Mohon tunggu...
Budi Santoso
Budi Santoso Mohon Tunggu... Insinyur - Pegiat Konservasi

-----------------------------------

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kesadaran versus Bencana Ekologi

30 Oktober 2017   11:27 Diperbarui: 31 Oktober 2017   00:39 2714
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu lini masa media social diramaikan oleh adanya tindakan seseorang yang melepaskan sejumlah burung Love-bird ke alam bebas. Tindakannya kemudian dianggap konyol, apalagi pelepasan burung tersebut berada tidak jauh dari kawasan konservasi gunung Salak (sumber). Banyak netizen kemudian memberikan komentarnya, banyak yang menyatakan bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang kurang tepat, mengingat Love-bird merupakan satwa eksotik, satwa bukan aseli pada habitat tersebut.  

Kekawatiran warganet beralasan, pelepasan burung tersebut akan menyebabkan interaksi terhadap lingkungan setempat.  Bentuk interaksi akan berbagai macam tergantung posisi lovebird dalam siklus ekologi dalam habitat setempat. Alih-alih akan memperbaiki kondisi ekologi pada habitat setempat, burung dimaksud bisa jadi akan berfungsi sebaliknya, mengancam kondisi ekologi pada habitat setempat.

Belajar dari Baluran

Tentu kita masih ingat bagaimana kejadian di Taman Nasional Baluran.  Pada Tahun 60-an dilakukan penanaman akasia (Acasia nilotica) yang berasal dari india. Penanaman tersebut dimulai dengan niatan mulia, menjadikannya pakan tambahan untuk banteng yang hidup liar di sana, menjadikan pagar biologis bagi banteng untuk tidak keluar dari habitatnya juga bagi para pemburu karena akasia tersebut berduri.  Juga menjadi penahan api, mengingat waktu itu Baluran dianggap rawan bencana api dan akasia tersebut merupakan jenis tahan api sehingga diharapkan dapat menahan api bila terjadi kebakaran (sumber).

Bencana Ekologi

Namun apa lacur, pohon akasia ternyata beradaptasi dengan sangat baik pada habitat padang savanna di Baluran.  Ia dengan cepat mengambil alih lahan-lahan berumput yang menjadi pakan utama Banteng.  Dari semula hanya 25 hektar yang ditanam kini sudah lebih dari 6.000 ha.  Kondisi tersebut telah membuat akasia menjadi ancaman bagi taman Nasional Baluran.  

Rumput yang semula tumbuh menjadi hilang karena naungan pohon tersebut. Terlepas dari beragam penyebab, namun telah dilaporkan bahwa Banteng yang merupakan flag species di Taman Nasional baluran telah menurun jumlahnya.  Dari 500an ekor pada tahun 2000 sekarang menurut berbagai sumber tinggal 50 ekor saja. Sangat tragis.

Dalam ekologi dikenal istilah bencana ekologi, yaitu perubahan ekosistem yang  menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan.  Menurut para hali perubahan yang menimbulkan dampak ekologi tersebut sesuai dengan penjelasan Pasal 15 Ayat 2 Huruf b UU No. 32/2009 tentang dampak dan/atau risiko LH antara lain sebagai berikut:

Perubahan iklim,  Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, dan adanya Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

Penambahan satwa/tumbuhan asing ke dalam suatu ekosistem  dapat dikawatirkan akan menyebabkan Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati.  Hal tersebut terjadi karena masing-masing spesies mempunyai relung/niche/fungsinya dalam sebuah ekosistem. Tumbuhan/satwa liar yang kemudian berubah menjadi tumbuhan/satwa primer disebut invasif. Spesies invasif adalah definisi yang menjelaskan tentang spesies yang bukan spesies asli tempat tersebut (hewan ataupun tumbuhan), yang secara luas memengaruhi habitat yang mereka invasi. 

Interaksi dan Kompetisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun