Laki laki perlente.
Aku pernah menjadi anggota pansus. Akunya. Dan kami yang duduk di warteg sambil ngopi dan nglepus alias ngerokok dengan memainkan asapnya, hanya diam mendengarkan.
Banyak cerita di pansus.
Dia mulai berdiri di hadapan kami. Semangatnya terlalu tinggi sehingga tak muat kalau ceritanya sambil duduk.
Dia tarik asap rokok dalam dalam.
Menikmati betul asap dari rokok yang diambil dari bungkus rokok Kang Amin. Seakan sudah berminggu minggu mulutnya tak tersumpal batang rokok.
Banyak tawar menawar di sana.
Seekor lalat nyaris masuk ke mulutnya saat secara gak sadar dia buka mulut terlalu lebar.
Tapi aku tak pernah mau. Aku terlalu cinta negeri ini. Aku yang ikut membentuk kpk. Aku juga yang memperkuat nya. Tak ada satu orang pun yang berhasrat kpk lemah.
Dia bicara hampir tanpa titik, apalagi koma. Kami diam. Dan dia kira kami berminat dengan kebohongannya.
Aku sering datang ke dapil. Setiap ke dapil aku harus ngeluarin banyak uang. Sumbang kiri kanan. Â Darimana duitnya? Dari kantong pribadi. Aku tidak seperti teman teman yang suka minta komisi proyek 10 persen.