Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Awan Secuil Terkatung-katung di Pojokan

19 Juli 2017   18:58 Diperbarui: 19 Juli 2017   18:59 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Entah tersesat

Atau sedang merajuk tak ingin pulang

Mengikuti kawanannya yang lebih dahulu berbaris di pesisir selatan

Secuil awan terkatung katung di pojokan

Sang awan rupanya patah arang

Langit sedang pilih kasih

Lebih menyukai warna hitam cumulo nimbus

Juga putih perak cumulo stratus

Sedang dia berwarna abu abu perang

Secuil awan itu tahu

Warna abu abu adalah warna tak menentu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun