Semasa kecil dulu saya pernah membaca sebuah buku bergambar yang beberapa gambar pada halaman tengahnya tak pernah hilang dari memori. Saya lupa judulnya, yang saya ingat pada salah satu halaman di dalam buku bersampul biru itu ada gambar seorang lelaki berjubah merah dengan mahkota di kepalanya, duduk di meja makan menghadapi beraneka macam makanan. Di bagian bawah gambar itu ada tulisan: sarapanlah seperti seorang raja, makan siang seperti pangeran, dan makan malam seperti seorang pengemis.
Sarapan itu sangat penting. Makanan yang diasup tubuh di pagi hari diperlukan sebagai sumber energi untuk meningkatkan konsentrasi otak dalam mengerjakan ragam pekerjaan serta menjaga mood sepanjang hari. Karenanya, sudah seharusnya sebelum berkegiatan, tubuh diberi makan. Sayangnya, sering terjadi ritual pagi diawali dengan keriuhan karena bangun kesiangan sehingga enggan untuk menyiapkan sarapan.
Kalau pun sempat sarapan, biasanya cukup dengan secangkir kopi atau segelas teh panas. Pelengkapnya, tinggal mencari camilan dengan jajan di sepanjang perjalanan menuju tempat kerja. Pastinya tak jauh - jauh dari aneka jajanan yang digoreng, yang dijajakan di pinggir jalan dan tak sehat bila dikonsumsi terus menerus.Lain hal bila sedang bepergian, jadwal sarapan akan lebih teratur karena sudah disiapkan oleh pemilik/pengelola penginapan tempat menginap. Kalau pun tak sarapan di tempat, selalu ada semangat yang menggebu untuk mencari dan mencicipi  kuliner khas di setiap kota yang dikunjungi. Bagaimana bila sedang tak bepergian? Menyiasatinya dengan menyediakan persediaan roti tawar dan kawan - kawan minimal selai coklat, oatmeal, buah yang ringkas dikupas seperti pisang atau pepaya yang tinggal dibelah dua dan makannya dicungkil dengan sendok atau sedia jus botolan.
Kemarin pagi, saya menemukan sajian sarapan yang praktis; Bakmi Mewah. Bukan hal yang baru juga karena sebelumnya sudah pernah mencicipi bakmi ayam siap saji yang dilengkapi daging ayam dan jamur asli yang diluncurkan oleh PT. Mayora Indah Tbk awal 2016 lalu. Bedanya, kalau kemarin - kemarin hanya menumpang icip -icip di konter mini Mayora yang sedang promosi, kali ini mencoba mengolahnya dengan sedikit berkreasi.
Lapar akan memaksamu bergerak mencari dan menemukan sesuatu untuk dimakan. Itu pulalah yang terjadi kemarin. Rasa laparnya yang tak bisa dibendung meski sudah 'nyamil beberapa butir biskuit dan secangkir teh panas. Mari membuka lemari persediaan makanan, mencari tahu ada bahan apa yang bisa diolah dengan cepat demi mengusir lapar sehingga tak perlu mengeluarkan energi banyak- banyak melangkah keluar rumah untuk mencari sarapan.Â
Mengolahnya pun tak susah - susah. Hanya perlu menjerang air hingga mendidih, merebus mi kuning yang keriting hingga lunak sebelum diangkat dan ditiriskan lalu diaduk dengan daun bawang, kecap asin dan minyak nabati. Daging ayam dan jamur ditumpahkan di atasnya, lalu ditambahkan irisan tomat dan rebusan pokcoy.
Bersukacitalah Bakmi Mewah, yang menjadi sajian sarapan mewah di rumah, penghalau lapar pagi kemarin. Kemewahan tak melulu ditakar dengan sejumlah uang, ia diukur dari kepuasan dan cita rasa yang tertinggal menjadi kenangan pada ujung lidah. Karena praktisnya, saya pun jadi berpikir untuk selalu menyimpan sekotak Bakmi Mewah dalam lemari perbekalan sebagai menu siap kebut pada pertolongan pertama saat lapar menyerang. Selamat makan, saleum [oli3ve].