Mohon tunggu...
Djho Izmail
Djho Izmail Mohon Tunggu... Administrasi - Pejalan kaki yang lambat

Bercerita dari Kampung Bermukim Maya di: https://pangeranrajawawo.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mahasiswa: Realitas Sosial dan Egoisme

27 Juli 2012   06:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 1990
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1343369742869897236

Perkembangan Situasi Sosial Berita dan cerita tentang keberadaan rakyat yang semakin terperosok oleh oleh tuan dan puan di atas singgasana sudah menjadi makanan sehari-hari. Berbagai media masa, cetak maupun elektronik telah bosan menyorot, entah dari komunitas akar rumput (baca: rakyat) sampai pada kaum yang memiliki kekuasaas atas nama rakyat yang mungkin saat ini sedang merancang animasi-animasi untuk rakyat. Kesaksian-kesaksian hidup manusia meronta-ronta menuntut ekspresi dalam permainan situasi ini, terutama dalam dunia yang kian deras oleh arus globalisasi yang memberikan sikap egoistis ini. Dari lahir hingga mati, manusia perlu eksistensi dalam menjalankan tugasnya sendiri. Tetapi pemeliharannya meliputi lebih dari moral memuaskan utama mengendarai sini hingga sekarang menjadi dasar. Manusia terus menerus dan merubah dunia, dan jika tidak mengendalikan segala hal kelanjutannya dan integritas jiwa, ia tidak bisa menyerah sendiri ke eksistensi dan partisipasi untuk mengubah hidupnya setiap hari. Manusia lebih dari hewan- hewan lain dapat mengantisipasi masa depan awal, dan antisipasi ini adalah kebutuhan dia dalam membuat perubahan dalam diri sendiri dan lingkungan di dalam urutan tidak hanya mengendalikan sendiri situasi saat ini, tetapi juga arus bolak-balik berbagai kemungkinan, dengan demikian dapat mengendalikan sendiri di masa mendatang yang nyaman. Globalisasi adalah mendesakan dunia, demikian ungkapan yang tepat untuk mengatakannya. Semangat ini muncul seiring dengan berkembangnya ekonomi negara-negara barat dengan lain kata terjadi perkembangan yang pesat dalam dunia pasar. Perkembangan pasar yang pesat ini menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antara individu-individu untuk memperolah kekayaan sebanyak-banyaknya, agar semakin berjaya dalam persaingan pasar. Hal ini juga menyebabkan adanya tingkatan-tingkatan ekonomi dalam masyarakat dan menyebabkan orang yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin sehingga individualisme semakin nyata keberadaannya. Bahkan pada kalangan intelektualisme mahasiswa dengan menutup mata pada realitas sosial masyarakat saat ini. Menjadi Mahasiswa dan Mentalitas Murid Dosen Secara etimologis, kata mahasiaswa berasal dari jenis kata majemuk “maha” yang artinya besar, dan kata siswa yaitu pelajar. Kamus Besar Bahasa Indonesia menerangkan bahwa mahasiswa adalah siswa yang paling besar yang belajar di perguruan tinggi atau akademi. Hal ini bisa menunjukan bahwa mahasiswa adalah kaum intelektual yang berpikiran matang terhadap berbagai bidang ilmu tanpa menelantarkan sikap solidaritasnya pada masalah sosial yang terjadi. Menghadapi perubahan zaman yang kian kompleks dengan berbagai tawaran baru yang serba instan dan gaung liberalisme yang makin kencang menggema. Adapun liberalisme dimaksudkan sebagai keberanian bebas berpikir untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat, tapi sering disalah artikan sebagai sesuatu yang mutlak demi kepentingan diri sendiri (egoisme). Hal ini mengubah pola pikir “Murid Dosen,” apalagi berhadapan dengan tawaran kemajuan teknologi di milenium ketiga ini. Berbagi jenis barang elektronik menjadi trend di kalangan mahasiswa. Salah satu contoh, surat dan telegram yang biasa digunakan angkatan terdahulu berganti dengan handphone. Bahkan nokia 1200 berubah menjadi blackberry yang mutakhir dengan berbagai tawaran fitur kemudahan. Secara tidak langsung mahasiswa dibodohi oleh teknologi. Ambil saja contoh kasus di kampus (mungkin para “Pengajar Mahasiswa” belum mengetahuinya), bagaimana pembodohan oleh teknologi pada kalangan mahasiswa. Handphone menjadi media paling praktis untuk menaruh contekan baik melalui fitur Images, Short Message Service maupun internetan. Mentalitas instan dan kurangnya semangat kerja keras mahasiswa menjadi biang kerok potret para mahasiswa dewasa ini. Matinya semangat kebersamaan dan lemahnya teropongan terhadap realitas sosial yang terjadi saat ini menjadi bagian lain wajah mahasiswa itu sendiri saat ini. Parahnya lagi mereka menertawakan segelintir mahasiswa yang masih punya jiwa terhadap realitas sosial. Amat disayangkan, padahal secara tidak langsung itu merupakan suatu bentuk pengakuan kelemahan diri sendiri. Filosofi jari (dua jari menunjuk orang lain, tiga jari berbalik pada diri sendiri). Sungguh, menertawakan kebodohan sendiri yang dipuja. Tekanan Terhadap Individu Roberts W. White dari Universitas Harvard merupakan salah satu penemu sistem analisis dan deskripsi motifasi. Setelah melakukan penelitian di lapangan, White membuat suatu kesimpulan bahwa tingkah meliputi pendorong dasar kata lainnya, tingkah laku terdiri dari pemeriksaan, penyelidikan, komonikasi pemikiran, memanipulasi lingkungan. Kebutuhan untuk berkompetisi dalam melakukan keaktifan berlangsung relative secara bebas pada gerakan fisik. Melihat dari kejadian yang berkembang saat ini, sungguh sangat parah. Mahasiswa yang lulus dengan cum laude belum tentu lulus dengan mulus tanpa tergiur oleh cara di atas. Kadang ada yang membela diri. Katanya ini, sungguh dari hasil kerja keras. Suatu bentuk pembelaan terhadap diri sendiri. Ironis memang, kaum mahasiswa sekarang lebih suka melakukan tindakan frontalis apabila suatu bentuk kebijakan justru menghimpit daya juang mereka untuk memuluskan jalan menuju egoismenya. Padahal hal ini telah merupakan sebuah praktek pembelajaran Korupsi, Kolusi dan Nepotisme baik secara sadar maupun tidak sadar. Bila ditinjau lebih jauh berdasarkan pemikiran dan analisis yang lengkap dengan pisau analisis yang tajam. Sungguh, suatu bentukan pembangkangan terhadap nurani yang hanya mengembangbiakan virus egoisme. Relasi, Teknologi dan Secercah Harapan Manusia merupakan satu dari jutaan Makhluk Tuhan yang hidup dengan berkelompok. semakin maju peradaban, sepatutnya semakin maju pula cara manusia berkelompok. Oleh karena itu relasi menjadi penting dalam mengembangkan kehidupan kita di jagat ini. Lebih baik lagi jika kepekaan sosial kita dibangun. Untuk itu haruslah melakukan redefinisi atas eksistensi kita di galaksi bimasakti ini. Suatu kebanggaan apabila mahasiswa dasawarsa ini, mencoba untuk bergerak menentang terhadap berbagai ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat umum. Teknologi masa kini bisa kita jadikan sebagai media untuk menelurkan ide dan analisis tajam kita pada realitas sosial bukannya idealisme sempit seperti ingin mendapatkan nilai bagus melalui cara tak halal seperti contoh kasus di atas. Harapan baru bagi mahasiswa saat ini ialah kepekaan sosial untuk membangun bangsa ini lebih maju ke depannya dengan berbagai macam tawaran teknologi modern abad 21 ini. Memahami perkembangan zaman yang semakin kompleks dan atas dorongan manusia sebagai makhluk social yang sudah tak ada tawar menawar lagi harus membentuk relasi, untuk itu sudah selayaknya mahasiswa membuka mata atas realitas sosial yang terjadi saat ini. Masalah paling urgen di lingkungan social kita saat ini adalah masalah kesehatan yang lebih spesifik lagi ialah kekurangan gizi (marasmus dan kwasiokhor). Sudahkah mahasiswa, membantu dari sedikit kelebihannya untuk meringankan beban mereka (dari pada uang untuk bermain facebook dan sejenisnya). Semoga mahasiswa saat ini lebih peka terhadap masalah sosial.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun