Mohon tunggu...
Harun Anwar
Harun Anwar Mohon Tunggu... Desainer - Menulis sampai selesai

Lelaki sederhana yang masih ingin tetap tampan sampai seribu tahun lagi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tanpa Ibu Ani, SBY Bukanlah SBY Sepenuhnya

2 Juni 2019   10:15 Diperbarui: 2 Juni 2019   10:52 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram/ani yudhoyono

Berlinang juga akhirnya air mata lelaki itu. Beserta dua puteranya yang juga sama-sama berada di lokasi. Wajahnya memerah seketika tampak sembap, tangis yang setengah terisak-isak tak bisa lagi ia bendung.
             
       
Tepat siang kemarin di hari pertama bulan Juni di mana Indonesia memperingatinya sebagai hari Lahir Pancasila, Kristiani Herrawati atau akrab disebut Ibu Ani wafat. 

Di National University Hospital beliau menghembuskan nafas terakhir setelah dirawat 4 bulan akibat kanker darah yang diidapnya. 

Semalam jenazah almarhumah tiba di Jakarta melalui Lanud Halim Perdanakusuma menggunakan pesawat milik TNI-AU. 

Dan hari ini pemakaman rencananya akan dilakukan di TPU Taman Makam Pahlawan Kalibata setelah sebelumnya disemayamkan di kediaman keluarga di Puri Cikeas, Bogor.
                 
Empat bulan lamanya Ibu Ani bertahan melawan sakit yang mendera dirinya dengan bantuan medis yang ada, semuanya sama sekali tak cukup untuk menghalangi datangnya ajal. 

Bahkan kesetiaan sang suami, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang senantiasa menemani di sisinya juga tak bisa banyak membantu. 

Panggilan terakhir tak mungkin ia tolak, takdirnya kini adalah kepulangan, dan semua kenangan kebaikan di masa yang lalu pun memantik tangis semua yang hadir pada saat itu. Ibu Ani akhirnya gugur.
             
       
Media-media seketika memberitakan kabar duka itu. Perihal wafatnya Ibu Ani. Foto-foto kesedihan berseliweran di banyak tikungan dunia maya. Jutaan ucapan belasungkawa datang dari penjuru arah, baik di media sosial maupun dari masyarakat sendiri serta banyak tokoh. 

Orang-orang melihat betapa keluarga begitu bersedih atas kejadian itu. Dari SBY, Agus, Ibas dan keluarga lainnya tak bisa menyembunyikan pipi yang basah.
         
Saya melihat wajah SBY dengan perasaan ambigu. Sosok yang pernah menduduki kursi presiden dua periode itu tak bisa lagi menutup-nutupi perasaan terpukulnya. Semua setuju SBY adalah sosok yang paling kehilangan. Ia menjadi sosok yang paling lama hidup bersama Ibu Ani. Ia pula yang paling mengerti bagaimana Ibu Ani. 

SBY bukan saja rekan hidup Ibu Ani, lebih dari semua yang tampak di mata orang-orang, SBY juga adalah separuh dari diri Ibu Ani. Tak percaya? Lihat saja bagaimana SBY setia duduk di samping Ibu Ani melewati malam-malam sunyi selama di Singapura. 

Sebaliknya Ibu Ani menjadi saksi bagaimana seorang SBY dari kelas Taruna di Akabri sampai menjadi presiden, itu sudah cukup meyakinkan betapa keduanya adalah pasangan sejati.
       
Empat bulan di Singapura adalah cobaan bagi keduanya. SBY dengan segala kesabaran terus menyemangati Ibu Ani untuk lekas baik. Bahkan di tengah-tengah pesta politik demokrasi tanah air SBY tetap bergeming di sisi Ibu Ani. Baginya Ibu Ani adalah satu kakinya yang akan membawanya untuk ke mana pergi. 

Ibu Ani juga adalah separuh jantungnya yang terus memacu ia untuk tetap bertahan menghadapi peliknya aneka kondisi. SBY tak cukup SBY tanpa Ibu Ani di sisinya. Begitu juga sebaliknya.
         
Dikisahkan bahwa pertemuan pertama keduanya terjadi kalah SBY masih menjabat sebagai Komandan Divisi Korps Taruna. Suatu hari SBY harus melapor kepada Sarwo Edhie Wibowo, sang Gubernur Akabri, untuk memberi sambutan peresmian satu balai. 

Tak dinyana, di situ pulalah SBY pertama kali bertemu Ibu Ani, yang ketika itu sedang berlibur di Lembah Tidar. Saat itulah, pandangan mata mereka bertemu.
               
Jalan cinta rupanya begitu misterius. Siapa bisa menyangka waktu persis datangnya cinta, siapa pula bisa menyangkalnya. Mereka saling tertarik sejak awal. Dalam satu wawancara SBY pernah berkata, "Itu saya kira jalan Tuhan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun