Mohon tunggu...
Muhamad Irfan
Muhamad Irfan Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Sangat cinta tanah air

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aku Cinta Indonesia: Benarkah?

19 Maret 2012   01:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:50 2321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1332119544843681762

[caption id="attachment_177123" align="alignnone" width="225" caption="Cinta Tanah Air"][/caption] “Aku cinta Indonesia” merupakan slogan yang bertujuan untuk meningkatkan semangat kecintaan kepada tanah air dan kepentingan bangsa. Demikian juga “aku cinta produk Indonesia” disemboyankan sebagai lambang kecintaan terhadap barang-barang buatan dalam negeri. Presiden Soekarno merupakan presiden RI yang mampu meningkatkan semangat rakyatnya terhadap kecintaan kepada negerinya yang diiringi dengan pesan-pesan pidatonya agar seluruh sumberdaya alam yang dimiliki bangsa dan negara Indonesia tidak diambil oleh asing, tapi harus dikelola oleh bangsa sendiri walaupun hanya dapat dikelola nanti oleh anak cucu.

Kecintaan terhadap bangsa dan negara RI hakikatnya merupakan semangat untuk membangun bangsa dan negara sendiri apapun kondisinya agar mendapatkan kehidupan bernegara dan berbangsa yang lebih baik. Agar sejalan dengan hakikat ini maka perlu ditanamkan faktor-faktor pendukungnya kepada seluruh rakyat Indonesia. Salah satu faktor tersebut adalah perlunya ada keteladanan dari para pemimpin atau dari presidennya.

Keteladanan

Keteladanan adalah faktor utama untuk menumbuhkan semangat cinta tanah air seluruh rakyat Indonesia. Komponen bangsa yang harus memberikan contoh adalah para aparat negara, baik dari komponen legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Seluruh komponen ini didukung penuh oleh pemimpin bangsanya, mulai dari gaya hidup keseharian, sinkronisasi antara ucapan dan tindakan, berperilaku dalam berbangsa dan bernegara, menjalankan roda pemerintahan yang baik, dan seterusnya.

Kecenderungannya jika pemimpinnya berperilaku sakit maka aparat di bawahnya akan sakit pula. Biasanya pemimpin yang kurang baik mempunyai modal awal yang tidak bersih niatannya, terutama niat untuk membangun bangsa dan negara yang berkehidupan baik dan benar. Pemimpin yang didasari dengan niat ingin menanamkan rasa kecintaan terhadap diri sendiri, keluarga, dan kelompoknya, pasti rakyatnya tidak akan makmur dan sejahtera.

Dalam hal mencintai tanah air, seorang pemimpin harus mendahulukan kepentingan bangsa dan negaranya di atas kepentingan asing. Saat ini banyak pihak asing yang ingin menguasai harta dan kekayaan negara melalui sistem penjajahan yang elegan. Tidak seperti jaman dulu, negara imperialis akan menjajah negara jajahannya dengan cara kasar, mengerahkan seluruh kekuatan fisiknya untuk menguasai negara jajahannya. Namun saat ini, kekuatan fisik tidak dikerahkan untuk menjajah, tapi dengan kekuatan ekonomi yang ditunjang dengan kekuatan konsep kapitalis yang disebar melalui media yang mapan dan canggih.

Strategi asing yang paling jitu untuk menguasai negara Indonesia adalah mendekati pemimpinnya melalui metode konspirasi yang canggih. Dengan demikian seorang pemimpin yang sudah masuk kedalam kubangan konspirasi tersebut akan memprioritaskan seluruh kepentingan asing tanpa menghiraukan kepentingan bangsa dan negara. Akibatnya rakyat kurang menikmati kekayaan alamnya sendiri. Selain itu, rakyat diarahkan agar kepedulian terhadap kepentingan bangsa berkurang, dan dibangun opini kepentingan global, istilah lainnya adalah globalisasi. Padahal kepentingan global ini tentunya ada makna terselubung yakni kepentingan asing yang masuk melalui para pemimpin dan aparatnya.

Jika demikian halnya, pemimpin tidak dapat menjadi teladan yang baik di mata rakyatnya. Beberapa kelompok masyarakat menjadi bersikap apatis terhadap nilai-nilai kecintaannya terhadap tanah air, karena tidak dicontohkan oleh para pemimpinnya yang cenderung untuk mensejahterakan dirinya sendiri dahulu daripada mensejahterakan rakyatnya.

Cintailah Produk Indonesia

Slogan “aku cinta Indonesia” mempunyai turunannya yakni slogan “cintailah produk Indonesia”. Maraknya kedua slogan ini memberikan isyarat bahwa saat ini di negeri Indonesia sedang ada serangan asing yang sangat kuat, baik serangan pemikiran, serangan produk asing, maupun serangan-serangan opini asing melalui media yang mendominasi di dunia informasi. Masyarakat jadi kurang peduli rasa nasionalisnya, mereka merasa lebih nyaman jika tinggal di negara asing yang kaya, dan tinggal di negeri sendiri menjadi tidak nyaman karena kesehariannya selalu melihat tayangan-tayangan kasus korupsi di berbagai media. Akibatnya masyarakat Indonesia sudah merasa tidak layak lagi untuk tinggal di negeri koruptor. Apalagi bagi mereka yang mempunyai kemampuan akademik yang baik atau mempunyai keterampilan tinggi dengan ditunjang kemampuan bahasa asing, mereka akan mencari penghidupan yang lebih baik di negeri asing yang kaya dan maju. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dibalut dengan ajaran yang mementingkan materi dalam hidupnya, sehingga dalam hidup ini harus diperlukan materi yang cukup berlebih agar bisa hidup nyaman.

Ajaran materialistis ini merupakan turunan dari ajaran kapitalis yang bersumber dari negara-negara barat. Melalui berbagai media yang menguasai jaringan internasional, pemahaman ini dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia. Perdagangan bebas telah berlaku di negara Indonesia, sehingga dengan leluasanya produk-produk asing telah masuk ke dalam negeri bahkan sampai mematikan pasar produk dalam negeri. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan produk-produk asing ini dengan berbagai argumen, ada yang karena harganya murah, atau karena kualitasnya lebih baik, atau karena hanya gengsi semata. Argumen karena gengsi ini sangat membahayakan jiwa nasionalis dalam diri bangsa, karena merupakan kesalahan yang tidak bersistem, sehingga sulit untuk merubahnya dan diperlukan terapi yang cukup lama untuk menyembuhkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun