Ada yang berbeda untuk acara jalan-jalan ke gunung kali ini. Kalau kita mendaki gunung lain selain yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mungkin nggak banyak aturan namun di TNBTS khususnya Gunung Semeru, pengelola di sana justru memberlakukan aturan yang cukup ketat untuk para pendaki. Mengapa ? karena TNBTS itu menjadi magnet wisatawan dunia. Entah sudah berapa banyak TNBTS memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah setempat.
Sebelum mendaki Semeru para pendaki menerima wejangan (pengarahan) dari seorang petugas di ruang pendataan yang berada di Desa Ranu Pane. Tak tanggung-tanggung briefing berlangsung sejam lebih lho. Hal-hal yang dibicarakan antara lain seputar bagaimana penanggulangan masalah yang mungkin saja terjadi saat pendakian, larangan perusakan lingkungan kawasan Gunung Semeru dan adab saat berada di camp ground Ranu Kumbolo, Kali Mati atau puncak Mahameru.
Sebagai pendaki, apakah itu yang profesional maupun yang masih amatiran seperti saya he..he… tentu saja harus tetap taat dan tunduk dengan aturan yang ditetapkan. Masalah kebersihan lingkungan misalnya, menurut keterangan petugas briefing, beberapa tahun yang lalu Gunung Semeru sempat dijejali sampah oleh para pendaki yang tak bertanggung-jawab.
Beberapa puluh ton sampah berhasil diturunkan dari gunung tertinggi di Pulau Jawa itu. Petugas dan relawan TNBTS tak mau kecolongan lagi, mulai saat itu pengelola TNBTS menerapkan aturan yang sangat ketat. Selesai mendaftar sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, para pendaki juga harus rela meluangkan waktunya mengikuti pengarahan dari petugas TNBTS.
Sebagian pendaki Gunung Semeru memilih untuk tidak melanjutkan pendakian sampai ke puncak Mahameru, mereka memutuskan berkemah saja di camp ground Danau Ranu Kumbolo. Danau ini begitu indah. Beberapa spot di dekatnya seperti Tanjakan Cinta, Savana Oro-oro Ombo juga tampak memesona. Air danau masih terjaga kemurniannya dan bisa langsung diminum meski tanpa direbus terlebih dulu. Untuk memasak dan keperluan lain juga bisa memanfaatkan air danau ini.
Namun ada tata-cara yang harus dipatuhi. Usahakan agar saat mengambil air melepas alas kaki (sepatu) terlebih dulu, sedapat mungkin kaki kita tidak masuk ke dalam danau. Dengan begitu kebersihan air danau akan tetap terjaga. Atau dengan menggali lubang di pinggir danau dengan jarak satu meter dari tepi danau. Air danau yang merembes ke lubang galian itu yang kita manfaatkan.
Bukan tidak mungkin ranjau darat (tinja pendaki, red) itu suatu saat nanti secara tak sengaja akan terinjak oleh pendaki lain. Wah.. nggak kebayang seberapa besar daya ledaknya he…he… Setelah dibangun toilet ala Semeru itu pastinya membuat lega para pendaki Semeru. Mereka bisa buang hajat sambil ndodok (jongkok, red) manis tanpa harus merasa was-was, takut kalau-kalau ketahuan pendaki lain. Jangan dibayangkan toilet ala Semeru itu seperti toilet di rumah kita atau toilet di hotel tidak berbintang sekalipun.
Toilet Semeru dirancang sederhana, dindingnya terbuat dari plat seng gelombang dengan kerangka dalam dari pipa bundar. Plat seng dilapisi cat berwarna hijau tua. Bagian atasnya hanya dinaungi bahan semacam jaring paranet. Toilet ala Semeru itu hanya berupa lubang berbentuk persegi, berukuran kira-kira 20 X 20 sentimeter persegi, tanpa air penyekat seperti disain toilet di rumah kita. Bisa dibayangkan, begitu pendaki ndodok karena saking kebeletnya langsung saja kotorannya bablas ke lubang penampungan yang ada di bawahnya.
Sebaiknya plat seng dan kerangka pipa besi menggunakan bahan-bahan yang anti karat agar tahan lama mengingat upaya perbaikan toilet itu tak mungkin dilakukan sesering mungkin karena letaknya yang jauh di lereng gunung. Yang perlu diperhatikan oleh pengelola Semeru dan diwaspadai para pendaki ialah bahwa lubang penampungan tinja (semacam septic tank) harus didisain sedemikian rupa agar tidak merembes menuju Danau Ranu Kumbolo.