Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Apakah Jokowi-SBY Masih Saling Membutuhkan?

20 Agustus 2017   18:14 Diperbarui: 20 Agustus 2017   23:00 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kalau ditelisik ke belakang pada oktober 2014 menjelang terjadinya alih kekuasaan secara damai dari SBY kepada Jokowi terlihat beberapa momentum yang menggambarkan mesranya hubungan antara SBY dengan Jokowi .
Barangkali tidak berlebihan juga kalau mengatakan selama perjalanan republik ini ,peralihan kekuasaan tahun 2014 itulah yang paling manis yang pernah diukir oleh catatan sejarah negeri ini.

Mari kita lihat peralihan kekuasaan dari Sukarno ke Suharto.Sebuah peralihan kekuasaan yang jauh dari kata damai.Berbagai intrik ,intimidasi dan bangsa terancam dalam perpecahan ikut mewarnai peralihan kekuasaan tersebut.

Begitu juga halnya peralihan kekuasaan dari Suharto kepada BJ Habibie jauh dari kata mesra.Malahan sesudah Suharto menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden dan memberi mandat kepada Habibie ,tidak terlihat adanya keharmonisan diantara keduanya.Juga tidak terlihat adanya sekedar salaman diantara presiden ke-2 dan ke-3 tersebut.Setelah Habibie mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden pun hubungan antara Suharto dan Habibie tetap terkesan tidak harmonis.

Kemudian peralihan kekuasaan antara Habibie kepada Abdul Rahman Wahid juga tidak menunjukkan tanda tanda adanya hubungan personal yang intim diantara keduanya.

Selanjutnya peralihan kekuasaan antara Abdul Rahman Wahid atau Gus Dur dengan Megawati juga sangat jauh dari kata harmonis.Walaupun dalam perjuangan melawan Suharto terlihat Gus Dur cukup dekat dan kompak dengan Megawati tetapi peralihan pimpinan nasional antara keduanya justru oleh sebahagian orang dianggap sebagai " kudeta konstitusional".Oleh para pendukung Gus Dur dikatakan ,mantan Ketua Umum PB NU tersebut sengaja dijatuhkan di tengah jalan mengingat priode pemerintahan Gus Dur -Mega seharusnya berakhir sampai Oktober 2004.

Majelis Permusyawaratan Rakyat ,pemegang kedaulatan rakyat tertinggi saat itu justru memakzulkan Gus Dur dari Istana pada 23 Juli 2001 .Dengan demikian Gus Dur menjadi Presiden RI hanya selama dua tahun sembilan bulan.
 Tahun  2004 untuk pertama kalinya di republik ini dilangsungkan pemilihan presiden -wakil presiden secara langsung dan kemudian menempatkan SBY-Jusuf Kalla sebagai pemimpin baru republik.

Sebelum bertarung dalam kontestasi pilpres  yang juga diikuti Megawati,hubungan SBY dan Mega sudah kurang harmonis oleh karena SBY mengundurkan diri dari jabatan Menkopolhukam pada kabinet Mega.Pengunduran diri tersebut dinilai sebagai persiapan tokoh bangsa kelahiran Pacitan itu untuk ikut bertarung pada pilpres yang kemudian pada pertarungan putaran kedua pilpres tahun 2004,SBY mengalahkan Mega.
Bagaimana kurang harmonisnya hubungan tersebut antara lain terlihat selama 10 tahun pemerintahan SBY,tidak sekalipun Mega menghadiri acara peringatan detik detik proklamasi di Istana.

Dengan gambaran yang dikemukakan tersebut dapatlah diambil kesimpulan peralihan kekuasaan antara SBY dengan Jokowi lah yang paling nyaman dan mesra.
Sebelum serah terima jabatan pada 20 Oktober 2014 ,terlihat beberapa kali SBY ketemu Jokowi dan kemudian oleh Jokowi  juga dibentuk Tim Transisi yang berdialog dengan kabinetnya SBY-Budiono sehingga ketika Jokowi-JK memegang pimpinan pemerintahan semuanya akan berjalan dengan baik dan lancar.

Tetapi lama kelamaan hubungan harmonis tersebut terkesan semakin sirna malahan terlihat mulai panas.
Diawali dengan Tour of Java nya SBY yang kemudian seolah olah dibalas Jokowi berkunjung ke projek olahraga yang gagal penuh aroma korupsi di Hambalang dilanjutkan lagi dengan beberapa kritik SBY terhadap kebijakan Jokowi yang kemudian sepertinya dibalas dengan mengungkapkan proyek proyek mangkrak di masa SBY membuat kesan yang kuat bahwa hubungan antara Presiden ke-5 dan Presiden ke-6 tersebut sungguh jauh dari kata mesra.

Perhelatan demokrasi berupa pilgub DKI tahun 2017 membuat hubungan kedua tokoh bangsa itu menjadi semakin kurang mesra.SBY melalui Partai Demokrat dan beberapa parpol lainnya mengusung Agus Harimurthi Yudhoyono -Sylviana Murni bertarung melawan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung oleh Gerindra -PKS serta pasangan Basuki Tjahaja Purnama -Djarot Syaiful Hidayat yang dipersepsikan publik sebagai pasangan yang didukung Jokowi .

Pada proses pilgub yang demikian sangat telihat dengan jelas betapa tidak harmonisnya hubungan Jokowi-SBY.
Kemudian seusai kontestasi pilgub DKI ,hubungan antara SBY dan Jokowi juga belum terlihat membaik malahan justru semakin memanas karena Partai Demokrat gabung dengan Gerindra,PKS dan PAN yang kemudian menolak RUU Pemilu yang diajukan Pemerintah yang juga didukung oleh partai koalisi pemerintah terkecuali PAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun