Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Lima Larangan Curhat

21 Maret 2015   06:28 Diperbarui: 4 April 2017   18:08 30986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_404398" align="aligncenter" width="598" caption="ilustrasi : www.toonpool.com"][/caption]

“Tidak ada keluarga yang tidak memiliki masalah”, demikianlah salah satu kata kunci dalam kehidupan keluarga. Masalah bisa menghinggapi siapa saja. Seorang pemuda lajang saja memiliki banyak masalah, apalagi ketika sudah berumah tangga dan memiliki anak, tentu akan bertambah banyak lagi permasalahannya. Yang membedakan antara satu keluarga dengan keluarga lainnya adalah bagaimana mereka bersikap dan keluar dari masalah tersebut.

Ada yang bersikap positif sehingga mudah mengurai permasalahan, bahkan mampu menjadikan permasalahan sebagai bagian dari pembaharu cinta kasih dalam keluarga. Suami isteri menjadi semakin mesra setelah ditimpa masalah dan berhasil menghadapi masalah dengan penuh kesabaran serta kearifan. Namun ada pula keluarga yang berantakan karena bersikap negatif dalam menghadapi problematika. Mereka tidak menyiapkan diri secara mental dan konsepsional, sehingga ketika bertemu masalah, tidak tahu bagaimana harus bersikap dan menyelesaikannya.

Dalam situasi menghadapi masalah tersebut, sering terpikir untuk melakukan curhat dalam rangka mencari penyelesaian masalah atau sekedar untuk meringankan beban perasaan. Namun tidak jarang, keinginan curhat ini justru menimbulkan masalah baru dalam kehidupan berumah tangga. Untuk itu, tahan keinginan anda untuk curhat tentang masalah keluarga. Jangan suka ‘mengobral’ masalah keluarga kepada sembarang orang, hingga akhirnya masalah mereka menyebar menjadi rahasia umum.

Lima Larangan Curhat

Agar curhat anda memberikan hasil seperti yang diharapkan, yaitu penyelesaian permasalahan, maka lakukan secara tepat dan benar. Jangan sembarangan melakukan curhat karena bisa menimbulkkan persoalan baru yang lebih kompleks. Berikut lima larangan curhat yang tidak boleh anda lakukan.

1.Jangan Curhat Terbuka di Televisi

Hindari curhat di televisi, apalagi disiarkan live, di-shoot wajahnya saat bercerita tentang aib pasangan. Jika pun ingin curhat di acara televisi saat mengikuti suatu acara yang ditayangkan live, hendaknya menggunakan kata ganti orang ketiga, atau membuat permasalahannya menjadi umum. Jangan menyebut identitas langsung, karena akan membuka aib pasangan secara terbuka.

Contoh salah:

“Mamah curhat dong.... Mamah, nama saya Ttitin, asal dari Bekasi, suami saya bernama Solihin. Yang ingin saya tanyakan, suami saya itu malas solat, sifatnya kasar dan tidak pernah lembut kepada saya. Hampir setiap hari bang Solihin suka marah-marah dan menampar wajah saya, tentu saja saya sakit hati Mamah. Jadi apa yang harus saya lakukan menghadapi bang Solihin?”

Contoh benar:

“Mamah, curhat dong... Bagaimana semestinya seorang istri bersikap, jika dia diperlakukan secara kasar oleh suami. Misalnya, ada istri yang setiap hari ditampar wajahnya, dan sering dimarahi suami tanpa sebab yang jelas. Sementara sang suami orangnya temperamental dan malas ibadah. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh istri jika mendapatkan perlakuan seperti itu Mamah?”

2.Jangan Curhat Terbuka di Sosial Media

Hindari pula curhat di sosial media. Saya ngeri kalau membaca postingan di fesbuk atau media sosial lainnya, yang isinya curhat tentang masalah keluarga. Bukankah fesbuk itu media publik, bagaimana bisa masalah keluarga yang harusnya dijaga kerahasiaannya, justru disiarkan terbuka? Ini potensial menimbulkan masalah baru bersama pasangan.

Fesbuk adalah media publik yang bisa diakses oleh siapa saja masyarakat di seluruh dunia. Walaupun ada pilihan setting di akun fesbuk tentang siapa yang bisa mengaksesnya, namun sangat jarang pemilik akun fesbuk yang mensetting pembatasan pihak yang bisa mengakses. Akhirnya fesbuk kita menjadi media terbuka dan bisa dibaca oleh siapa saja. Saat menulis status di fesbuk, hendaknya kita sadar bahwa tulisan itu sama seperti di koran atau media massa pada umumnya. Sifatnya terbuka, bukan tertutup.

Oleh karena itu, sama seperti di televisi, kalaupun ingin curhat di media sosial, gunakan kata ganti orang ketiga, atau gunakan ungkapan yang bersifat umum. Tidak mempersonifikasi kepada seseorang.

Contoh salah, status di fesbuk yang membuka aib pasangan:

“Suamiku memang brengsek. Dulu pernah berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahannya, ternyata ia selingkuh lagi. Dasar laki-laki mata keranjang...”

Contoh benar, status di fesbuk yang berupa nasihat:

“Hendaknya para suami selalu menjaga kesetiaan terhadap istri. Jangan pernah mengkhianati kesetiaan istri dengan selingkuh, karena itu akan bisa menghancurkan bahtera rumah tangga”.

3.Jangan “Curhat Jalanan

Hindari “curhat jalanan”, karena hal ini tidak akan menyelesaikan masalah anda, bahkan berpotensi menimbulkan masalah baru. Curhat jalanan adalah curhat kepada sembarangan orang yang ditemui, kepada teman kerja, kepada tetangga, kepada saudara, bahkan kepada teman perjalanan di kereta api yang baru saja dikenalnya. Mereka itu belum tentu memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah keluarga anda, dan justru bisa berkembang menjadi masalah baru.

Kebiasaan curhat jalanan ini tidak patut dilakukan, walaupun kenyatannya hal ini sangat banyak terjadi. Di kantor, di tempat arisan, di restoran, di tempat pertemuan, kadang dijumpai para istri yang suka curhat kepada teman-temannya sesama perempuan, mengenai masalah dengan suaminya. Karena merasa jenuh dan penat menghadapi masalah dengan suami dan tidak mendapat tempat penyaluran, akhirnya keluar di sembarang tempat.

[caption id="attachment_404399" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi : www.cartoonstock.com"]

14268940561507418405
14268940561507418405
[/caption]

4.Jangan Curhat kepada “Orang Lain”

Yang saya maksud “orang lain” di sini adalah seseorang yang berpotensi menjadi “wanita idaman lain” atau “pria idaman lain”. Misalnya seorang istri curhat kepada seorang laki-laki, mungkin teman lama, mungkin mantan pacar di masa lalu, mungkin teman baru, namun konsisten curhat kepada satu orang yang sama. Atau seorang suami curhat kepada seorang perempuan, mungkin teman lama, mungkin mantan pacar di masa lalu, mungkin teman baru, namun konsisten curhat kepada satu orang yang sama.

Hal ini berpotensi menimbulkan benih-benih kedekatan perasaan yang bisa berkembang menjadi hubungan lebih khusus. Jika curhat dilakukan dengan rutin, membuat intensitas hubungan di antara mereka menjadi semakin kuat. Dari mengobrol ringan, berkembang menjadi curhat, berkembang menjadi kenyamanan dan kedekatan perasaan. Apabila hal seperti ini dibiarkan berlarut-larut, sangat potensial memunculkan ikatan hati yang rumit dan menjadi masalah baru dalam rumah tangga mereka.

5.Jangan Curhat Kepada Orang Tua atau Mertua

Ketika anda sudah hidup berumah tangga, hendaknya menanggung beban permasalahan bersama pasangan. Jangan curhat kepada orang tua atau mertua, terutama ketika mereka sudah berusia lanjut. Berikan kesempatan kepada orang tua dan mertua untuk menikmati masa tua mereka dalam ketenangan dan kedamaian. Mereka sudah banyak mengurus kita sejak dalam kandungan sampai dewasa dan saatnya menikah. Mereka sudah banyak berkorban mengurus anak dengan segala kerepotan dan kesulitannya. Maka jangan lagi dibebani dengan masalah-masalah kehidupan keluarga anak-anaknya saat mereka sudah berumah tangga.

Ketika ada masalah keluarga, jangan memudahkan diri untuk cepat-cepat curhat kepada orang tua atau mertua. Selain hal itu akan menjadi beban bagi orang tua dan mertua, hal itu juga menandakan sikap ketidakdewasaan pasangan suami dan istri tersebut. Semestinya orang tua dan mertua tinggal menyaksikan kebahagiaan saja dari anak-anak dan menantunya. Bukan menjadi limpahan segala bentuk permasalahan yang muncul dalam kehidupan berumah tangga anak-anaknya.

Kepada Siapa Curhat?

Curhat terbuka hanya bisa dibenarkan kepada tiga pihak berikut. Pertama, curhat  kepada pasangan. Ini yang seharusnya anda lakukan. Pada prinsipnya, masalah keluarga harus diselesaikan berdua antara suami dan istri. Di rumah, suami dan istri harus membiasakan curhat kepada pasangan. Para suami  hendaknya menjadi tempat curhat yang paling baik bagi istrinya, dan para istri hendaknya menjadi tempat curhat yang paling baik bagi suaminya. Jika hal ini sudah bisa terwujud, maka mereka akan menjadi keluarga harmonis yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan dalam kehidupan berumah tangga.

Kedua, curhat kepada pihak yang memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah keluarga anda. Hal ini dilakukan jika permasalahan tidak bisa lagi diselesaikan berdua dengan pasangan, sehingga memerlukan intervensi pihak lain yang memiliki kompetensi. Contoh pihak yang memiliki kompetensi ini adalah seorang psikolog, psikiater, konselor atau seorang ustadz dan ustadzah yang terpercaya. Curhat dilakukan di ruang konseling yang bercorak privat, bukan di ruang publik, bukan di televisi dan sosial media. Langsung kepada pihak-pihak tersebut, tanpa ada pihak lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah.

Ketiga, curhat kepada Allah. Ini adalah curhat yang selalu benar. Jika kita memiliki masalah apapun dalam kehidupan, curhat kepada Allah adalah cara yang menenteramkan hati. Pada sepertiga malam yang terakhir, bangun untuk melakukan shalat malam dan munajat memohon pertolongan kepada-Nya. Mintalah kekuatan, kemudahan dan keberkahan dari Allah dalam menyelesaikan masalah keluarga. Mintalah petunjuk dan bimbingan kepada Allah dalam menghadapi setiap persoalan kehidupan. Mintalah kepada Allah agar memberikan kelembutan hati dan kelapangan hati kepada pasangan sehingga bisa keluar dari permasalahan.

Ayo duduk berdua. Selesaikan sendiri masalah keluarga anda bersama pasangan, jangan disebar kemana-mana. Cari solusi dan jaga nama baik pasangan anda. Mendekat kepada Allah agar mendapat kemudahan dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan berkeluarga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun