Mohon tunggu...
Novrita Financial Planner
Novrita Financial Planner Mohon Tunggu... Lainnya - Finance Director at PT Kelsey Indonesia

Perempuan biasa yang profesi utama nya adalah sebagai ibu rumahtangga dengan seorang putri yang sudah beranjak dewasa. Sekaligus juga sebagai INDEPENDENT FINANCIAL PLANNER....\r\nSuka menulis dan berharap apa yang sudah di-share bisa bermanfaat bagi orang lain.\r\n \r\n\r\nNovrita Savitri, SSi, MM, CFP...... find me at my FB : Novri Cfp or follow my twitter @Novri_ta\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Bagaimana Menghabiskan Penghasilan dengan Pas

20 Januari 2012   05:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:39 3367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampailah kita sekarang di Tahun yang baru... Dengan bergantinya tahun, harapan kita tentunya akan semakin membaik. Begitu juga dengan kondisi keuangan kita, harus menjadi lebih baik lagi. Dengan pengelolaan dan perencanaan keuangan yang benar, maka tujuan keuangan kita juga akan lebih mudah tercapai. Kira-kira seperti apa sih 'ngatur duit' itu? Ada yang bilang, bahwa mengatur duit itu tidak perlu, karena duit yang mau diatur tidak ada. Jawaban seperti itu dengan alasan bahwa uang dari penghasilannya tidak pernah tersisa, atau dibilang 'uang cuma numpang lewat doang'. Nah kalau memang merasa pas-pasan, itulah saat yang mendesak untuk mengatur keuangan. Dengan begitu jadi tahu prioritas dan dimana memilah-milahnya. Betul begitu kan.....Dan setiap keluarga pastinya mempunyai cara masing-masing untuk mengelola keuangan dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, masih banyak juga orang yang kurang yakin mengenai bagaimana membelanjakan atau menghabiskan uang dengan 'smart'. Di sini saya akan berbagi tentang pengalaman dan pengamatan saya. Sering sekali ada pertanyaan yang datang kepada saya tentang berapa sih idealnya prosentase pembagian pos anggaran untuk rumah tangga. Berapa sebaiknya yang bisa dialokasikan untuk belanja sehari-hari? Berapa persen untuk investasi? Berapa yang harus disisihkan untk asuransi? Karena masing-masing orang dan rumahtangga adalah unik, tentunya saya tidak bisa menyamaratakan. Kebutuhan keluarga dengan satu anak atau keluarga muda atau keluarga dengan beberapa anak pastinya sudah sangat berbeda. Dan ketika saya menyampaikan jawaban, bahwa prosentase pembagian pos anggaran adalah disesuaikan dengan kondisi masing-masing... ternyata jawaban tersebut belum juga memuaskan mereka. Terus saja saya didesak untuk menyebutkan prosentase idealnya. Hal ini tidak sekali dua kali saja ditanyakan kepada saya. Bisa dibilang setiap kali saya sharing mengenai perencanaan keuangan, selalu saja ada yang bertanya tentang hal ini. Sejujurnya saya pribadi kurang sreg kalau harus menjawab sesuatu yang saya sendiri kurang pas. Karena buat saya selain teori juga harus disesuaikan dengan realita yang ada pada kondisi masing-masing. Atau paling tidak dengan memadukan teori dan pengalaman dari beberapa orang.Tapi malu juga ya... kalau sudah seringkali ditanya dan jawaban yang diberikan tidak bisa memuaskan mereka. Mau tidak mau saya jadi terdorong untuk mencari jawaban yang harus menjadi standar setiap kali ada pertanyaan serupa diajukan ke saya. Dari beberapa pendapat para pakar serta teori yang saya baca dan pengalaman pribadi serta pengalaman beberapa orang, dibawah ini adalah jawaban atas pertanyaan tersebut. Secara garis besar pengeluaran kita bisa dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :

  1. Asuransi
  2. Investasi
  3. Cicilan Kredit
  4. Pengeluaran Rutin Rumah Tangga dan Zakat, Amal, Sedekah
  5. Dana Cadangan

Oke .. sekarang kita bahas satu per satu ya... Asuransi Kenapa diletakkan di nomor 1? Ya, karena ini wajib dan harus masuk dalam budget kita. Banyak orang berpendapat bahwa untuk yang satu ini diambilkan dari sisa setelah pengeluaran lainnya. Padahal kalau sisa... wah kapan bakal ada sisa....  Untuk itu harus disisihkan di awal. Betapa pentingnya Asuransi karena merupakan antisipasi atas resiko kehidupan yang tidak pernah bisa kita perkirakan kapan terjadinya.  Untuk itulah kita memerlukan suatu perlindungan terhadap nilai ekonomi seseorang -dalam hal ini kepala keluarga sebagai pencari nafkah utama- jika terjadi suatu musibah (resiko) sehingga rencana atau tujuan keuangan tidak akan terganggu. Asuransi meliputi asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi rumah, asuransi kendaraan, asuransi pendidikan dan lain-lain. Seberapa besar yang harus disisihkan untuk asuransi? Sekitar 10% dari penghasilan dianggarkan untuk asuransi. Investasi Investasi di sini termasuk di dalamnya adalah investasi untuk tujuan jangka panjang ataupun jangka pendek, seperti ingin beli mobil baru, merenovasi rumah, ingin jalan-jalan ke luar negeri, ingin berlibur, untuk dana pendidikan anak, dana pensiun,  dan lain sebagainya. Yang perlu dicatat adalah selalu tentukan tujuan keuangan baru melakukan investasi. Hal ini agar kita tahu dan punya arah dalam berinvestasi. Dengan adanya tujuan, maka motivasi kita berinvestasi makin kuat. Investasi dengan tujuan jangka pendek adalah yang kira-kira harus tercapai kurang lebih dalam setahun atau 2 tahun ke depan. Misal : Untuk dana liburan di akhir tahun, Uang Pangkal masuk Sekolah untuk 2 tahun nanti, Umroh pada pertengahan tahun depan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk Investasi jangka panjang adalah investasi yang tercapai tujuannya lebih dari 3 tahun ke depan. Contohnya : Persiapan untuk anak masuk Perguruan Tinggi 9jika saat ini anak tersebut masih di SD), Beli Rumah Baru, Modal Usaha, Dana Hari Tua, Warisan dan sebagainya. Berapa prosentase yang harus disisihkan untuk pos yang satu ini? Boleh lah 10% dari penghasilan di pos untuk Investasi. Cicilan Kredit Mungkin diantara kita masih ada yang mempunyai kewajiban untuk membayar cicilan KPR atau KPA. Nah, besarannya yang umum adalah 30% dari total penghasilan. Berarti untuk pos yang satu ini prosentasenya sudah jelas ya. Terus bagaimana kalau selain KPR/KPA ternyata masih ada cicilan untuk kendaraan bermotor ? Kalau kejadiannya seperti itu sih, sebaiknya total cicilan maksimum 35% dari penghasilan. Pengeluaran Rutin Rumah Tangga dan Zakat, Amal, Sedekah Kelompok pengeluaran yang satu ini mempunyai prosentase yang paling besar diantara yang lain. Ya tentu saja toh.... tidak perlu dijelaskan panjang lebar, kita semua juga sudah tahu. Pengeluaran rutin rumah tangga antara lain belanja harian, belanja bulanan, transportasi, listrik, PAM, telepon&pulsa, Iuran RT&Keamanan, SPP anak, Gaji pekerja di rumah dan lain sebagainya. Jangan lupa juga untuk komponen Zakat bagi yang muslim atau kewajiban keagamaan bagi yang lain. Karena kita juga harus melaksanakan kewajiban kita sebagai ummat beragama. Atau jika kita ada bersedekah / menyumbang secara rutin, maka bisa dimasukkan dalam kelompok ini. Besarannya untuk pengeluaran ini adalah sekitar 40% Dana Cadangan Yang dimaksud dana cadangan di sini bukan Dana Darurat lho... tapi dana yang disiapkan jika sewaktu-waktu ada keperluan yang di luar rutin. Misalnya ada sumbangan untuk kerabat yang sakit, hadiah bagi teman yang berulang tahun, menghadiri undangan perkawinan dan banyak lagi pengeluaran yang sifatnya tidak rutin dan mendadak. Bahkan bisa saja dana ini dipakai untuk nombokin dari pos transportasi yang kurang karena ternyata pengeluaran BBM kita melonjak. Kadang meski kita sudah membuat pos-pos anggaran Kebutuhan Rumah Tangga dengan detail sekalipun, masih ada keperluan yang 'ghaib'. Maksudnya? Keperluan yang tanpa kita tahu kemana keluarnya atau terlalu printil-printil untuk dicatat, sehingga asal aja dikeluarkan. Dan ini tanpa disadari juga lumayan besar lho nominalnya, mungkin saja sampai Rp. 1 juta dalam sebulan. Nah untuk hal seperti inilah Dana Cadangan tersebut berfungsi. Kalau kita sudah mem-pos-kan Dana Cadangan, tentunya kita tidak akan kerepotan jika ternyata ada kebutuhan diluar yang sudah direncanakan. Lebih baik membatasi gaya hidup kita kan.... Untuk yang satu ini kita berikan porsi 5% - 10%.

Jika digambarkan dengan diagram, maka pembagiannya adalah seperti ini

Contoh Kasus :

Dani (32 tahun) dan Mila (31 tahun) adalah sepasang suami istri dengan 1 anak (5 tahun). Dani bekerja sebagai seorang manajer di sebuah perusahaan swasta, sedangkan Mila adalah seorang ibu rumah tangga. Sesekali Mila juga memperoleh penghasilan dari kemampuannya menulis dan menterjemahkan, namun uang yang dihasilkan tersebut tidak rutin dia terima. Dalam hal ini bisa dikesampingkan dulu pendapatan Mila, dan dimasukkan dalam pos spesial dengan tujuan khusus. Bisa saja pendapatan Mila dibelanjakan untuk kebutuhan pribadinya seperti baju, tas, sepatu, perhiasan dan lain sebagainya.

Setiap bulannya penghasilan Dani untuk menafkahi keluarganya adalah sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah). Saat ini mereka masih mempunyai kewajiban membayar angsuran pembelian rumah, sedangkan angsuran lainnya tidak ada. Untuk itu coba kita lihat bagaimana mereka ”menghabiskan” uangnya :

13270389521714330585
13270389521714330585

Secara sederhana begitulah pembagian penghasilan kita. Dan perlu diingat, bahwa aturan ini tidaklah baku... Semua disesuaikan dengan kondisi dan faktor-faktor penentu yang sangat melekat pada setiap pribadi. Tapi untuk gambaran sekilas bagaimana membagi penghasilan, bisa kita gunakan prosentase di atas sebagai acuan awal.

Yang pasti ”Penghasilan harus selalu lebih besar dari Belanja”. Dan sebaiknya Penghasilan harus dihabiskan. Seperti contoh di atas, jika penghasilan 100% maka pengeluaran pun totalnya sama dengan 100% juga.

Semoga bisa menjawab pertanyaan yang seringkali terlontar kepada saya.

(Novrita... ur financial planner... always be ur friend.... follow me @Novri_ta)

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun