Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelayanan Bandara Soekarno Hatta Sangat Tidak Layak

21 Juni 2012   23:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_196210" align="aligncenter" width="600" caption="bandara soetta / okezone.com"][/caption]

Luar biasa kesibukan Bandar Udara Soekarno-Hatta (Soetta). Kepadatan arus penumpang di terminal, lalu lintas mendarat dan lepas landas pesawat yang ketat, hingga kapasitas tempat parkir pesawat, benar-benar sudah tidak memadai. Harus ada upaya serius untuk membenahi kondisi ini agar tidak menimbulkan citra semrawut pada Bandara Soekarno-Hatta yang merupakan pintu gerbang memasuki ibukota negara Indonesia.

Pesawat Lion Air JT 0568 dari Bandara Soetta menuju Yogyakarta, Kamis 21/06/2012, menurut data yang tertera di boarding pass, semestinya boarding time jam 18.30wib. Namun ternyata jam 19.00 baru ada pengumuman untuk boarding. Artinya ada keterlambatan 30 menit untuk boarding. Semestinya, menurut jadwal jam 19.00 sudah take off, sehingga jam 20.00 sudah mendarat di Adisoetjipto Yogyakarta.

Antri Take Off Urutan ke Sebelas !

Setelah proses boarding yang memakan waktu cukup lama, pilot yang orang bule mengumumkan bahwa kita masih harus menunggu waktu sekitar 40 menit, karena padatnya lalulintas di runway. “Kita mendapat antrian nomer 11 untuk terbang”, kata pilot. Tentu saja penumpang menjadi gelisah, karena sejak masuk pesawat untuk boarding tadi sudah memakan waktu 15 menit, dan ditambah waktu tunggu 40 menit, berarti menunggu 55 menit di dalam pesawat. Sama dengan waktu terbang ke Yogyakarta.

Urutan ke 11, artinya menunggu 10 pesawat lainnya untuk terbang dan mendarat. Jika rata-rata setiap pesawat memerlukan waktu 4 menit untuk take-off maupun landing, maka sudah memakan waktu 40 menit untuk menunggu atau antri. Padahal ini bukan waktu dalam hitungan “ilmu pasti”, namun ini waktu dalam hitungan “ilmu kira-kira”. Sehingga bisa saja, waktunya bisa 50 menit atau 60 menit untuk antri pada urutan ke-11 tersebut.

Kenyataannya, kita harus menunggu 60 menit untuk bisa take-off. Ditambah waktu boarding 15 menit, berarti sudah memerlukan waktu 75 menit sendiri di dalam pesawat sebelum terbang. Capek deh.....

Pancoran – Banguntapan 5 Jam !

Jika dihitung sejak proses check in, apalagi jika dihitung sejak berangkat dari rumah menuju bandara Soetta, ternyata waktu yang diperlukan untuk bepergian dari Jakarta menuju Yogyakarta dengan pesawat sekalipun, memerlukan waktu yang lama.

Misalnya saya, berangkat dari Pancoran jam 17.00 karena memperkirakan waktu tempuh menuju bandara Soetta, dengan kemungkinan macet di beberapa ruas tol, agar bisa tiba di bandara untuk check in jam 18.00. Aturan check in yang aman paling tidak satu jam sebelum keberangkatan. Usai check in saya menunggu di ruang tunggu A 4, sampai jam 19.00 saat dipanggil untuk boarding. Kemudian di atas pesawat menunggu 1 jam lagi untuk bisa terbang. Waktu penerbangan menuju Yogyakarta adalah 55 menit.

Kenyataannya, tadi malam kami mendarat tepat pukul 21.20wib. Masih harus menunggu proses persiapan untuk turun dari pesawat, lalu berjalan menuju pintu kedatangan bandara Adisoetjipto, dan akhirnya naik kendaraan jemputan menuju rumah di Banguntapan, Bantul. Sampai rumah tepat jam 22.00 wib.

Jadi dari Pancoran jam 17.00, sampai rumah Banguntapan jam 22.00 wib. Memerlukan waktu 5 jam, padahal penerbangan hanya 55 menit.

Overcapacity Penumpang dan Pesawat

Ternyata, kepadatan penumpang di Bandara Soekarno-Hatta sudah terlampaui sejak tahun 2003. Ketika itu, jumlah penumpang mencapai 19,7 juta orang, sementara kapasitas terpasang Bandara Soekarno-Hatta hanya 18 juta orang per tahun. Jadi sejak tahun 2003, sebenarnya memang sudah melebihi kapasitas penumpang.

Berdasarkan data dari PT Angkasa Pura II, penumpang di bandara Soetta pada tahun 2009 mencapai 37 juta orang. Artinya, kelebihan 19 juta penumpang di atas kapasitas. Tahun 2010, arus penumpang mencapai 44,27 juta orang. Adapun pada 2011 sudah 52 juta orang penumpang.

Lihat saja bagaimana Bandara Soekarno-Hatta sudah dipadati penumpang sejak dini hari, terutama di Terminal 1 A dan 1 B, tempat si Lion mangkal. Penumpang dengan troli penuh barang sudah sulit bergerak sejak turun dari kendaraan hingga ke bagian pelaporan (check-in) tiket pesawat. Benar-benar tidak memadai sebagai terminal sebuah bandara internasional di ibukota negara.

Badan Bandara Internasional (Airports Council International) mengakui pertumbuhan pesat Bandara Soekarno-Hatta. Disebutkan, pada tahun 2010, dari 30 besar bandara di dunia, Bandara Soekarno-Hatta mengalami pertumbuhan jumlah penumpang tercepat kedua di dunia, yakni 19,4 persen. Hanya kalah dari Bandara Shanghai, China, yang tumbuh 26,4 persen. Kehadiran Terminal 3 Soekarno-Hatta yang beroperasi mulai tahun 2009 dengan kapasitas 4 juta orang tidak mampu mengatasi masalah ini.

Kondisi ”darurat” juga terlihat pada kapasitas parkir di Bandara Soekarno-Hatta yang hanya 125 pesawat. Apalagi, di tempat parkir Terminal I terlihat sejumlah pesawat yang sedang dalam perbaikan ikut diparkir. Terlihat padat, bahkan semrawut.

Sementara itu, jumlah pesawat terbang terus bertambah. Lion Air setiap bulan menambah pesawat baru. Demikian pula Garuda Indonesia, selalu tambah pesawat baru tiap bulan. Belum maskapai lainnya. Andai 178 pesawat Boeing 737-900 ER pesanan Lion Air berdatangan hingga tahun 2016, Bandara Soekarno-Hatta jelas sudah tidak mampu menampung. Padahal, saat ini saja sudah ada 14 maskapai domestik dan 41 maskapai rute internasional. Setiap tahun terjadi lebih dari 70 ribu penerbangan internasional di Bandara Soekarno-Hatta dan lebih dari 300 ribu penerbangan domestik. Semua penerbangan ini dilayani hanya oleh dua landasan pacu (runway).

Itulah sebabnya, suatu penerbangan agar bisa mendapat izin lepas landas ataupun mendarat memerlukan waktu relatif panjang. Sebuah kondisi ”darurat” karena pesawat perlu waktu lama sebelum mendarat atau lepas landas karena kesibukan landasan pacu yang relatif padat, baik di bandara Soetta ataupun bandara besar lainnya di seluruh Indonesia. Rata-rata kondisinya sudah overcapacity. Untuk terbang harus antri, untuk mendarat juga antri.

Hal ini menimbulkan beberapa dampak. Di antaranya adalah pemborosan avtur atau bahan bakar pesawat, pemborosan waktu dari seluruh penumpang, ditambah lagi adalah faktor keselamatan dan kenyamanan berlalu lintas udara menjadi semakin tidak layak.

Sumber http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/28/07153559/Bandara.SoekarnoHatta.dalam.Keadaan.Darurat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun