Sayatan daun cemara di udara setipis kelambu. Â Mencacah kabut menjadi beberapa keping dingin. Â Melepaskan derai embun yang mulai membungkus daun daun. Â Seperti apakah keindahan yang ingin kau nikmati? Â Jika semua itu sudah tersaji.
Seumpama temaram malam itu mulai mengundang kedatangan pagi. Â Diiringi suara panci dan kentongan bambu berusaha membangunkan sahur terakhir kali. Â Mata mata terlelap bergegas menyingkirkan mimpi. Â Mata mata terjaga menepis kain sarung membuka keran pancuran membasuh wudlu. Â Kedamaian apalagi yang kau cari? Â Sementara sejuknya hari telah menziarahi hati.
Sekuyup kuyupnya bulan sedang berusaha menggeliat. Â Menanti matahari membaginya sedikit coretan cahaya. Â Menyinari tubuhnya yang hanya segaris. Â Memberikan tanda bahwa hari yang dinanti tak lama lagi tiba. Â Kemenangan mana yang kau hindari? Â Apabila Hari Fitri datang menghampiri.
Bongkahan bongkahan dosa berkeranjang. Â Silap dan khilaf membangkitkan ingat. Â Sejak berduyun duyun kesalahan membagi tahunnya. Â Sekeras apa batu yang mengendapi rasa? Jika semua bisa diluruhkan oleh pemberian maaf yang dipinta.
Bogor, 24 Juni 2017