Rindu kepada ibu tidak bisa diibaratkan panjang sungai, atau lebar lautan, atau kedalaman palung atau tak berujungnya langit. Â Sama sekali tidak sebanding biarpun sedikit. Â Rindu kepada ibu lebih mirip betapa dekatnya nafas dengan udara. Â Betapa lekatnya rambut dengan kulit kepala. Betapa pekatnya kelam dengan malam. Â Betapa rekatnya getah dengan damar.
Tak pernah usai rindu jika tentang ibu. Â Apabila teringat peluh belum tuntas namun tetap menyiapkan makan malam dengan pantas. Â Apabila teringat lelah belum rebah namun tetap menegakkan diri dengan gagah. Â Apabila teringat gaduh belum luruh namun tetap terjaga dengan utuh. Semua demi buah hati dan permata jiwa.
Rindu kepada ibu lebih hangat dari matahari pukul tujuh. Â Sanggup menakar bunga mekar, menanami bulir bulir padi, mengasuh anak rembulan, mengusir sendu para pengadu, mengiris sisa sisa dengki di hati.
Tak pernah jemu untuk mengatakan aku rindu padamu ibu. Â Walau hanya tinggal nama di batu nisanmu. Dirimu tetap seterang lampu di surga yang menyinari kekalnya kenanganmu.
Jakarta, 21 Agustus 2017
Â
Â