Mohon tunggu...
Ombrill
Ombrill Mohon Tunggu... Jurnalis - Videografer - Content Creator - Book Writer

Book Writer - Video Blogger - Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Akhirnya Terjawab Sudah Siapa Pembeli ANTV

11 Juni 2013   21:57 Diperbarui: 4 April 2017   18:23 29667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Setidaknya berita ini sudah tersebar di kalangan media. Meski berita resmi belum dirilis, tetapi Group Bakrie akhirnya dengan berat hati harus melepas salah satu perusahaannya, yakni ANTV. Siapa gerangan yang membeli ANTV? Sebelum menjawab, ada baiknya kita flashback dahulu ya.

Penjualan ANTV tentu bukan begitu saja tanpa alasan. Saya tidak akan membeberkan detail sejumlah alasan, meski saya tahu. Yang pasti, sejak beberapa bulan lalu, tersiar kabar kencang tentang penjualan kelompok media di bawah lindungan Vivanews, yang di dalamnya terdapat VivaNews.co.id, tvOne, dan ANTV. Dalam kabar kencang tersebut, ada pembeli yang menawar di angka Rp 5 triliun, yakni Bos PT Elang Mahkota Komputer (Emkom) yang tak lain pemilik SCTV, Fofo Sariaatmadja.

Fofo adalah orang di balik kesuksesan SCTV. Sejak awal berdiri di jalan Darmo Permai, Surabaya pada 1990 dan cuma siaran terbatas di wilayah Gerbang Kertosusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan), pria berusia 44 tahun ini telah mendampingi SCTV hingga berhasil membeli Indosiar dan beberapa televisi lokal lain.

Memang, pada 1990-an, saham keluarga Sariaatmadja melalui PT Abhimata Mediatama hanya 17 persen. Sebelum keluarga Sariaatmadja masuk SCTV pada 2001, pemegang saham SCTV adalah orang-orang yang dikenal dekat dengan Cendana, seperti Sudwikatmono, Peter F. Gontha, Henry Pribadi, Halimah Bambang Trihatmodjo, hingga Azis Mochtar. Namun, di tahun yang sama, keluarga ini menambah lagi kepemilikan saham hingga menjadi 49,62 persen.

Pada 2002, PT Abhimata meningkatkan kepemilikan sahamnya menjadi 50 persen. Keinginan menguasai SCTV makin tak terbendung. Pada 2005, PT Abhimata menguasai SCTV dengan membeli saham milik Henry Pribadi. Setelah itu, saham PT Indika Multimedia kepunyaan Agus Lasmono, anak pengusaha Sudwikatmono, di SCM juga diakuisisi. Pada 2008, keluarga Sariaatmadja telah menguasai 78,69 persen saham SCM. Sisanya dimiliki The Northern Trust Company 7,9 persen, dan publik 13,41 persen.

Setelah memegang saham mayoritas di SCTV, pada 2004 keluarga Sariaatmadja menggandeng PT Mugi Rekso Abadi (MRA) mendirikan televisi dengan bendera PT Omni Intivisual alias O Channel. Awalnya, kepemilikan saham MRA dan keluarga Sariaatmadja masing-masing 50 persen. Namun, pada awal 2007, MRA melepas seluruh saham miliknya kepada keluarga Sariaatmadja, sehingga 100% saham O Channel dikuasai oleh Sariaatmadja. Terakhir, keluarga ini mengakuisisi Indosiar lewat transaksi tukar guling antara lahan sawit milik keluarga Sariaatmadja dengan Indosiar milik Anthony Salim.

Secara angka, Group Bakrie tidak masalah dengan tawaran Fofo. Namun, ada syarat yang diajukan Fofo, yang cukup berat, yakni memecat semua SDM yang ada di ANTV. Artinya, angka Rp 5 trilyun tersebut akan diberikan Fofo asal ANTV kosong alias tidak termasuk paket dengan SDM-nya.

Strategi Fofo untuk membeli ANTV dengan syarat tersebut boleh jadi ia tak ingin terbebani oleh SDM-SDM yang ada saat ini. Ia ingin mengganti SDM ANTV dengan SDM baru, secara ANTV akan ia jadikan sebagai televisi berita sebagaimana Metro TV dan tvOne. Tentu, keinginan Fofo wajar, mengingat SDM yang ada di ANTV saat ini lebih dari 50% sudah bekerja lebih dari 10 tahun (ANTV berdiri pada 1993). Jadi, memang perlu diremajakan.

Rupanya SDM ANTV masih bisa “selamat”. Fofo tidak jadi beli ANTV. Kalo jadi dibeli, boleh jadi nasib SDM ANTV akan seperti nasib SDM SCTV. Sejak paruh November 2009 di-PHK atau ‘dipaksa’ mengundurkan diri. Yang membeli ANTV tak lain tak bukan adalah konglomerat media pemilik MNC Group bernama Hary Tanoesoedibjo. Jika sebelumnya ia menepis gosip soal pembelian stasiun televisi milik Bakrie Group ini, sekarang sudah terang benderang. Artinya, kini pria yang akrab disapa HT ini memiliki 4 stasiun televisi: RCTI, GlobalTV, MNC, dan ANTV.

Sebelum HT sebetulnya yang tertarik juga adalah CT (sebutan buat Chairul Tanjung, “si anak singkong” itu),” papar teman saya, mantan Trans TV. “Tetapi CT nggak mau kalo serah terima ANTV setelah kampanye. Nah, karena CT ogah, makanya HT yang beli ANTV deh.”

Sebetulnya CT punya duit buat membeli ANTV, sebagaimana HT. Namun, cukup beralasan mengapa CT ogah sarah terima ANTV setelah masa kampanye 2014. Sebab, kabarnya CT bakal menjadi kandidat calonPresiden (Capres). Dan pasti sudah diduga jika CT yang membeli ANTV, televisi yang bermarkas di Epicentrum ini bakal menjadi kendaraan kampanyenya, selain Trans TV dan Trans 7. Sementara buat HT, tiga televisi di MNC Group sudah lebih dari cukup buat kampanye partainya sekarang, yakni Hanura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun