Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Melawan Hoaks: Jangan Baper, Dulukan Rasionalitas

4 Juni 2018   10:34 Diperbarui: 4 Juni 2018   13:00 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lesehan sederhana di D'Consulate hotel bersama Menteri Agama Bapak Lukman Hakim Saefuddin semakin mencerahkan pemahaman kita tentang bagaimana menghadapi berita yang semakin membanjiri hidup kita.  

Kita tak lagi butuh berita, terlalu banyak berita melimpah ruah.  Yang kita butuhkan sekarang adalah kemampuan menyaring informasi yang membanjiri hidup kita dalam setiap detiknya.  Kemampuan literasi.

Hoaks adalah informasi bohong.  Dengan tujuan jahat pula.

Apabila kita runut sejarah, hoaks itu memang sudah ada sejak Nabi Adam.  Pernah dengar tentang buah kuldi?  Itu kan hoaks yang dicipta oleh iblis.  Iblis telah menyesatkan Adam dengan cerita hoaks.  Dan Adam tidak melakukan tabayun terhadap berita hoaks yang sampaikan iblis sehingga tersesat ke dalam dosa.  Dan inilah sejarah hoaks paling tua.

Dalam zaman pemerintahan Bani Umayah juga beredar hoaks melalui hadis-hadis palsu. Al Quran tak mungkin dihoaks kan. AlQuran dijaga oleh Allah. Tapi hadis nabi? Kelompok Muawiyah yang berkuasa berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan cara mencipta hadis-hadis palsu untuk menyerang pengikut Ali.  Penghutbah juga banyak yang mengutuk pengikut Ali dengan hadis palsu.  Dan hoaks pun berseliweran melalui hadis palsu.

Kini.

Hoaks semakin menjadi-jadi.  Ledakan media sosial, sebagaimana dikatakan oleh Bapak Menteri Agama, telah membuat gegar manusia-manusia negeri ini.  Manusia-manusia santun telah berubah dalam ledakan teknologi medsos.  Manusia menjadi anonim dan kehilangan jati dirinya.  Manusia menjadi seperti srigala.

Kita memang sekarang ini hidup dalam dua dunia.  Dunia nyata sekaligus dunia maya.  Dunia maya seoalah nyata dan nyata dimayakan.  Kita tak bisa lagi membedakan mana yang nyata dan mana yang maya.

Lalu bagaimana sikap kita?

Pertama, jangan baper. Kita harus berjiwa besar dalam menghadapi ledakan dunia maya medsos.  Tak boleh kita baperan dalam menghadapi realita kemayaan dunia medsos.  Hati dingin akan membuat kita tak serta merta terbawa pada berita-berita hoaks. Kita akan melepas diri dari tipuan hoakers yang begitu mempesona.

Kedua, dulukan rasionalitas. Hoaks adalah lawan kata rasionalitas. Tak ada rasionalitas dalam hoaks. Maka dari itu, agar kita terhindar dari hoaks, kita hanya perlu menajamkan rasionalitas kita. Berita apa pun yang mengingkari rasionalitas sudah dapat dipastikan berita tersebut hoaks. Cukup mudahkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun