Mohon tunggu...
Khairunisa Maslichul
Khairunisa Maslichul Mohon Tunggu... Dosen - Profesional

Improve the reality, Lower the expectation, Bogor - Jakarta - Tangerang Twitter dan IG @nisamasan Facebook: Khairunisa Maslichul https://nisamasan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Elpiji di Indonesia: Bukan Hanya Tentang Subsidi dan Harga

20 September 2014   22:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:06 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elpiji Bersubsidi vs Nonsubsidi (www.antaranews.com)

“Si Tabung Biru” alias Elpiji 12 kg dari Pertamina (Persero) resmi mengalami lagi kenaikan harga mulai Rabu, 10 September 2014 sebesar Rp. 1.500 per kilogram terhitung pukul 00.00 waktu setempat.Kenapa lagi? Sebelumnya pada bulan Januari 2014, harga Elpiji sudah naik dan menjadi “kado tahun baru” yang mengejutkan bagi rakyat Indonesia.Memang hal yang wajar jika kenaikan harga Elpiji – baik yang disubsidi maupun tidak dengan apapun alasannya – sangat berpotensi menimbulkan gonjang-ganjing pada masyarakat.Tapi, tentunya akan jauh lebih menarik jika kita dapat mengenal lebih jauh tentang Elpiji di Indonesia.

Tahun 2012,saya pernah mengikuti lomba penulisan esai yang diadakan oleh World Energy Forum (WEF) dan masih menyimpan beberapa sumber referensi untuk kompetisi esai tingkat internasional yang bertemakan “International Year of Sustainable Energy for All”. Setelah membuka-buka kembali sumber pustaka tersebut dengan melihat adanya fakta kenaikan harga Elpji 12 kg di Indonesia tahun ini, saya menyimpulkan bahwa sedikitnya ada tiga fungsi Elpiji di Indonesia yaitu:

(1)Fungsi Sumber Energi,

(2)Fungsi Edukasi, dan

(3)Fungsi Investasi.

Namun, sebelum membahas fungsi Elpiji sebagai salah satu sumber energi pada rumah tangga di Indonesia, alangkah baiknya kita mengetahui sekilas tentang sang produsen “Tabung Biru”, Pertamina (Persero).Bukankah ada pepatah yang mengatakan “Tak kenal maka tak sayang?

Pertamina genap berusia separuh abad pada 10 Desember 2007.Setahun yang lalu, pada tahun 2013, BUMN yang menangani bidang minyak dan gas atau migas tersebut berhasil untuk pertama kalinya menembus 500 perusahaan terbaik dunia versi Fortune Global pada peringkat ke-122. Saat itu, Pertamina masih dipimpin oleh Karen Agustiawan.CEO wanita pertama di Pertamina tersebut resmi mengundurkan diri pada bulan Agustus 2014.Hingga kini, belum ada satu nama yang sudah pasti untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan Karen.

Masyarakat Indonesia pastinya berharap CEO Pertamina yang baru akan mampu mempertahankan sekaligus meningkatkan prestasi gemilang Pertamina yang sudah diraih oleh para CEO pendahulunya.Tak terkecuali Unit Domestic Gas Pertamina yang sejak tahun 1968 telah menangani produksi dan distribusi Elpiji di Indonesia untuk sektor industri, rumah tangga, dan komersial.

Pamor Elpiji semakin bersinar di masyarakat ketika konversi MITAN (minyak tanah) menjadi Elpiji 3 kg bersubsidi dimulai sejak tahun 2007.Fungsi Elpiji sebagai sumber energi utama dalam dapur di seantero Nusantara terus ditingkatkan setelah program konversi energi tersebut diluncurkan.Tujuan pertama dan yang utama dari konversi MITAN ke Elpiji memang untuk mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang terus merangkak naik sehingga memberatkan tidak hanya pemerintah, namun juga masyarakat pada akhirnya.

Setelah konversi MITAN ke LPG, tidak dapat dipungkiri Elpiji 3 kg lebih menjadi primadona energi daripada Elpiji 12 kg dan 50 kg.Selain harganya lebih murah karena disubsidi pemerintah, masih saja ada – atau lebih tepatnya masih banyak – kalangan yang mampu membeli Elpiji 12 kg, tapi dengan santainya membeli Elpiji 3 kg.Sementara itu, harga jual Elpiji nonsubsidi pada saat Elpiji 3 kg beredar di masyarakat juga masih di bawah nilai keekonomian.Tak pelak, Pertamina harus terus menanggung kerugian Elpiji nonsubsidi jika harga Elpiji 12 kg tidak dinaikkan, bahkan perkiraan nilai kerugiannya bisa mencapai enam triliun pada tahun 2014.

Hal tersebut bukannya baru disadari oleh pihak Pertamina belakangan ini.Sejak tiga tahun lalu, menurut Djaelani Sutomo, Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) dalam majalah Warta Pertamina No. 11/Tahun XLVI/November 2011, Pertamina pernah mengajukan kepada Pemerintah untuk mensubsidi Elpiji 12 kg dan 50 kg.Usulan tersebut akhirnya ditolak karena sulit direalisasikan dan diperlukan dana minimal empat triliun rupiah untuk menyubsidinya.

1411200237902122779
1411200237902122779
Skema Kenaikan Harga Elpiji 12 kg (www.kaskus.co.id)

Pertamina lalu menyiasatinya dengan berbagai cara – masih menurut Djaelani – antara lain mencari pemasok yang jauh lebih murah (meskipun prakteknya di lapangan tidak terlalu menolong), permohonan subsidi Elpiji 12 kg dan 50 kg pada pemerintah (pada akhirnya tidak dikabulkan pemerintah), kenaikan harga secara bertahap (seperti yang telah dilakukan pada Januari dan September 2014), dan inovasi produk Elpiji premium dengan merk Ease Gas sejak 2009.Elpiji Ease Gas tersedia dalam kemasan 9 kg dan 14 kg, kemasan tabung berwarna keemasan, dan tidak dijual eceran (menghubungi call center Pertamina dan barang diantar hingga sampai tujuan).

Fungsi Elpiji sebagai sumber energi ternyata tidak hanya membuat Pertamina harus selalu kreatif dan inovatif dalam menemukan solusi yang melegakan bagi semua pihak ketika harga harus dinaikkan.   Isu politisasi kebijakan tiap kali kenaikan harga sumber energi apapun dimunculkan - baik BBM maupun TDL (Tarif Dasar Listrik) - juga turut menyertai penyesuaian harga Elpiji 12 kg dari awal Januari lalu.  Para anggota DPR dari berbagai partai yang berbeda yaitu PAN, PDI, Demokrat, dan Golkar menyatakan keberatan maupun ketidaksetujuan mereka atas kenaikan harga Elpiji 12 kg yang dilakukan Pertamina mulai awal tahun 2014 ini.  Padahal, jika dicermati lebih lanjut, Elpiji juga memiliki fungsi strategis selain sumber energi sehingga kenaikan harga tidak serta-merta membawa dampak negatif bagi masyarakat.



Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun