Ekonomi berbasis digital sudah merambah semua sendi kehidupan. Hanya dalam waktu dua dasawarsa (sejak booming 90 an) merubah peta ekonomi dunia. Dulu media tradisional seperti newspaper, Radio dan Televisi Berjaya. Kini satu persatu Koran mengalami kebangkrutan dan tutup (http://en.wikipedia.org/wiki/Future_of_newspapers). Radio dan Televisi harus merambah dunia digital jika ingin tetap bertahan.
Alasan kebangkrutan media tradisional sangatlah jelas, pendapatan iklan & Oplah yang semakin menurun sementara biaya produksi cetak terus meningkat. Who moved my cheese? -meminjam istilah Spencer Johnson, kemana larinya pendapatan iklan media tradisional?
Disaat bersamaan raksasa Digital Google terus moncer, terakhirGoogle menghasilkan pendapatanUSD 50,2 Milyard di tahun 2012, Revenue ini dicapai hanya dalam waktu 1.5 dasawarsa (http://dawn.com/2013/01/23/google-2012-revenue-hits-50-billion-profits-up/). Dengan komposisi pendapatan 80% dari iklan.
Tidak ingin kalah dengan Google, industry telco nasional pun mulai melirik pendapatan iklan digital sebagai pendapatan alternative, jumlahnya pun cukup menggiurkan, perkiraan belanja iklan digital nasional di 2012 diperkirakan mencapai Rp 600 Milyard (http://www.frontier.co.id/belanja-iklan-media-digital-di-indonesia.html ). Suatu angka yang sangat besar, mengingat ekosistem market untuk iklan digital yang belum terbentuk di tanah air.
Mengapa peng iklan mengalihkan belanja iklan dari media tradisional ke media digital? Ada beberapa kelebihan iklan digital dibanding beriklan di media tradisional, diantaranya:
1.Iklan secara targeted
Dalam tulisan terdahulu (http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/02/18/stop-sms-menyebalkan--529838.html) saya membahas tentang profiling sebagai keunggulan kompetitif beriklan secara digital dibanding tradisional. Profiling membuat iklan lebih personal dan diterima audiens. Dan baiknya lagi pengiklan mengeluarkan biaya secara lebih efektif
2.Menyampaikan pesan dimanapun dan kapanpun
Pesan melalui mobile dapat dikirim kapanpun dan dimanapun, tidak lagi terikat ruang dan waktu. Gadget adalah benda yang paling “melekat” terhadap audiens saat ini melebihi benda apapun. Rata rata waktu yang dihabiskan untuk akses mobile gadget di Indonesia adalah 106 menit/hari/subscriber (http://inet.detik.com/read/2012/12/06/090313/2110752/398/indonesia-pasar-iklan-mobile-terbesar-ketiga-di-dunia)
3.Audiens yg besar
Pelanggan Telco di Indonesia saat ini sudah menyentuh angka 220 juta subscriber.
4.Interactive
Pengiklan bisa berdialog secara langsung dengan audiens. Pengiklan bisa lebih memahami kebutuhan audiens. Response dari audiens bisa menjadi tolak ukur kuantitatif apakah campaign effective atau tidak. Jika hasilnya negatif, strategi campaign bisa di ubah secara mudah.
5.Flexibel
Bila respon iklan kurang menggembirakan, strategi dan konten iklan sangat mudah untuk dirubah. Untuk pengusaha retail dan F&B perubahan Program promo secara harian pun bisa dilakukan via iklan digital
6.Channel komunikasi lebih beragam
Saluran iklan digital sangat lah beragam mulai dari web, banner digital, SMS, MMS & USSD. Dan uniknya lagi iklan digital bisa diatur penyampaiannya berdasarkan lokasi (Locate Based Advertising, LBA). Saat audiens berdada di suatu lokasi misalkan mall, pesan LBA datang ke gadget menawarakan program promo yang sangat menarik.Sehingga LBA dapat meningkatkan traffic pengunjung ke outlet dan meningkatkan penjualan
7.Budget Effective
Iklan digital mengijinkan pengiklan kecil dengan bujet dibawah Rp 5 juta untuk beriklan. Sangat mendukung bagi pengusaha kecil untuk meningkatkan penjualan produk.
8.Terbukti mempengaruhi keputusan pembelian
Menurut data mobile member pengaruh besar terhadap keputusan pembelian (55%), diikuti TV (49%) dan desktop (39%) (http://inet.detik.com/read/2012/12/06/090313/2110752/398/indonesia-pasar-iklan-mobile-terbesar-ketiga-di-dunia)
Sudah saatnya anda mempertimbangkan Iklan Digital sebagai saluran iklan anda.
(Mohamad Darmawan, penulis adalah praktisi digital advertising, mohamaddarmawan@yahoo.com)