Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Cerita Misteri di Balik Candi Sumur yang Merana

26 Mei 2013   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:00 7908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_263638" align="aligncenter" width="450" caption="Candi Sumur tinggal separuh"][/caption]

Kekunoan demi kunoan coba kami telusuri. Anda atau traveler lainnya yang berkesempatan mengunjungi kota “udang” Sidoarjo. Ketika berwisata di Danau Lapindo coba sempatkan mampir ke Desa Candi Pari Wetan.

Di desa itu terdapat sebuah bangunan candi kuno yang diduga kuat mempunyai hubungan dekat dengan kerajaan besar Majapahit di Trowulan, Mojokerto.

DariKota Surabaya setelah berjalan melewati Danau Lapindo-Porong, kira-kira sejauh satu kilometer dari danau Anda akan menemukan pertigaan Kota Porong. Kalau berjalan terus menuju Kota Malang.

Pilih jalan yang menuju ke arah Krembung-Sidoarjo. Desa Candi Pari Wetan dari pertigaan tadi kira-kira berjarak dua kilometer. Ada banyak angkutan umum menuju Desa Candi Pari Wetan dari pertigaan Kota Porong.

[caption id="attachment_263640" align="aligncenter" width="450" caption="Jalan dan panorama menuju Desa Candi Pari Wetan"]

1369538951226279705
1369538951226279705
[/caption]

Memasuki kawasan Desa Candi Pari Wetan, kita akan menyaksikan pepohonan besar di kiri-kanan jalan. Mata kita akan dimanjakan dengan panorama persawahan warga yang luas nan menguning. Di pertigaan jalan menuju Desa Candi Pari dan Desa Pamotan ada warung kecil penjual bakso dan es kelapa muda.

Kami beristirahat sejenak di warung itu. Es kelapa muda menemani istirahat kami siang itu. Setelah rasa capek hilang kami menelusuri kembali lokasi Candi Pari dan Candi Sumur. Kedua candi ini letaknya berdekatan. Candi Sumur berada kira-kira 100 meter arah barat Candi Pari.

Ketika memasuki halaman Candi Sumur, seorang lelaki setengah baya menghampiri kami. Lelaki itu ternyata juru pelihara Candi Sumur. Memperhatikan kondisi badannya yang memprihatinkan itu kami menjadi iba. Menurut keterangan orang-orang yang ada di warung dekat lokasi candi, Bapak juru pelihara Candi Sumur dulunya terserang penyakit “stroke”. Sehingga sebagian badannya lumpuh dan tidak bisa bicara. Bapak ini semasa sehatnya dulu berjasa sekali dalam proses renovasi Candi Sumur.

[caption id="attachment_263641" align="aligncenter" width="250" caption="Candi Sumur punya kisah yang unik"]

136953920926539917
136953920926539917
[/caption] Menurut catatan sejarah Candi Pari dan Candi Sumur dibangun pada saat yang bersamaan. Saat ini Candi Sumur dalam keadaan rusak, sisa-sisa bangunan yang ada hanya berupa dinding yang terletak di sisi timur dan selatan, juga bangunan di sepanjang lantai dan pondasi bangunan saja.

[caption id="attachment_263643" align="aligncenter" width="250" caption="Kerangka balok cor yang menopang dinding candi dari reruntuhan"]

1369539389988100819
1369539389988100819
[/caption] Saat proses renovasi telah diupayakan membuatkan balok cor untuk menahan runtuhnya dinding candi. Seperti terlihat saat kami berkunjung ke sana. Berbeda dengan Candi Pari yang memiliki ukuran jauh lebih besar dan telah berhasil direnovasi ulang seutuhnya. Tidak demikian dengan Candi Sumur.

[caption id="attachment_263645" align="aligncenter" width="250" caption="Pengunjung melihat sumur kuno dalam candi"]

1369539566285047643
1369539566285047643
[/caption] Candi ini memiliki ukuran jauh lebih kecil, kira-kira setengah dari Candi Pari dan baru berhasil direnovasi separuh dari bangunan candi. Kedua canditerbuat dari batu bata merah. Khusus untuk bagian ambang atas Candi Pari terbuat dari batu andesit. Agar kuat menahan beban berat bagian atas Candi Pari.

[caption id="attachment_263646" align="aligncenter" width="450" caption="Candi Pari di Desa Candi Pari Wetan"]

1369539701946397320
1369539701946397320
[/caption] Tangga naik ke arah bilik atau bangunan utama candi terbuat dari batu bata merah berukuran tebal dan besar. Keadaan ini umum dijumpai pada candi-candi Jawa Timuran. Tetapi Candi Pari terlihat lebih tambun yang menjadi ciri candi di Jawa Tengah. Tidak seperti candi-candi di Jawa Timur yang umumnya lebih kecildan ramping.

[caption id="attachment_263648" align="aligncenter" width="250" caption="Candi Pari Porong-Sidoarjo"]

1369539889890930537
1369539889890930537
[/caption] Baik Candi Sumur atau Pari telah ditemukan pada kira-kira tahun 1906 oleh sarjana Belanda bernama NJ Kroom.Pada ambang atas Candi Pari terdapat pahatan dengan angka tahun 1293 Saka atau 1371 Masehi. Candi Pari dan Candi Sumur adalah candi peninggalan Majapahit pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk di tahun 1350-1389. Menurut para arkeolog, gaya arsitektur Candi Pari dipengaruhi oleh budaya Campa (Vietnam) mirip dengan candi-candi di kawasan Mison Vietnam.

[caption id="attachment_263650" align="aligncenter" width="450" caption="Taman bunga menambah pesona candi ini"]

13695400361566574254
13695400361566574254
[/caption] Pengaruh ini terlihat pada bangunan dan ornamennya, namun Candi Pari masih menunjukkan karakter Indonesia. Menurut dongeng yang beredar di masyarakat candi ini dibangun untuk menghormati hilangnya (moksa) Joko Pandelegan.

[caption id="attachment_263651" align="aligncenter" width="450" caption="Keadaan dalam bilik Candi Pari, ada arca tanpa kepala"]

13695402081702032748
13695402081702032748
[/caption]

Ada kisah unik yang menjadi cerita rakyat setempat tentang kedua candi ini.Cerita rakyat berawal ketikasang raja Majapahit ( Prabu Brawijaya) mengutus sang patih untuk memanggil Joko Pandelegan beserta istrinya agar tinggal di istana Majapahit dengan maksud akan dinaikkan pangkat dan derajatnya .

[caption id="attachment_263653" align="aligncenter" width="450" caption="Cungkup dalam Candi Pari"]

1369540387809615328
1369540387809615328
[/caption]

Dan apabila mereka tidak bersedia supaya dipaksa tanpa menimbukan cidera pada badannya bahkan jangan sampai menyebabkan kerusakkan pada pakaiannnya.

Sebelum perintah itu di sampaikan kepada mereka, ternyata Joko Pandelegan punya firasat akan mendapatkan panggilan dari istana Majapahit akan tetapi panggilan tersebut tidak dihiraukannya. Hal itu sudah dipertimbangkan bersama istrinya, Nyai Loro Walang Angin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun