Mohon tunggu...
Syarif Tjan
Syarif Tjan Mohon Tunggu... -

Lahir Di Tobelo.Tipikal slengean dan suka menentang arus. Senang menekuni dunia Filsafat dan Tasauf. Waktu senggang dimanfaatkan dengan melukis, menulis, dan clubing. Pernah mampir menimba Ilmu Teknik Lingkungan di STTL Yogyakarta ( 1991), dan menyempatkan diri belajar di Magister Sistem Teknik (MST) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Tahun 2007. Pernah menjadi Pemimpin Redaksi Majalah Impact semasa kuliah di Yogya.Menulis adalah hobi sejak dari SMA. Pernah menulis di Majalah "Suara Muhammadiyah" Yogyakarta, dan harian Malut Post. Tahun 2004 saya bersama Bapak Mulis Tapi Tapi mendirikan Tabloid Halut Press dan menjadi Pemimpin Redaksi namun hanya bertahan selama 2 tahun. Mendirikan oragnisasi Filantropis "Tjan Institute", sebagai upaya melakukan riset kecil-kecil dibidang lingkungan. Bergelut di dunia konsultan lingkungan untuk menyusun AMDAL, dan UKL/UPL. Selain konsen terhadap masalah lingkungan, sosial politik dan kebudayaan, juga memiliki cita-cita membesarkan usaha "eco- Entrepreneur" sendiri. saat ini suka menggarap banyak pesanan Instalasi Air Limbah dengan biaya murah. Sudah 17 Tahun hidup dan stay di Ternate

Selanjutnya

Tutup

Politik

Turbulensi " Pohon Beringin"

15 September 2017   13:04 Diperbarui: 16 September 2017   23:33 983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TURBULENSI "POHON BERINGIN"

Oleh :

M. Syarif Tjan

Kalau tidak ada gonjang --ganjing bukan Golkar namanya. Partai ini sejak dizaman Orde Baru partai yang paling berkuasa dan menjadi alat Soeharto dalam membungkam demokrasi Indonesia. PDI dan PPP saat itu hanyalah partai pelengkap dan menjadi  bulan-bulanan Partai Golkar. Kekuasaan Golkar saat itu identik dengan akar pohon beringin, begitu kuat dan tak tergoyahkan. Bahkan angin pun takut mendekat kalau melihat Pohon beringin yang namanya Golkar.

Tumbangnya Orde Baru, tidak berarti Golkar juga ikut tumbang. Ditangan para yunior saat itu seperti Akbar Tandjung, Fahmi Idris,  Agung Laksono, Surya paloh, Aburizal Bakrie, Golkar dipoles sedemikian rupa membuat publik di republik ini yang awalnya membenci dan sangat anti pati dengan Golkar seakan hilang memori kebenciannya. Banyak sudah aktivis 98  dan  aktivis pro demokrasi yang ikut bergabung dengan Golkar. Branding sebagai Partai Otoriter dan Orde Baru sirna sekejap. Partai Golkar kembali Eksis dan menjadi partai terkuat kedua setelah PDIP pimpinan Ibu Mega.

Di era reformasi Partai ini kemudian menunjukan kepiawiannya dalam berpolitik. Kontestasi internal Partai Golkar beberapa kali mengalami kekacauan dan perpecahan yang kemudian melahirkan beberapa Partai Baru seperti Gerindra yang dimotori Prabowo Subianto, Nasdem dengan Surya Paloh, Hanura yang didirikan Wiranto, dan PKPI oleh Sutiyoso. Bahkan bisa dibilang semua partai yang ada di republik ini adalah partai golkar, karena pekerja/pengurus  partainya sebagian besar adalah alumni Partai Golkar.

Tidak sampai disitu saja, di Era Presiden Jokowi Partai Golkar juga mengalami kegaduhan yang berkepanjangan. Hasil Munas Bali Partai Golkar dianulir Menkumham Yasonna Laoly. Kubu Agung Laksono yang didukung pemerintah menjadi pemenang. Kepemimpinan Aburizal Bakrie hasil Munas Bali dianggap tidak sah.

Di era Operasi Tangkap Tangan(OTT) KPK saat ini, Golkar kembali diuji. Setya Novanto (Setnov) tengah dibidik KPK dan statusnya sudah pada Level Tersangka kasus e-KTP yang merugikan keuangan Negara senilai Rp. 2,314 triliun. Ibarat terpidana, kaki kiri setnov sebenarnya sudah di penjara, tinggal menunggu waktu saja.

Rabu (14 september 2017)  malam publik dikejutkan dengan berita penangkapan Indra J Piliang (IJP) salah satu pemikir muda Golkar ditangkap atas dugaan kasus penggunaan kepemilikan sabu-sabu. Lengkaplah sudah "Korupsi"  Pluss "Sabu-Sabu" bercampur membentuk  gerakan massa udara politik sehingga mengacak --acak skala kestabilan partai golkar. Partai "Pohon Beringin" akhirnya mengalami turbulensi.

Dalam dimensi ini saya pastikan semua kader golkar akan prihatin dengan kondisi partainya. Apakah mereka akan kecewa dan putus asa? Hahaha...! tidak. Kader -- kader partai Golkar sudah sangat teruji dan tahan goncangan. Kader-kader Partai Golkar sudah terbiasa dengan ritme dan irama golkar. Mereka sangat mahir memadukan not dan nada Golkar.Tetapi modal itu saja tidaklah cukup. Banyak fariabel pendukung lain yang perlu disandarkan. Mengingat saat ini kepercayaan rakyat terhadap Golkar sudah berada di titik nadir, maka introspeksi dan langkah untuk segera bangkit  secepatnya dilakukan jika partai tidak ingin kehilangan marwah dan kepercayaan dari rakyat.       

Upaya melewati turbulensi yang kejut dalam berpartai memang dilematis dan membutuhkan kedewasaan berpolitik. Paling tidak, pilihan menyelamatkan kaders yang tersangkut kasus hukum atau menyelamatkan Partai Golkar adalah sesuatu yang sulit. Dalam kondisi ini kaders Golkar harus jeli dan janganlah menang sendiri. Mengutamakan sentimen Partai dan loyalitas kepada ketuanya (Setnov) menjadi simalakama. Berlari membela Setnov partai dicap pembela koruptor, memalak partai dengan hukum Setnov pasti akan dipenjara. Mengganggap Setnov adalah satu-satunya yang harus diselamatkan, akan membawa Partai Golkar kejurang yang dalam. Publik akan semakin melihat dengan sebelah mata terhadap eksistensi Partai Golkar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun