Mohon tunggu...
Susy Haryawan
Susy Haryawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - biasa saja htttps://susyharyawan.com eLwine

bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polisi Tidak Takut Digebugi di Asrama, Takut Gerudugan FPI

27 Mei 2017   13:52 Diperbarui: 27 Mei 2017   14:01 1463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Polisi Tidak Takut Digebugi di Asrama, Takut Gerudugan FPI

http://www.kompasiana.com/paulodenoven/mengalah-saja-mbak-kondisinya-seperti-ini-angin-segar-polisi-untuk-fpi_54f4a91d7455137a2b6c8da0

Membaca sebuah tautan yang dikirim seorang rekan di grup media sosial, jadi ingat beberapa hari lalu juga ada kiriman soal sikap yang sama, jadi ingat artikel lama soal sikap polisi atas perilaku federasi penthung yang kalau tidak berlebihan memberi angin. Waktu itu, orang yang melapor diminta mengalah, bisa dipahami suasana demo ada yang mencari kesempatan dan berlindung pada massa.

Dua sikap dua terakhir sangat miris karena justru orang yang terintimidasi mendapatkan “tekanan” dari lembaga yang seharusnya melindungi yang lemah, lepas benar atau salah. Ilustrasi sebaliknya, ada maling ayam yang mau dihajar oleh massa, apa sikap polisi? Membawa si maling ke kantor polisi untuk diamankan. Ini jelas benar, bukan membenarkan maling dan aksi malingnya, namun melindungi agar terbebas dari main hakim sendiri bukan?

Mengapa sikap berbeda, bahkan malah pihak yang lemah ini mendapatkan “keroyokan” karena desakan kelompok yang banyak? Aneh dan lucu, melindungi yang lemah apapun kondisinya, baik posisi benar ataupun salah. Pengadilan yang akan memutuskan atau menjadi penengah agar hukum yang berlaku, bukan sepihak.

Lebih lucu lagi jika polisi bertindak demikian karena takut. Lebih aneh, mereka tidak takut mati di asrama (konon membuat surat pernyataan soal ini, benar atau salah bukan menjadi acuan artikel ini), eh malah takut dengan desakan massa. Bagaimana jaminan bisa diperoleh jika demikian. besar, banyak itu menang dan benar jika demikian. padahal belum tentu juga. Warga negara takut bisa terjadi, namun aparat negara, bahkan diperlengkapi senjata untuk melindungi dan memberikan jaminan dan tertib hukum bisa berjalan.

Jika alasannya, satu lebih mudah diarahkan daripada kelompok atau yang banyak. Ini berbahaya karena akan ada tindak kejahatan, kriminal, bahkan mafia bisa merajalela, karena mereka bisa membayar massa untuk menekan polisi. Sangat mengerikan jika ini terjadi.

Mengapa polisi takut? Sebenarnya secara tidak sadar telah diciptakan, bagaimana instruksi tidak boleh patroli itu sendirian. Ini bukan konsumsi publik, dan bukan juga melanggar kebebasan soal berita. Apanya coba yang penting bagi warga? Tidak ada, justru memperlihatkan polisi kalut, malah dimanfaatkan oleh kelompok yang suka menebar ketakutan.

Kantor dan pos polisi di beri teralis besi, pagar diberi kawat berduri. Sepakat bahwa keselamatan anggota polisi juga nomor satu, namun bentuk kekhawatiran ini harus diselesaikan. Bukan menakut-nakuti polisi namun takutilah teroris agar tidak berani masuk kantor atau pos polisi. Bagaimana malah mereka yang terteror jika demikian. Banyak cara yang bisa dilakukan, sehingga kantor polisi atau pos polisi bisa nyaman namun juga aman.

Cegah, bubarkan, dan bina kelompok yang menebarkan ketakutan, kebencian, dan permusuhan baik kepada polisi atau masyarakat lain. Selama ini seolah mereka mendapatkan angin segar, pembiaran, dan ada kecurigaan dimanfaatkan oleh oknum elit untuk memang menciptakan kondisi yang tidak menyenangkan. Jika terus menerus demikian, bisa kalah aparat oleh kelompok model demikian. Seperti anak kecil yang dimanja, terus akan menggunakan rengekan, ancaman, dan ngambeg untuk mendapatkan keinginannya.

Apa yang sebaiknya dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun