Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinasti Ratu Atut, Akil Mochtar dan Kompromi Politik Golkar-Demokrat

10 Oktober 2013   00:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:45 4909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dinasti Atut sedang terkena prahara. Salah satu strategi penyelamatan Atut adalah memanfaatkan jaringan kekuasaan di DPP Golkar berjalan mulus. Adalah Bambang Soesatyo yang kali pertama menggulirkan scenario Akil Mochtar dijatuhkan Demokrat. Langkah Ratu Atut memang brilian. Bagaimana sebenarnya scenario lanjutan penyelamatan Dinasti Ratu Atut di Banten yang terkait dengan hegemoni Golkar di Banten?

Bambang Soesatyo menyampaikan bahwa pendongkelan Akil Mochtar itu terkait skandal Century. Intervensi SBY atas MK akibat ketakutannya SBY jika DPR menggunakan Hak Menyatakan Pendapat (HMP) yang menuju pemakzulan Boediono dan bahkan SBY. Hal ini terkait dengan ditemukannya bukti-bukti baru terkait Century termasuk jelas penjelasan dari Robert Tantular. Kenapa dan motif apa yang melatarbelakangi serangan DPP Golkar kepada Demokrat dan pembelaannya terhadap Akil Mochtar?

Pertama, serangan Bambang Soesatyo adalah lanjutan retorika perlawanan untuk melindungi Ratu Atut dan Dinasti Politik Atut dan Banten yang korup. Adalah Aburizal Bakrie yang pertama kali melontarkan pernyataan bahwa Golkar tak melindungi Dinasti Ratu Atut. Yang namanya politik, pernyataan itu justru diikuti langkah melindungi Atut.

Kedua, Akil Mochtar - yang diduga seperti koruptor lainnya memiliki tiga simpanan istri, makanya butuh obat kuat - adalah kader Golkar. Karena kedekatannya dengan Akil Muchtar, maka Chairunnisa dan Tulek Wawan memanfaatkan koleganya. Intrik politik Dinasti Atut untuk memengaruhi hasil Pilkada Lebak sungguh hebat. Chairunnisa dan Tulek Wawan keduanya adalah kader Golkar. Pun, jelas Ratu Atut sebagai Ratu Banten pun memiliki kepentingan untuk memenangkan seluruh kabupaten dan kota di Banten di bawah kekuasaan Golkar atau anggota Dinasti Ratu Atut.

Ketiga, kekuatan uang Ratu Atut melebihi yang dibayangkan banyak orang. Dinasti Ratu Atut mengusai 95% APBD Banten berikut kabupaten dan kota. Hal ini terkait dengan aneka jabatan mulai dari bupati, walikota, anggota DPRD, para pengusaha lokal semuanya berkaitan dengan Dinasti Ratu Atut. Keponakan, adik, ipar, mertua, besan semuanya memiliki jaringan dan kekuatan politik dan kekayaan di Banten. Para anggota DPRD Banten dan Kota pun adalah kebanyakan orang-orang Atut. Jelas di sini Golkar memiliki kepentigan.

Keempat, Banten yang menjadi ladang uang politik bagi Golkar di bawah Atut jelas menimbulkan iri politik PDIP dan Demokrat. Oleh karena itu, maka PDIP dan Demokra dalam kasus Akil Muchtar bersatu padu dan bahkan PDIP memiliki menawarkan membantu KPK segala. Demokrat dan PDIP memiliki kepentingan menjaga Lebak di bawah Jayabaya tak jatuh ke tangan Dinasti Ratu Atut. Lebak selatan kaya dengan minyak dan cadangan batubara.

Kelima, perang kepentingan politik antara Golkar dan Demokrat tak dapat dihindari - karena lewat Akil Mochtar ini justru sebagai pintu pembuka kotak Pandora kehancuran Ratu Atut. Golkar akan melindungi Atut dengan segala cara kerana kepentingan politik dan uang di Banten yang sudah dikuasai dengan sangat kuat oleh Ratu Atut.

Keenam, Demokrat yang sudah porak-poranda dengan korupsi tengah mencari cara agar Golkar sebagai dedengkot korupsi terkuat ke permukaan. PDIP juga punya kepentingan soal itu. Nah, Banten yang dekat dengan Jakarta diyakini memiliki nilai jual yang tinggi menjelang 2014.

Kondisi seperti ini menjadi alat kompromi kebusukan Golkar dan Demokrat. Golkar mengekspos kasus Century, sementara Demokrat menyoal Dinasti Atut lewat Tulek Wawan, Chairunnisa melalui Akil Muchtar. Golkar akan melobi KPK untuk terus mengusuk Century, Hambalang, dan Wisma Atlet, sementara Demokrat akan memengaruhi KPK untuk mengejar Ratu Atut. Lalu endingnya, akhirnya bagaimana jika ternyata kasus ini sebenarnya sudah melempem?

Jadi, kasus Akil Mochtar ini menjadi alat bargaining position soal Century dan Ratu Atut antara Golkar dan Demokrat. Diyakini, Akil Mochtar tak akan berbicara membuka lebih jauh hubungan antara dirinya dan Ratu Atut. Meski KPK memiliki rekaman pembicaraan antara Akil Mochtar dan Ratu Atut, namun pada akhirnya, karena kepentingan SBY terkait kasus Century, maka kompromi politik untuk saling menyelamatkan terjadi.

Golkar akan diam dan bungkam seribu bahasa soal Century, kompensasinya Demokrat tak akan menyerang lagi Akil Mochtar dan bahkan Demokrat akan menyiapkan Ketua Mahkamah Konstitusi yang bukan orang Golkar seperti Akil Mochtar. Jika Demokrat menunjuk Ketua MK seperti Patrialis Akbar misalnya, bisa dipastikan MK akan seperti Partai Demokrat, melempem dan melindungi SBY ketika HMP (hak menyampaikan pendapat) terkait berbagai kasus konstitusional terjadi. Itulah antisipasi ketakutan SBY terkait MK yang garang jika bukan di bawah Demokrat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun