Mohon tunggu...
M. Rasyid Nur
M. Rasyid Nur Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiun guru PNS tidak pensiun sebagai guru

M. Rasyid Nur, pendidik (sudah pensiun dari PNS pada Mei 2017) yang bertekad "Ingin terus belajar dan belajar terus". Penyuka literasi dan berusaha menulis setiap hari sebagai bagian belajar sepanjang hari. Silakan juga diklik: http://mrasyidnur.blogspot.com/ atau http://tanaikarimun.com sebagai tambahan komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Guru Ditakuti, Guru (Tak) Dihormati

29 Oktober 2012   22:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:14 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KETIKA peserta didik (siswa) tampak lebih takut dari pada hormat kepada gurunya, itu sesungguhnya sudah terjadi penyalahgunaan kompetensi dan wewenang oleh guru kepada peserta didiknya. Cara seperti itu bukanlah pendidikan yang baik buat mereka. Rasa takut pada hakikatnya adalah perasaan keterpaksaan diakibatkan penempatan pelaksanaan peraturan yang keliru oleh guru.

Setiap guru pasti akan berharap proses pembelajaran yang dilaksanakannya di depan kelas berjalan dengan baik dan lancar. Sayangnya pemahaman baik dan lancar diartikan sebagai suasana tenang tanpa gangguan apapun terutama dari peserta didik. Di sinilah persoalan akan muncul. Suasana tenang tanpa gangguan jika diartikan sebagai suasana tanpa suara ribut sedikitpun dari peserta didik tentulah suasana seperti itu akan menyerupai suasana semedi yang memang tanpa bunyi. Dan suasana pembelajaran tanpa keterlibatan peserta didik sesungguhnya itulah problem yang mesti diatasi guru.

Problem pengelolaan kelas seharusnya tidak lagi diartikan sebagai mengatasi keributan di dalam kelas. Bahwa keributan yang akan mengganggu proses pembelajaran tidak dibenarkan, itu sudah pasti. Tapi suasana gaduh karena keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran, itulah suasana yang baik yang mesti diciptakan guru.

Beberapa orang guru sepertinya masih mempertahankan pola pikir pertama di atas. Guru seperti ini beranggapan lebih baik suasana tenang dari pada suasana riuh-rendah dan ribut oleh suara-suara peserta didik. Suasana tenang akan memudahkan guru menyampaikan materi pelajaran dari pada dibumbui dengan suasana ribut. Dengan ketenangan yang tercipta dalam proses pembelajaran, guru akan lebih banyak waktu untuk menyampaikan materi pelajaran. Inilah pandangan mereka.

Tidak ada yang salah dengan penciptaan suasana tenang selama proses pembelajaran berlangsung. Justeru suasana ribut akan mengganggu proses pembelajaran itu sendiri. Hanya saja jika ketenangan yang dimaksud itu  adalah ketenangan yang membuat peserta didik ketakutan itu sudah jelas sangat bertentangan dengan perinsip pembelajaran yang menyenangkan. Perinsip proses pembelajaran menyenangkan adalah perinsip yang mementingkan partisipasi peserta didik lebih tinggi dalam proses pembelajaran tersebut. Waktu-waktu yang tersedia di ruang kelas lebih banyak dipakai oleh peserta didik dari pada oleh guru. Guru tidak lagi menjadi dominan dalam usaha penyampaian materi ajar kepada peserta didik.

Jika guru masih berharap peserta didiknya untuk tenang, duduk dan diam saja di kurisi masing-masing dengan melipatkan tangan di atas meja, lalu gurunya mendominasi waktu (berceramah, dll) maka itu sama sekali tidak akan mampu menciptakan proses pembelajaran partisipatif yang dituntut kurikulum. Suasana seperti itu lebih banyak melahirkan peserta didik yang penakut dari pada peserta didik yang berani dan jujur. Kejujuran mutlak diutamakan dalam pendidikan. Dan itu tentu dimulai dari ruang kelas. Rasa takut sudah jelas akan menjauhkan peserta didik dari kejujuran karena terbinanya keberanian yang baik pada peserta didik.

Untuk itu, guru sudah sejatinya berpikir bagaimana membuat pesrta didik yang menghormati gurunya tapi bukan menakuti gurunya. Peserta didik yang merasa takut kepada guru akan cenderung berperilaku tidak jujur kepada gurunya. Sebaliknya, peserta didik yang sudah dilatih untuk berani mengemukakan pendapatnya di depan kelas akan cenderung jujur dan apa adanya kepada gurunya. Inilah sebenarnya yang diharapkan muncul dari setiap peserta didik. Kelak mereka akan memerlukan sikap jujur dan berani itu ketika sudah berhadapan dan mendapat tanggung jawab di tengah-tengah masyarakat. Semoga1***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun