Mohon tunggu...
Muchtar Adam
Muchtar Adam Mohon Tunggu... -

Muchtar Adam, lahir 10 September 1939 di Benteng, Selayar, Sulawesi Selatan, adalah Pemimpin Pondok Pesantren al-Qur ân Babussalam, Ciburial Indah, Dago-Atas, Bandung Utara. Pernah menjadi dosen agama UNPAD sejak 1974-1989.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Imam Mahdi dan Mesjid Penuh Anjing

21 Februari 2016   17:58 Diperbarui: 21 Februari 2016   18:35 3699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sidratul Muntaha? (Dok. Fxmuchtar)"][/caption]Kisah yang saya tuliskan ini adalah kisah yang saya baca tahun 1963-an, saat saya pertama kali hijrah ke Bandung dan mempelajari Bahasa Sunda. Sebagai muballigh tentulah penguasaan Bahasa daerah sangat diperlukan untuk lebih mendekatkan diri dengan khalayak dan bekal silaturahim dengan para alim ulama. Kisah dalam majalah itu ditulis oleh seorang ulama Islam abad ke-15. Walau kisahnya agak tidak populer dan seperti mengada-ada namun pengajaran yang disampaikannya sangatlah penting. Saya ingin membagi kisah itu kepada para pembaca, semoga saja bisa memberikan manfaat.

Diceriterakan bahwa Imam Mahdi melaksanakan Isra’dan Mi’raj dengan dibarengi Malaikat Jibril as. Ketika sampai langit pertama, beliau ingin melaksanakan salat, maka beliaupun berusaha mencari mesjid. Tak berapa lama nampaklah sebuah  mesjid yang sangat indah maka beliau mendekat dan memasuki mesjid yang indah itu. Alangkah kagetnya beliau karena mesjid yang indah itu penuh dengan anjing-anjing.  Beliaupun berpaling keluar meninggalkan mesjid itu dan mencari mesjid yang lain.

Berjalanlah Imam Mahdi mencari mesjid, dan didapati mesjid yang lebih besar dan lebih indah. Beliau sangat gembira, bisa menemukan mesjid untuk salat berjamaah. Imam pun memasuki mesjid itu, kembali beliau terkejut karena mesjid itupun penuh dengan anjing-anjing. Imam segera keluar dan mencoba mencari mesjid lainnya.

Terlihat dari kejauhan sebuah mesjid yang lebih indah dan lebih besar dari mesjid pertama dan kedua. Imam mempercepat jalannya agar bisa segera sampai ke mesjid indah itu. Untuk ketiga kalinya, Imam dikejutkan dengan mesjid yang penuh dengan anjing anjing. Imam langsung bertanya kepada malaikat Jibril tentang kejadian itu.

[caption caption="Kaligrafi Imam Mahdi (dok: sheikh1.deviantart.com)"]

[/caption]Kepada Imam Mahdi, Malaikat Jibril as. menjelaskan bahwa di akhir zaman, ummat Islam berlomba-lomba membangun mesjid, bahkan kalau perlu saling berhadapan. Mereka berlomba menghiasi dan memperindah mesjid tapi isinya kosong. Ada juga mesjid yang kosong secara spiritualitas. Isinya banyak, tapi mesjidnya dipakai untuk membenci sesama muslim. (Saya jadi teringat sebuah kalimat dari Bahasa latin, “homo homini lupus”)

Perjalanan mi’raj diteruskan dan Imam Mahdi merasa kelaparan dan kehausan. Tak jauh darinya ada sebuah pohon mangga yang buahnya lebat dan ranum. Saat Imam Mahdi akan memetik satu buah, menjeritlah buah mangga yang berdekatan. “jangan petik mangga itu. Di dalamnya  penuh ulat dan rasanya asam. Petik saya saja. Sayalah mangga termanis dan terlezat di pohon ini” Kata mangga itu. Imam Mahdi mencoba memetik mangga itu. tetapi dikala akan dipetik, menjerit lagi buah mangga yang lain,  “Jangan petik mangga yang itu. Mangga itu luarnya saja yang bagus tapi isinya pahit. Petik saya saja. Segar dan nikmat” teriak mangga lainnya. Setiap kali Imam Mahdi akan memetik sebuah mangga, yang lain pasti mencacinya dan membanggakan dirinya. 

Malaikat Jibril menjelaskan bahwa di akhir zaman, umat Islam tak segan untuk memuji bahwa kelompoknyalah yang paling benar, paling sesuai dengan qur’an dan sunnah serta paling ahli surga. Bahkan mereka akan saling menjelekkan satu dengan lainnya, saling menebarkan fitnah, saling membid’ahkan dan bahkan saling mengkafirkan. 

Dalam perjalana selanjutnya Imam Mahdi melihat batu-batu kecil yang dihimpit dengan batu-batu besar. Tak berapa lama, batu-batu kecil itu naik dan menghimpit batu besar. Imam Mahdi terkejut menyaksikan itu dan langsung bertanya kepada Jibril as.  Jibril ‘a.s. langsung menjelaskan hikmah dibalik peristiwa itu.

“Akan datang satu masa, di mana para pembesar dan pemimpin diangkat beramai-ramai oleh rakyat kecil. Setelah mereka berkuaasa, kerjanya hanya membebani rakyat kecil dengan aneka pajak dan pungutan-pungutan liar. Hutang ditimbun-timbun yang akhirnya membebani rakyat kecil. Sementara itu para pejabat tinggi negara hidup bermewah-mewah dan berfoya-foya dengan  menggunakan fasilitas negara. Akhirnya rakyat sadar, maka mereka ramai-ramai menggulingkan pemerintahan” Kata Malaikat Jibril as.

 

Ikuti tulisan lainnya :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun