Ah, aduh pusing juga kepalaku. Keluhmu itu lho seperti kereta api, apa saja kau ceritakan dari A sampai Z. Kau tak mengenal musim kadang menangis tak ber air mata. Tiba tiba bertanya soal cinta.
Ah, ayo katakan saja, jangan ada yang menghalangi meski pagi seperti sekarang ini rengek lagi rengek lagi. Rasa yang membuatmu tersedak menjadi sarapanku kali ini, koma dan koma lagi tak bertitik.
Ah, sayang kamu itu bagai peluru di medan perang berdesingan dan menggelegar gelegar. Aku agak kewalahan. Tapi terkadang seperti bidadari yamg membawakan aku bunga bunga, manis.. sekali sambil memeluku minta sesuatu..
Ah, Numasiku khorinillah diamlah sebentar saja. Mulutmu itu yang bersungut sungut menjauhkkan aku dari ponselku..
Cimahi, 20 Agustus 2017