Mohon tunggu...
Mylab Thereader
Mylab Thereader Mohon Tunggu... Book Reader -

MyLab - Book Reader. Even when we read a novel or fiction, we are not reading a drama, romance, horror, epic or thriller. We learn the human being way of thinking, its behavior, culture and strategies to deal with a situation. Blog https://jemlibrary.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Alex Ferguson Forever!

15 Juli 2017   15:09 Diperbarui: 16 Juli 2017   01:34 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Pasang surut prestasi Manchester United (MU) terjadi setelah era Matt Busby diiringi dengan silih bergantinya pelatih yang menukangi MU. Alex Ferguson, sebelumnya adalah pelatih Aberdeen - Skotlandia, menolak tawaran Barcelona, Arsenal, Rangers dan Tottenham dan lebih tergoda dengan tantangan untuk membangun MU. Kariernya di MU dimulai pada November 1986, menggantikan Roy Atkinson. Tak terlalu sukses di 4 musim awal kepelatihannya. Ketika masih menjadi pemain di Skotlandia Fergie dimasa itu adalah van Nistelrooy-nya MU di era 2000-an. Sebagai pelatih St. Miren dan Aberdeen, Fergie sarat prestasi.

Bahkan manajer sekaliber Alex Ferguson, seperti yang disampaikannya di salah satu autobiografinya, perlu menumbuhkan rasa percaya dirinya saat pertama kali menangani MU. Tapi Old Trafford diawal kedatangannya bukannya tanpa masalah. Beberapa pemain alcoholic dan level kebugarannya menyedihkan. Ferguson, bersama-sama dengan Archie Knox asisten manajer saat itu, mengubah kebiasaan buruk itu dan menanamkan disiplin bagi para pemain. Sehingga apa yang membuat manajemen dan banyak orang lain yang terlibat di dalam MU memberi dukungan penuh  kepadanya adalah karena Fergie memiliki visi dan ambisi untuk menjadi pemenang dan punya konsep untuk mewujudkannya.

Musim 1989/1990, Fergie mengangkat Piala FA pertamanya, diikuti Piala Winners Eropa di musim berikutnya dan trofi Liga Inggris pertamanya di musim 1993/1994. Menarik jika setelah 4 musimnya di MU Fergie benar-benar memenuhi visinya dan mengangkat MU menjadi klub terkuat di Liga Inggris dan Eropa beberapa tahun kemudian. Sebelum pensiun, Fergie menghabiskan 26 musim sebagai manajer MU. Selama waktu itu, klub memenangkan 13 gelar liga Inggris, 25 piala domestik, 2 Piala Champion  dan 1 Piala Winners Eropa plus 1 Piala Intercontinental; itu dua kali lipat dari prestasi manajer Liga Inggris tersukses sebelumnya. Fergie juga meninggalkan MU bersama bisnis waralaba yang sukses di bidang olah raga.

Tanggung jawab seorang manajer sepakbola di Liga Inggris bervariasi di masing-masing klub. Namun umumnya seorang manajer klub bertanggung jawab pada tim inti yang terdiri atas 24 orang pemain, mengawasi pelatihan yang dilakukan oleh para asisten, dan mengelola para dokter, psikoterapi dan staff pendukung lainnya. Dalam praktek sehari-harinya, manajer klub menentukan bagaimana seharusnya sebuah tim dilatih, memilih pemain untuk pertandingan (starter dan cadangannya), memutuskan taktik yang digunakan dan memberi wejangan sebelum pertandingan, pada saat istirahat pertandingan dan di akhir pertandingan.

Manajer juga ditugaskan untuk membentuk organisasi staff pelatih hingga struktur pengembangan youth player. Namun Fergie berada di posisi yang unik di MU karena masa kerja dan prestasinya yang luarbiasa. Ferguson memiliki cakupan kontrol yang lebih luas daripada manajer lain di Liga Inggris. Fergie memainkan peran sentral dalam organisasi MU, bukan hanya mengelola tim utama tapi juga seluruh klub. "Steve Jobs adalah Apple; Sir Alex Ferguson adalah Manchester United, "kata mantan kepala eksekutif klub David Gill. Apa yang dilakukan oleh Fergie dan apa kunci suksesnya adalah hal menarik yang sering dibahas oleh banyak orang, mulai dari orang-orang lingkungan sepakbola hingga kelas manajemen bisnis di Universitas Harvard.

Dulcius ex Asperis

Selalu ada landasan keyakinan dalam setiap tindakan. Dulcius ex asperis, peribahasa Klan Ferguson Skotlandia kuno, atau Sweeter (atau delicious) after difficulties; berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian. Ini adalah landasan keyakinan sederhana yang memotivasi Fergie dalam kerja kerasnya yang terus menerus tanpa putus asa, mengatasi segala hambatan tekanan dari supporter, pers, manajemen dan tingkah laku pemain, ketika melakukan berbagai perubahan besar di tradisi MU. Tidak ada hasil manis tanpa kerja keras, dan setelah kerja keras, maka tunggulah, niscaya hasil akan datang bersama kerja keras itu. Dalam pandangan Fergie, pada dasarnya tak ada rahasia kunci sukes selain kerja keras. Ini sudah dibuktikan Fergie ketika ia menjadi pelatih di Skotlandia sebelumnya dan terakhir dibuktikannya bersama MU.

Otoritas dan Leadership

Tapi keyakinan akan kerja keras yang membuahkan hasil tak dicapai dalam kerja keras yang tanpa arah. Hal pertama yang dilakukan Fergie ketika sampai di MU adalah menegaskan otoritasnya. Jangan pernah kehilangan kendali selama anda yang ditunjuk menjadi manajer adalah kredo Fergie. Tidak peduli anda pemain bintang, tidak peduli anda asisten pelatih hebat, tidak peduli anda tukang sapu senior yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Ratu Inggris, sepak bola yang benar bagi Manchester United dan segala hal lainnya yang harus berlaku di Old Trafford adalah yang benar menurut visi realistis, konsep dan rancangan sistematis yang dibuat Fergie. Titik. Namun bukannya tanpa pendekatan secara personal yang akrab antara pemain, staff dengan pelatih ketika penegakan aturan dan sanksi dijalankan.

Pemain adalah aset untuk mencapai prestasi yang akan memberi benefit bagi klub. Penegakan aturan dengan sanksinya dilakukan justru untuk membangun tanggung jawab pemain terhadap profesinya, membangun pencapaian kinerjanya, dan membangun respect pemain terhadap dewan kepelatihan. Tidak ada tim yang bisa dibangun mencapai prestasi ketika manajer tidak memiliki otoritas, semua akan bertindak menurut sesuka hatinya dan akan ada banyak pihak yang campur tangan ke dalam tim.

Sepak bola dalam pandangan Fergie adalah tantangan terus menerus tentang kerapuhan manusia. Pemain menjadi bintang dan selanjutnya ingin menjadi selebriti, ingin menjadi model dan ingin lebih banyak tampil di depan pers dengan glamour atau mulai ikut campur tangan pada kewenangan pekerjaan manajer. Ketika pemain menjadi bintang dan kemudian tiba-tiba merasa lebih hebat dari pelatihnya dan klubnya, maka hanya ada satu pilihan: si pemain harus hengkang dari klub. Kredo ini salah satu kunci sukses Fergie lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun