Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat Kesebelas untuk Melati

23 Agustus 2017   12:22 Diperbarui: 23 Agustus 2017   12:25 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setelah sekian kali.  Melewati sekian hari.  Aku menemukan kalimat yang tepat untukmu. Permaisuri dari berani.  Rajanya tentu saja adalah gelap di malam hari.

Kerajaanmu adalah kerajaan hitam putih.  Persis seperti warna kertas dan tinta.  Penanya adalah kepanjangan tangan dari hati.  Tajam tumpulnya tergantung dari beku atau menyalanya jiwa.

Julukan itu akan tetap melekat.  Selama kau yakin mengenai betapa kuat istilah rekat.  Tunjukkan kepada pagi dengan ucapkan sampai bertemu lagi mimpi.  Sampaikan kepada siang bahwa halang merintang telah hilang.  Pesankan kepada malam jika lebam itu bagian dari perjuangan.

Jakarta, 23 Agustus 2017

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun