Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kenangan Terindah

6 Juli 2015   17:21 Diperbarui: 6 Juli 2015   17:21 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Beberapa waktu yang lalu karena teringat lagu ada anak bertanya pada Bapaknya, muncul ide yang sempat terekam dan menjadi suatu artikel. Pada saat lain, tiba-tiba teringat senandung man arodhadunya faalihi bil ilmi, yang Alhamdulillah ada lagi suatu artikel yang dapat tayang di Kompasiana. Mengikuti komentar Boyke, dari pada merenung, bagus ditulis. Begitulah ketika terdengar lagu Mahir Zain saat mau berbuka puasa, kemudian muncul artikel Insya Allah, Insya Allah, Insya Alah Ada Jalan. Itu berlanjut dengan waktu tiba-tiba suara Opick muncul di radio, dapat lah suatu judul Teman Sejati.  Nah kemarin dalam perjalanan dari Pekanbaru ke Bengkalis kok tiba-tiba terdengar lagu Kenangan Terindah dari Samson, sementara ada yang baru terlintas di kepala masalah netizen dengan cuitan Dosen UI itu, bagaimana menghubungkannya, ya ?

Mungkin dari rasa itu, ya. Cuitan yang bikin heboh itu memang tentang rasa. Soal rasa itu mengenai apa bisa menjadi tidak penting, tetapi hubungan dari munculnya rasa itulah dapat menjadi diskursus panjang. Karena pandangan mengenai rasa itu yang timbul pada setiap manusia itu dapat muncul karena Allah. Bahwa ada sebagian orang yang punya pandangan bahwa bukan hanya rasa yang dimiliki oleh seseorang saja yang digerakkan Allah, bahkan segala tindakan dan sikap maupun perilaku manusia itu digerakkan Allah. Terlepas dari analisa dari artikel mas Gatot jalan pikiran Dosen UI itu dapat dipahami, maka pandangan besar mengenai tindakan dan sikap maupun perilaku tentu termasuk rasa itu digerakkan oleh Allah itu pernah dan bahkan masih ada pengikutnya sampai saat ini. Tanpa disadari pandangan besar tersebut, baik dari skala kecil seperti cuitan tentang rasa yang menghebohkan atau bahkan yang paling besar terhadap keinginan untuk menyerahkan tadir kepada Allah, sehingga dalam menjalani hidup dan kehidupan hanyalah sepertii wayang yang digerakkan sang dalang, yang dalam hal ini dalangnya adalah Allah, terkenal dengan pandangan Jabariah. Pandangan besar lain muncul atas pandangan berserah diri kepada Allah tanpa reserve dari pandangan besar Jabariah ini.

Pandangan besar bahwa manusia diberikan kebebasan untuk dapat menentukan sendiri pilihan yang akan diambil. Kebebasan yang bahkan tanpa tekanan, apakah akan mengikuti jalan yang mendapat petunjuk Allah atau jalan yang mengingkari. Pandangan yang menggiring manusia untuk tidak hidup berserah diri kepada Allah tanpa reserve seperti halnya wayang. Pandangan yang mendorong manusia untuk menggunakan anugerah tertinggi yang telah diberikan Allah kepada manusia, yang tidak diberikan kepada hewan dan tumbuh-tumbuhan, tidak diberikan kepada gunung-gunung dan lembah-lembah, tidak diberikan kepada hutan atau Padang pasir, tidak diberikan kepada angin atau air, tidak diberikan kepada tanah atau langit, tidak diberikan kepada matahari, bulan atau bintang. Anugerah itu adalah akal. Akal yang dapat menuntun manusia untuk berpikir. Akal yang dapat menuntun manusia untuk bertindak. Akal yang dapat mendorong manusia untuk mendapatkan kenikmatan termasuk rasa yang muncul dari cuitan yang menghebohkan. Namun dengan akalnya itulah manusia diminta pertanggungjawaban. Apakah dengan akalnya itu lalu manusia lupa diri atau terlalu mengagungkan-agungkan akalnya sehingga melewati batas. Menganggap bahwa dengan kekuatan akalnya lah manusia dapat menentukan hidup dan kehidupan ini. Pandangan besar ini kemudian dikembangkan kaum Muta'zilah.

Kalau mengikuti pandangan kaum Muta'zilah yang boleh dikatakan mendewakan akal, maka rasa yang berasal dari cuitan menghebohkan tersebut, muncul dari hasil olah pikir akal. Akal lah yang menuntun manusia untuk melakukan perbuatan suka dengan sejenis. Manusia dengan kesadarannya sendiri memilih untuk menentukan jalan hidup itu. Berbeda dengan pandangan Jabariah, dalam pandangan Jabariah, karena hidup dan kehidupan manusia hanya sebagai wayang. Maka dengan enaknya dapat mengeluarkan pernyataan kalau rasa dari cuitan yang menghebohkan itu berasal dari Allah. Namun ke dua pandangan besar tersebut bukan pilihan yang harus dipilih salah satu. Akan menjadi kufur nikmat kalau sebagai manusia dapat berkuasa penuh atas keputusan yang akan diambil. Akan menjadi makhluk yang tidak bermanfaat kalau hidup sebagai wayang. Allah menciptakan manusia menjadi makhluk yang sempurna, namun dengan keterbatasan tetap sebagai makhluk ciptaan Allah. Diberikannya Malaikat-malaikat untuk menjadi petugas yang patuh kepada perintah Allah mau dan mampu melaksanakan tugas itu. Diberikannya Nabi-nabi sebagai untungan Allah yang menyampaikan kabar gembira, untuk dapat mengikuti petunjuk dan menjauhi larangan Allah, diberikannya takdir untuk menguji atau menghukum manusia, diberikannya hari pembalasan untuk memberikan harapan kepada makhluk Allah yang patuh dan taat kepada Allah, diberikannya surga Allah, bagi yang diridhloiNya. Akal manusia dituntut untuk dapat mengetahui rahasia Allah, termasuk rasa yang menghebohkan itu. 

Namun di luar itu semua, kalau lah sudah jelas kerusakan yang pasti terjadi, memang nya normal kalau Cok listrik bertemu dengan Cok listrik, jangankan konslet, yang pasti cahaya tidak akan muncul dari hubungan antara sesama jenis itu. Berbeda kalau berkawan, berbeda kalau bersahabat, bahkan kata Kang Bain, kenal saja belum sudah Kopdar. Artikel Kang Bain yang mengabadikan pertemuan kami, mas Teguh Suprayogi dan masjokomu, sewaktu menyempatkan diri berkunjung ke Jogja. Kata mas Teguh di jalan menuju rumah Kang Bain, kita akan ketemu dengan dedengkot planet kentir masjoko hehe. Kenangan indah itu bukan saja sulit untuk dilupakan, bahkan mempunyai nilai tambah. Pada kesempatan itu Kang Bain memberi petunjuk bagaimana mengupload foto. Jogja memang banyak memberikan kenangan indah, bahkan kenangan terindah. Adalah suatu hari, masjokomu tiba-tiba sangat sulit menggenjot motor roda dua. Bukan hanya beberapa kali, tapi hampir setengah jam mengongkel untuk menghidupkan motor, pada saat mengajar pertama kali setelah cuti perkawinan. Namun tentu bukan itu kenangan terindah. Mendapatkan istri dan sepasang anak, merupakan kenangan terindah yang bagi semua orang normal akan mendapat anggukan tanda setuju, dibandingkan dengan pembelaan terhadap rasa yang menghebohkan itu. Alunan lagu Samson itu lirih terdengar: 

 

Bila yang tertulis untukku

Adalah yang terbaik untukmu

Kan ku jadikan kau

Kenangan yang terindah dalam hidupku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun