Kompasianer,
Panas terik cuaca makassar tidak merubah keinginan saya untuk mengunjungi dan ziarah ke makam pahlawan Nasional Diponegoro, karena sudah lupa jalan menuju makam dan hotel tempat saya menginap, saya memutuskan untuk naik grab saja, awalnya menggunakan grab mobil.
Namun begitu melihat padatnya jalan dan waktu tempuh cukup lama, akhirnya menggunakan grab motor, ada hal yang lucu saat motor tiba di depan hotel, ternyata pengemudinya seorang wanita, awalnya dia minta saya meng cancel saja, namun saya bilang kalau saya cancel berarti saya menghalangi rezeki yang Allah berikan untuk dia melalui saya, kemudian saya usul bagaimana kalau saya yang mengemudikan dan dia memberi tahu saya saja arah jalan mana yang saya lewati untuk sampai di makam Diponegoro.
Cukup mengasyikan perjalanan kami, sepanjang jalan dia menerangkan dengan rinci, ini jalan apa, dan apa saja yang khas di daerah ini, sekitar 20 menit kami sampai di makam Pangeran Diponegoro.
Bangunan itu tempat tinggal yang jaga dan di depannya sebuah mushola untuk sholat, pemakaman sangat bersih dan rapi, tidak lama keluar seorang bapak-bapak, kami berkenalan sejenak, dia adalah keturunan ke lima dari Pangeran Diponegoro, dia menjelaskan sedikit tentang latar belakang, perjuangan dan terkahir wafat.
Dimakamkan disini, setelah itu saya mengisi daftar tamu, tidak begitu banyak saya perhatikan setiap harinya jumlah pengunjung di makam ini.
Setelah cukup, saya minta ijin untuk mengambil gambar dan meliput pemakaman ini.
Pangeran di Ponegoro lahir di Jogjakarta pada tanggal 11 November 1785, pangeran di Ponegoro wafat pada tanggal 8 Januari 1855, di pengasingan beliau di Makassar, yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Bogor, 14032020
Salam Petualang