Selalu datang gerimis menjelang petang.
Belum memutuskan? Â Tanyamu dengan raut penuh harap. Â
Aku hanya menggeleng. Â Aku genggam jari jarimu tapi kamu segera menariknya secepat kilat. Â Seakan hendak menghajar keraguanku.
Lalu apa lagi?
Kamu terus menuntut. Â Kepastian itu penting. Â Dan kamu memang sangat membenci laki laki yang ragu membuat keputusan.
Aku harus....
Kamu berpaling dariku. Â Kamu memang layak marah karena sudah dua bulan tapi aku belum juga mampu membuat keputusan.
Lalu kamu pergi. Â Aku ragu menyusul langkahmu. Â Aku ragu kalau aku akan bisa membahagiakan mu.
Suara Tulus terdengar merdu juga sendu.
Aku masih duduk di bangku itu. Menghabiskan kopi yang masih setengah.
Ayo, ajak dia.
Aku mengikutinya. Â Mengikuti langkahnya. Dia tampak lebih cantik dari biasanya.