Ramadan hampir berakhir neng. Â Secercah garis kecil berpendar sedang mengintip di kejauhan. Â Meletakkan lengannya di pipi matahari. Â Besok sosoknya akan menggaris langit di ujung senja.
Itu artinya hari kemenangan telah tiba. Â Itu artinya kita sedang mencetak kertas putih di lembaran hati kita. Â Sementara tangkai pena berwarna sudah tersedia lagi di tangan kita. Â Siap menaburkan warna warna yang kita inginkan.Â
Aku berharap kita bisa meminjam cara malaikat mewarnai pelangi neng. Â Banyak warna namun indah dipandang mata. Â Berundak undak namun tidak membuat kaki terpeleset. Â Bersenyawa dengan hujan dan larikan surya namun tidak membuat gigil dan hangus dalam waktu yang sama.
Aku serasa ingin menggambarkan bentuk malam di benakku kepadamu neng. Â Malam terakhir kita menunggu dinihari. Â Bentuknya tetap tak kasat mata. Â Tapi menjelajahi jiwa dengan akbar. Â Seperti para pengelana Viking yang menaklukkan. Â Kali ini bukan menaklukkan dengan pertumpahan darah. Â Namun lebih kepada penaklukan adab dengki dan jumawa.
Aku ingin menggenggam tanganmu saat ini. Â Kita bersama menunggu kejora yang kelelahan. Â Tak lama lagi kuasanya dikalahkan bulan.
Bogor, 24 Juni 2017