Mohon tunggu...
M. Edy Sunarto
M. Edy Sunarto Mohon Tunggu...

Jawa asli, masa kecil & sekolah di Jawa Timur. Be cheerful. edysmartpro@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Revolusi Mental, Pelajaran Budi Pekerti

29 Mei 2015   10:26 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:29 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14328695721449378042

[caption id="attachment_368281" align="aligncenter" width="646" caption="Fakta-Paling-HOT-tentang-Deng-Yuanyuan-Guru-Cantik-Asal-China_kencanbutadotorg"][/caption]

RENUNGAN SEGAR MENGEDUKASI DIRI MINGGU INI



Wahai para sohib Kompasianer yang terhormat semuanya!!

SalamEDUSERsan.com

Tekape: Klas 6 SDN A pagi di jalan B kota C.

Waktu:Menjelang waktu istirahat siang saat mata siswa agak ngantuk, tuh banyak yang mulai menguap tuh, perut juga sudah mulai berbunyi.

Adegan: Mata pelajaran Budi Pekerti – berdasarkan kurikulum mendikbud baru Anis Baswedan atas desakan (pura-puranya) menko Puan

Ibu Guru Markisah, yang ini guru beneran bukan buah yang bakalan jadi minuman segar lhoh – meski jelang istirahat siang nan panas begini dianya masih senantiasa segar, dengan kesabaran tingkatan penguasa ilmu jiwa anak berusaha seringan mungkin memasukkan pemahaman budi pekerti ke dalam otak para siswa. Sampai bu Guru ini merasa perlu memberikan contoh praktis demi tuntasnya pemahaman siswanya. Contoh ringan-ringan tentang baik dan buruk dari peristiwa keseharian yang mudah dijumpai dalam kehidupan rumah.

Bu Guru: “Baiklah anak-anak, sekarang ibu akan berikan sebuah contoh. Ibu yakin di antara kalian tidak asing dengan peristiwa seperti yang ibu akan contohakan ini. Yang bisa menjawab tepat, ibu akan hadiahi boleh duluan keluar ke kantin sekolah. Siap anak-anak?”

Semua murid: “Siap bu guru....!!! Bu guru siap....!!”

Bu Guru: “Baik, dengarkan baik-baik ya.... Katakanlah ibu sedang bertugas jadi wasit turnamen bola voli di stadion kota kita. Saat istirahat di ruang salin ibu menghampiri gantungan pakaian salin seorang pria, mengambil dompet berisi uang dari saku celananya, bagaimana kalian menilai perbuatan saya? Dan apa sebutan yany tepat bagi saya.”

Tiga siswa pria bersamaan berdiri mengangkat tangannya. Ibu guru Markisah tersenyum senang, bahkan muridnya yang paling nakal tetapi sebenarnya cerdas hanya kurang rajin saja, masih cermat memerhatikan pelajaran. Maka ditunjuknya si paling nakal untuk menjawab.

Bu Guru: “Baik Bambang, engkau boleh menjawab. Jika benar engkau boleh segera ke kantin, mintalah dua kue dan segelas teh hangat ibu yang bayar nanti. Tetapi jika salah, bantu ibu menghapus papan tulis. Setuju?”

Bambang: “Jawabnya begini bu Guru. Itu adalah contoh kebiasaan jelek bu. Tentu ada alasan untuk melakukan perbuatan itu. Jika bukan karena jangan-jangan ibu punya kerjaan rangkap sebagai pencopet, tentu, karena dompet itu kepunyaan suami ibu.”

---oo0O0oo---

Tabik & salam EDUSERsan buat semuanya.

Jakarta, 29 Mei 2015.

ttd & cap stempel resmi

Departemen Kebahasaan Antar Anakbangsa

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun