Pulau Sumba menjadi primadona baru dalam sektor pariwisata. Pulau ini menunjukan eksistensinya sebagai tujuan wisata karena menyimpan pesona alam dan budaya yang sangat mengesankan. Tidak salah jika majalah Focus yang berbasis di Jerman menganugrahkan Pulau Sumba sebagai salah satu pulau terindah di dunia.
Namun di Indonesia masih banyak orang yang belum mengenal dan mengetahui tentang Pulau Sumba. Banyak masyarakat yang menganggap Pulau Sumba dan Sumbawa itu sama. Apakah anda termasuk?
Sumba Bukan Sumbawa
Pulau Sumba termasuk dalam wilayah administrasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Terdapat 4 (empat) kabupaten yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya. Mayoritas masyarakat Sumba menganut agama Kristen Protestan dan Katolik sebagai keyakinan mereka.
Sedangkan Pulau Sumbawa masuk dalam wilayah Administrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Mayoritas masyarakat Pulau Sumbawa beragama Islam. Jadi sekarang paham ya bedanya Pulau Sumba dan Pulau Sumbawa!!!
Ada kesamaan antara Pulau Sumba dan Pulau Sumbawa. Kedua pulau ini identik dengan kuda. Di Sumba ada Kuda Sandalwood sementara di Pulau Sumbawa ada susu kuda liar. Secara geografis Pulau Sumba berdekatan dengan dengan Pulau Sumbawa.
Peningkatan Jumlah Pengunjung
Gelombang wisatawan terus mengalir ke Pulau yang juluki pulau Sandalwood ini. Hal ini terlihat dari jumlah hunian hotel dan kursi pesawat yang selalu penuh. Selain itu destinasi wisata unggulan  seperti Danau Weekuri di Sumba Barat Daya, Kampung Praijing di Sumba Barat, Air Terjun Matayangu di Sumba Tengah dan Pantai Walakiri di Sumba Timur selalu di penuhi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Keramahan Orang Sumba
Bagi orang Sumba, tamu adalah keluarga atau saudara. Oleh karena itu apabila anda datang ke pulau Sumba, masyarakat setempat akan menyambut dengan siri pinang.Â
Siri pinang bagi orang Sumba adalah simbol kekeluargaan dan keramahan. Pembicaraan belum dapat dimulai jika siri pinang yang disuguhkan belum disantap. Bagaimana dengan orang luar sumba/wisatawan? Anda akan tetap diberikan siri pinang, namun diberikan kebebesan untuk menyantap atau tidak. Untuk menghargai budaya tersebut sebaiknya anda menerima (boleh untuk tidak dibawa pulang)