawaian tertentu, "panglima politik" mampu memengaruhi "panglima hukum". Kedua panglima itu bersahabat secara tidak kasat mata. Hasilnya seringkali drama klasik di tengah publik penonton yang hanya bisa terkesima, tersentak, berdecak, dan beragam reaksi. Mereka adalah entitas yang jauh dari panggung, apalagi di balik panggung. 

Lalu, bagaimana kelak proses peradilan Setnov dan IJP? Sangat menarik untuk diikuti. Publik punya ruang untuk mengamati dan mengekspresikan reaksi alamiahnya di "aula besar" Demokrasi negeri ini. Soal preseden yang membentuk tendensi pikiran publik adalah sah-sah saja sejauh mereka punya atau menerima informasi dari media. Tendensi dalam pikiran setiap orang tentu tak bisa dihentikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun