Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kasus Setya Novanto: Strategi Jokowi Dua Burung Bertarung, Lemah, Masukkan Kurungan

4 Desember 2015   07:13 Diperbarui: 4 Desember 2015   07:57 11440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla I Dok Pribadi"][/caption]

Kasus Setya Novanto semakin panas. Dan, pertarungan antara Presiden Jokowi melawan Setya Novanto cs semakin panas. Sejak awal penyerahan rekaman pembicaraan kasus Setya Novanto, strategi Presiden Jokowi lawan strategi kubu Setya Novanto berlangsung. Adu strategi semakin ramai. Silent operation pun tak hanya menerapkan ‘strategi pukul semak, tunggu ular keluar lalu pukul’, kini ada strategi baru yang dilancarkan dan tampak efektif menghantam Setya Novanto dan Riza Chalid.

Mari kita telaah lanjutan efektivitas silent operation yang akan menghentikan menghentikan sepak-terjang Setya Novanto sekaligus menyeret Muhammmad Reza Chalid atau Riza Chalid ke ranah hukum dengan hati riang gembira senang sentosa bahagia tertawa terbahak-bahak suka-cita pesta-pora ria menari menyanyi koor berdansa selamanya senantisa.

Namun demikian ada satu hal yang membedakan pertarungan itu yakni the master of strategy Presiden Jokowi bertindak dengan tahapan yang cermat. Arahan untuk melakukan tindakan step by step dengan mengandalkan Jenderal Luhut Pandjaitan, BIN, Polri, Kejaksaan Agung, serta Jusuf Kalla benar-benar memojokkan Setya Novanto. Jepitan dan jepitan dilakukan untuk melawan dan bahkan mengecoh kubu Setya Novanto.

Sejak awal mencuatnya kasus Setya Novanto yang diadukan mencatut Presiden Jokowi dkk. adalah pertarungan antara mafia migas dan Petral dengan Presiden Jokowi. Sejak sebelum rekaman diputar telah disampaikan isi rekaman sangat jelas mengindikasikan pertarungan itu. Dan benar. Setya Novanto dan Muhammad Reza atau Riza Chalid dalam rekaman itu sedang diselidiki bahkan terkemungkinan melakukan permufakatan jahat.

Tak mengherankan kubu Setya Novanto dan Reza atau Riza Chalid melakukan upaya (1) politik dengan corong Ical dan Fadli Zon serta Fahri Hamzah membela Setya Novanto, (2) menghindari penyebutan Riza Chalid atau Reza Chalid dan menyimpannya agar tidak masuk ke ranah publik. Maka Fadli Zon pun menyerang Jaksa Agung yang menyelidiki kemungkinan permufakatan jahat dalam rekaman tersebut.

Juga upaya MKD (Mahkamah Kehormatan Dewan) mengarahkan bahwa rekaman pembicaraan Setya Novanto dan Reza Chalid hanyalah omongan bukan sebagai Ketua DPR. Strategi kubu Setya Novanto berikutnya adalah mendekati anggota MKD – bahkan Junirmat Girsang menyampaikan adanya tawaran suap untuk memenangkan dan menggagalkan penanganan kasus persidangan kasus Setya Novanto. Indikasi masuk angin dan melempemnya MKD terbukti dalam sidang yang secara tidak obyektif menyoroti legalitas rekaman.

Temuan dan pemanggilan saksi Maroef Sjamsoeddin pun akhirnya tetap memojokkan Setya Novanto. Bahkan Mahfud MD pun dengan jelas berdasarkan rekaman yang beredar dan diperdengarkan menyebut Setya Novanto telah bersalah melanggar kode etik sebagai Ketua DPR. Maka demi menghindari informasi lanjutan, MKD mengambil strategi baru dengan menghadirkan Setya Novanto dalam persidangan hari Senin pekan depan. Tujuannya adalah adanya sinyalemen dengan demikian Reza Chalid atau Riza Chalid pun tidak perlu dihadirkan agar maneuver cross-checking ala MKD untuk melindungi Setya Novanto.

Pun jika Riza Chalid hadir di persidangan MKD pun akan diarahkan untuk oor bersama dengan Setya Novanto yang sudah didengar kesaksiannya atau pembelaannya terlebih dahulu. Rupanya, the operators of silent operation tidak mau tinggal diam. Tindakan berjaga-jaga terhadap maneuver MKD berhasil diendus – akibat tindakan yang begitu tampak di permukaan adanya 6 orang plus 3 orang PAN, Demokrat dan PKS yang berada pada zona untuk bersikap oportunis bisa berseberangan langsung dengan Presiden Jokowi.

Maka, sebelum MKD membuat keputusan Jaksa Agung pun dengan cepat bertindak memanggil Maroef Sjamsoeddin dan juga berikutnya Sudirman Said sebagai pelengkap. Praktis yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung memraktikkan teori text book penyidikan yakni dengan sistem ring. Ring satu yakni Maroef Sjamsoeddin diperiksa sebagai saksi. Setelah itu Reza atau Riza Chalid dan Setya Novanto akan dipanggil untuk memberikan keterangan.

Dengan sepuluh kekuatan yang ada pada Presiden Jokowi sebagaimana disebutkan adalah (1) Presiden Jokowi memiliki kekuasaan sebagai presiden yang mendapat dukungan mayoritas para purnawirawan Jenderal, (2) Jokowi dikelilingi oleh kekuatan politik dan menguasi TNI, Polri, BIN, (3) Jokowi tidak hutang masa lalu, (4) Jokowi merangkul dan ‘mengorangkan’ serta menghormati TNI, Polri, (5) Presiden Jokowi bukan penakut, (6) Jokowi sabar melihat keadaan dan situasi politik, dan (7) mengendalikan situasi politik yang terjadi, untuk (7) memengaruhi dan mengarahkan dampak dan akibat keputusan politik, agar (8) kekuatan lawan bisa diketahui dengan baik agar, (9) langkah cerdas dan jebakan serta perlawanan bisa menjadi kekuatan, untuk (10) secara strategis terpapar semua keburukan lawan di depan rakyat sehingga tetap kuat dukungan rakyat terhadap Presiden Jokowi, meskipun menimbulkan sumpah serapah lawan politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun