Hari raya Idul Fitri sudah lewat. Lebaran yang ditunggu-tunggu sudah berlalu. Sholat Ied bersama keluarga, dan kerabat dekat jadi kenangan. Hari bahagia berkumpul bersama orang yang kita sayang jadi moment yang tak terlupakan. Makanan, minuman manis, masakan khas ibu selalu dinantikan. Sayangnya di tahun ini saya untuk pertama kalinya Idul Fitri tanpa seorang ibu. Semoga Allah Ta'ala menjagamu, ibu.
Hmm... the best perform di hari nan fitri.
Percaya atau tidak di setiap lebaran selalu saja ada makanan enak. Identiknya demikian. Bagaimana tidak? Selalu saja ada ide di masing-masing keluarga untuk menjadikan hari raya Idul Fitri, hari raya yang membahagiakan. Berpakaian bersih dan rapi tak selalu baru menjadikan hari kemenangan itu hari yang dipenuhi kegembiraan.
Saya pun begitu. Keluarga adalah anugerah terbesar bagi hidup saya.Â
Biasanya tradisi dalam keluarga besar ibu (ketika masih hidup) saya menjelang hari raya Idul fitri dengan membuat kue kering. Beberapa varian kue kering sudah pernah coba untuk membuatnya. Alhamdulillah bisa walau belum sempurna. Tentu semangat dong membantu ibu di dapur. Dari mengolah adonan, mencetak, memasukkan adonan yang sudah dicetak ke dalam oven hingga finishing, pengemasan dalam stoples sudah pernah saya lakukan. Asyik dan seru. Itu pengalaman saya sebelum berumah tangga.
Ternyata setelah menikahpun, tradisi membuat kue kering ini tak bisa lepas dari kehidupan saya. Walau jedanya sangat lama, masih bisa merasakan betapa nikmatnya membuat kue kering hasil karya sendiri. Saya dapat menentukan budget sendiri dengan pilihan bahan apa saja yang perlu dibeli. Mau enak atau tidak sesuaikan dengan anggaran yang ada.Â
Â
Cathaleya Soffa
Pondok Cabe, 27 Juni 2017
Inspiring moment... snackit