Keadaan tak menentu yang dialami mahasiswa bidikmisi kali ini makin “mencekam” terutama yang berada di bawah naungan Kemenag, beberapa mahasiswa yang kuliah di kampus IAIN Sunan Ampel sudah kehabisan dana livingcost, sehingga untuk melakukan aktifitas sedikit terganggu. Bagi mereka yang aktif di organisasi secara otomatis tidak punya pendapatan tambahan selain dari beasiswa bidikmisi yang di tunggu-tunggu, tidak tahu kapan dana akan turun sedikit banyak mengganggu pikiran sebagian mahsiswa penerima BIDIKMISI, karena belajar dari pengalaman penerima bidikmisi tahun 2012 dana baru cair di akhir semester dan berakibat beberapa mahasiswa harus “mandeg” dari kegiatan perkuliahan karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai livingcost di Surabaya yang tidak murah.
Bidikmisi adalah beasiswa yang diperuntukkan bagi mereka yang kurang mampu secara ekonomi tapi berprestasi dirintis oleh Kemendikbud, jadi apabila pencairan dana bidikmisi tidak segera cair maka secara tidak langsung akan mengganggu aktifitas penerima bidikmisi karena untuk membiayai kehidupannya harus meminta kiriman pada orang tuanya yang notabene kurang mampu. Terdengar kabar bidikmisi bagi PTA akan dihapuskan, entah apa yang terjadi pada internal kemenag yang membawahi PTA di Indonesia sehingga tidak melanjutkan program beasiswa bidikmisi yang pada kenyataan dilapangan prestasi mahasiswa bidikmisi tidak mengecewakan. Setahu saya nilai IP mahasiswa bidikmisi di kampus IAIN Sunan Ampel Surabaya rata-rata 3.00, jadi program ini apabila tidak dilanjutkan sangat di sayangkan sekali melihat pada kenyataan dilpangan.
Berita yang sangat meng-iri-kan hari ini (13-03-2013 http://kampus.okezone.com/read/2013/03/13/373/775128/anggaran-kemendikbud-sudah-cair) adalah dana di kemendikbud sudah sepenuhnya cair (73,1 Triliun) yang kemarin sempat diblokir oleh menteri keuangan karena dianggap Sembilan dari sepuluh program yang ada di kemendikbud perlu penjelasan namun berita dari kemenag yang membawahi perguruan tinggi agama tak ada gaungnya sedikitpun. Merunut pada penjelasan bapak M. Nuh selaku Mendikbud dana yang dikucurkan pada kemenag justru lebih besar dari pada yang dikucurkan pada kemendikbud dan beliau berkeyakinan kemenag bisa menangani dan melanjutkan program bidikmisi rintisannya.
Pada tahun 2012/2013, sesuai dengan peraturan dan ketentuan baru dari Kementerian Keuangan, program Bidikmisi khusus untuk perguruan tinggi agama (PTA), dialihkan ke Kemenag. Tujuannya agar proses pencairan dana tersebut tidak lagi dengan kontrak, tetapi langsung dilakukan sama seperti dengan PTN ke perguruan tinggi yang bersangkutan. Namun pada semester ini terjadi keterlambatan yang seharusnya tidak terjadi karena bidikmisi sudah berjalan tiga tahun, suatu program yang berjalan kedepan seharusnya menjadi lebih baik dan atau melakukan perbaikan-perbaikan dalam banyak hal, terutama dalam hal administrasinya, sehingga tidak perlu adanya keterlambatan dalam pencairan dana.
Menunggu, itulah yang biasa dilakukan mahasiswa bidikmisi ketika dana turun tidak pada waktunya walaupun sering harus mengosongkan perut demi bertahan hidup. Kalau sudah mendesak maka harus berhutang pada teman yang mau berbaik hati meminjamkan uang, karena tidak jarang teman yang mau dipinjami sama-sama tidak punya uang. Apa lagi yang harus dilakuakan sampai-sampai tidak tahu, bila seperti itu yang terjadi mau mengemis kepada siapa lagi, mau minta ke orang tua tak enak hati karena mereka yakin dengan mendapat beasiswa, mereka sudah sangat terbantu tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Bagaimanapun, begitu keyakinan orang tua yang sudah bangga dengan anaknya.
surabaya: 13/03/2013