Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Para Penafkah

7 September 2017   09:27 Diperbarui: 7 September 2017   09:48 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi masih melamun

Para penafkah telah berjejalan di stasiun

Berkerumun di pintu dan sambungan kereta

Saling tatap dengan sesama

Atau melibatkan lagi dengkur yang masih basah

Dunia memutar lagu lagu para pengembara

Perjuangan sekuat bangsa Hyena

Memburu mangsa atau saling berkelahi menjadi raja

Tetes darah terakhir sama dengan keringat yang tuntas terkuras

Para penafkah terbagi menjadi remah, butir dan bongkah

Remah jika bekerja tak jauh dari tempat sampah, yaitu para pemulung yang gagah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun